Indonesia memiliki hutan hujan tropis nomer dua terbesar di dunia, dan sebagian besar berlokasi di Kalimantan. Fakta yang menyedihkan adalah, hanya dalam dua dekade, Kalimantan kehilangan 56% dari hutan hujan tropisnya, untuk berbagai alasan. Antara tahun 2000 dan 2012, Indonesia menebang 6 juta hektar hutan yang setara dengan membuka hutan seluas 1.902 lapangan sepak bola per hari.

Penggundulan hutan melalui pembakaran merupakan 15% dari sumber keseluruhan emisi gas rumah kaca, dan Indonesia merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di seluruh dunia. Selain gas rumah kaca yang berkontribusi pada peningkatan suhu lingkungan, perubahan pola cuaca dan air, serta peningkatan frekuensi cuaca ekstrem, pembakaran hutan akan memberikan dampak langsung pada kualitas udara. Jika penggundulan hutan terus berlanjut, ada kemungkinan dunia kita benar-benar tidak dapat dihuni sepenuhnya karena kurangnya oksigen yang baik untuk dihirup. Kalau kita benar-benar akan mencapai keadaan tersebut, tidak akan ada ruang yang bebas dari orang-orang yang menggunakan masker; di luar maupun di dalam ruang, udara tidak akan aman untuk dihirup. 

Masa depan seperti itu bukanlah sesuatu yang sepatutnya dinantikan oleh kami para penghuni Bumi. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mulai menyadari bahwa penggundulan hutan patut untuk dihentikan dan kesadaran ini bisa dimulai dengan menyuarakan dukunganmu dalam aksi #ForestHeroes. Challenge ini diinisiasi oleh tim film dokumenter The Flame yang memaparkan kenyataan di balik fenomena penggundulan hutan serta semua pihak yang berperan dalam keberlanjutan fenomena ini. Tunjukan dukunganmu dengan berpartisipasi dalam aksi #ForestHeroes sekarang!
 


ForestHeroes

Ayo jadi pejuang hutan!

Hai! Perkenalkan nama aku Gita Fara, aku adalah seorang produser film yang telah berkecimpung di industri film selama lebih dari 10 tahun. Setelah lulus dari Universitas Indonesia, aku memulai karirku sebagai asisten produser di Set Film Workshop, dimana aku bekerja sama dengan Garin Nugroho. Pada tahun 2011, aku membuat film pertamaku dengan judul “The Mirror Never Lies” dimana aku bekerja sama dengan sutradara Kamila Andini, film ini masuk kedalam beberapa kategori nominasi di Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2011. Film terakhir yang aku buat yaitu “The Seen and Unseen”, film ini berhasil memenangkan beberapa penghargaan di berbagai festival film internasional, salah satunya adalah Grand Prix of the Generation Kplus International Jury pada tahun 2018 di Berlin International Film Festival.
Saat ini aku juga sedang membuat film dokumenter berjudul Bara (The Flame) yang rencananya akan selesai produksi pada Agustus 2020. Pada film dokumenter ini, aku mengangkat tentang isu kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan serta pembukaan lahan untuk proyek pemerintah yang berdampak pada komunitas asli Dayak, salah satunya adalah Iber Djamal. Aku percaya bahwa cerita & sinema memiliki kekuatan untuk menyatukan setiap orang di dunia.

Film dokumenter Bara ini mendapatkan kesempatan pitching pada acara Good Pitch Indonesia 2019 kemarin, kalau kamu ada pertanyaan tentang lika-liku yang aku hadapi dalam membuat film dokumenter ini atau ingin berdiskusi perihal KARHUTLA yang terjadi di Kalimantan serta dampaknya kepada komunitas asli disana silahkan berikan komentar kamu dibawah ya!

Sadari Pentingnya Hutan Untuk Hidup Kamu Bersama Gita. 

“Dalam 2 dekade belakangan, Kalimantan kehilangan 56% hutannya.”

Melalui film Bara (The Flame), Arfan mengajak kita untuk panik dengan kondisi hutan Kalimantan saat ini, serta bagaimana kondisi paru-paru dunia tersebut di masa depan. 

“Bagaimana mungkin kita bisa tertidur lelap saat paru paru kita terbakar?” - Arfan Sabran, Sutradara The Flame

Kalimantan Kehilangan 56% Hutannya dalam 2 Dekade Terakhir

Pada tahun 1996, satu juta hektar hutan Kalimantan dihancurkan untuk Proyek Mega Rice. Proyek pemerintah berskala besar ini bertujuan untuk mengubah hutan hujan Kalimantan menjadi lahan pertanian.
Iber Djamal (77) adalah bagian dari komunitas asli yang menentang proyek tersebut tanpa hasil. Dengan perluasan perkebunan kelapa sawit saat ini, ia diminta untuk menandatangani perjanjian yang akan mengizinkan perusahaan-perusahaan untuk merambah hutan mereka.
Meskipun anak-anaknya mendorong Iber untuk menerima keadaan saat ini, ia tetap bersikeras untuk mengejar melalui hokum untuk melindungi hutan. Ia berusaha mendapatkan sertifikat hutan adat untuk hutan-hutan yang tersisa di wilayahnya.

Film ini tidak hanya berkisah tentang Iber dan perjuangannya, tetapi juga tentang hubungan yang berbeda antara hutan dengan tiga generasi dalam satu keluarga, Iber, putranya, dan cucunya. 
Penasaran dengan film The Flame karya Arfan Sabran? Yuk tanya seputar film tersebut melalui kolom komentar di bawah ini.

Yuk Diskusi Seputar Film The Flame Bareng Arfan Sabran!

#ForestHeroes created

Pada tahun 1996, satu juta hektar hutan Kalimantan dihancurkan untuk Proyek Mega Rice. Proyek pemerintah berskala besar ini bertujuan untuk mengubah hutan hujan Kalimantan menjadi lahan pertanian. Iber Djamal (77) adalah bagian dari komunitas asli yang menentang proyek ini tanpa hasil. Tetapi sekarang, dengan perluasan perkebunan kelapa sawit, masyarakat Dayak asli seperti dia diminta untuk menandatangani perjanjian yang akan mengijinkan perusahaan-perusahaan untuk lebih merambah hutan mereka. Meskipun anak-anaknya mendorongnya untuk menerima keadaan saat ini, Iber Djamal bersikeras untuk mengejar melalui hukum, untuk melindungi hutan dengan mendapatkan sertifikat hutan adat untuk hutan yang tersisa di wilayahnya.


Antara tahun 2000 dan 2012, Indonesia menebang 6 juta hektar hutan hujannya, setara dengan 1.902 lapangan sepakbola—setengah dari luas Inggris—setiap hari. Tidak ada bangsa lain yang menghancurkan hutannya lebih cepat. Indonesia sekarang adalah penghasil gas rumah kaca terbesar dari deforestasi.

Pada tahun 2018, Presiden Jokowi berkomitmen untuk menyediakan sarana hukum bagi masyarakat asli di Indonesia yang telah menjadi pengguna langsung dan penjaga hutan untuk mendapatkan sertifikat  hutan adat. Dia menargetkan 12,7 juta hektar hutan Indonesia akan disahkan sebagai hutan adat suku asli yang telah tinggal di dekat hutan selama berabad-abad. Namun, saat ini hanya 27.000 hektar yang telah dikembalikan ke masyarakat adat di Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan hutan mereka dari kegiatan yang merusak yang bertentangan dengan adat dan tradisi mereka.

Presiden Jokowi juga telah mengeluarkan moratorium  untuk menghentikan perizinan baru hutan Indonesia kepada perusahaan yang akan mengubah hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Namun, implementasi moratorium ini sangat menantang; karena korupsi dan peraturan yang tidak selaras antara berbagai departemen dan badan pemerintahan.

Film ini tidak hanya berkisah tentang Iber dan perjuangannya, tetapi juga tentang hubungan yang berbeda antara hutan dengan tiga generasi dalam satu keluarga: Iber, putranya, dan cucunya.  Sementara kita melihat anak-anak Iber tidak lagi peduli tentang hutan, Iber berusaha untuk memberikan kebijaksanaannya kepada para aktivis yang lebih muda dan cucunya. Kisah yang intim dan universal tentang Iber sebagai orang lanjut usia yang berusaha melindungi warisannya, bercampur dengan sejarah dan investigasi tentang bagaimana deforestasi di Indonesia telah menciptakan dampak nyata dan kerugian bagi seluruh wilayah.

Film ini masih berada dalam tahap produksi, dan akan selesai pada Agustus 2020.
