Gubug Seni Budaya untuk Difabel adalah tempat untuk berlatih, mengembangkan minat bakat serta memberikan edukasi tentang seni dan budaya kepada anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental dan fisik. Dalam ide aksi sosial ini kami akan melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Dinas Sosial, dan Dinas Kebudaya Kota Salatiga. Dengan adanya kerja sama diharapkan kami bisa melaksanakan ide aksi soial ini dan mendapat support dari dinas terkait. Di dalam gubug ini nantinya anak-anak yang memiliki keterbelakangan akan diberi pelatihan oleh mentor atau relawan yang juga memiliki skill dalam bidang seni budaya seperti melukis, tarik suara, menari, pantonim ataupun bermain alat musik. Sehingga skill ataupun minat bakat yang dimiliki oleh adik-adik bisa berkembang. Kami juga tidak hanya mengajarkan ketrampilan fisik, akan tetapi kami juga akan berusaha untuk mengajarkan ketrampilan emosional, ketrampilan spriritual, dan ketrampilann dalam menghadapi tantangan hidup. Sehingga nantinya bisa menjadi insan yang bermanfaat untuk sekitarnya juga bisa berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Tidak hanya belajar di dalam ruang tertutup akan tetapi juga kami akan berusaha untuk belajar di alam terbuka seprti di Alun-alun pancasila, taman -taman ang ada di Kota Salatiga. Di Kota salatiga sendiri juga ada seseorang yang memiliki keterbelakangan mental dan fisik, namun beliau juga bisa berkarya dan berprestasi, namanya adalah Bapak Sabar Subadri seorang pelukis yang karyanya sudah dikenal dan diakui sampai ke mancanegara, dan sebagian karyanya sudah dipamerkan di beberapa kesempatan di sejumlah negara Eropa dan di luar negeri lainnya. Gubug Seni dan Budaya ini akan terus berlanjut karena akan menjadi rumah belajar untuk kita semua, bukan hanya sekali saja melakukan kegiatan akan tetapi akan terus menerus. Kegiatan ini nantinya akan di laksanakan di akhir bulan oktober dan kami juga akan melibatkan relawan , dengan niat sikap ikhlas dan kerja sama insya allah inovasi Gubug Seni Budaya Anak Difabel ini akan berjalan dengan baik.