Kampanye kami mengangkat isu Kemiskinan Menstruasi, yakni situasi di mana perempuan berpenghasilan rendah dan dari komunitas terpinggirkan kesulitan mendapatkan kebutuhan menstruasi seperti pembalut, air bersih, fasilitas kebersihan, dan akses informasi yang memadai. Mereka akhirnya terpaksa menggunakan koran, kain bekas, atau bahkan tidak bisa masuk sekolah atau kerja. Kemiskinan menstruasi masih marak di Indonesia karena kemiskinan struktural, minimnya pendidikan seksualitas, dan anggapan bahwa membahas menstruasi adalah hal tabu. 

Berdasarkan data UNICEF Indonesia, 25% remaja perempuan masih enggan membicarakan menstruasi saat pubertas. Secara global, sebanyak 2,3 juta orang di negara berkembang tidak memiliki akses sanitasi dasar seperti air bersih dan fasilitas toilet. Selain itu, sebanyak 59% perempuan dari daerah pedesaan tidak mengganti pembalut mereka sesuai anjuran per 4-8 jam sekali demi menghemat pembalut dan karena malu. Di tahun 2020, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 18 Tahun 2020 menghapus komponen pembalut dari Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan upah minimum di seluruh Indonesia. 

Data di atas menunjukkan betapa bahayanya kondisi kemiskinan menstruasi ini yang berdampak ke kesehatan, kebebasan, dan kesejahteraan wanita. Melalui kampanye ini, kami berharap masyarakat lebih sadar tentang isu kemiskinan menstruasi dan menyuarakan pentingnya penyediaan produk sanitasi yang gratis dan rata di Indonesia.


BerhakPakaiPembalut

Bantu perempuan mendapatkan edukasi reproduksi dan produk sanitasi menstruasi yang memadai

Terpublikasi

Menstruasi. Suatu proses biologis yang hampir semua perempuan alami, tapi masih penuh konotasi negatif, stigma tabu, dan kesenjangan. Tahukan kalian fakta mengejutkan di Indonesia terkait menstruasi? Cek postingan terbaru kami di @unveiling.id ya 💜 Yuk sebarkan campaign ini dan turut serta menjadikkan dunia lebih baik #ForABetterWorld&nbsp;💙