Berpikir kritis atau critical thinking erat kaitannya dengan revolusi industri 4.0 yang merupakan sebuah era informasi dan teknologi dengan disertai perubahan yang cepat, serta melibatkan penggabungan antara dunia fisik (seperti mesin dan peralatan) dengan dunia digital untuk menciptakan sistem yang lebih cerdas, terhubung, dan otomatis dalam berbagai sektor termasuk dalam cara kita bekerja, berkomunikasi, maupun mengambil keputusan. 

Era ini juga dikenal sebagai era pengetahuan atau knowledge age, di mana kita perlu memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, menggunakan teknologi dan media informasi, dapat bekerja, serta dapat bertahan dengan menguasai salah satu life skills. Adanya perubahan zaman tersebut menuntut kita untuk bisa beradaptasi dan berpikir secara kritis agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman. 

Realitanya, banyak remaja yang kesulitan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Berdasarkan data hasil dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, Indonesia berada pada kuadran low performance dengan high equity. Hal ini dapat diartikan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk berpikir kritis, tetapi belum dikembangkan secara maksimal. Berpikir kritis adalah sebuah pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan mampu dengan teliti mengenai sebuah kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang dapat diterima dengan memandang dari perspektif yang mendukung sebuah pemikiran lanjutan yang menjadi keyakinannya. 

Oleh karena itu, mari kita wujudkan penerus bangsa Indonesia yang cakap berpikir kritis dengan berani berpendapat dan menunjukkan opininya secara kritis dan mendalam.