Payung Talawi is one of the traditional umbrella handcrafted by local craftsmen. One of a cultural heritage from Sawahlunto, West Sumatra. This traditional umbrella is different functions like other umbrella. In Minangkabau, traditional umbrellas cannot be separated from a series of past history either in the kingdom to the daily life of the local community. This Umbrella is also used for the traditional dance. Made of wood, bamboo, paper, and the touch of philosophical paintings make this traditional umbrella is unique.

Let's get acquainted with Mrs. Bainar, Wife of Mr. Rabai. They both are one of Talawi umbrella craftsmen. They are the sixth generation of talawi umbrella craftsmen and have made umbrellas for decades besides farming. They feel so anxious if they will be the last generation who made umbrellas. Another problem is the historical story of Payung Talawi is not well-documented so some people nowdays don't know and couldn't explain about the story behind and its philosophy. 

In the early distruptive era, this cultural heritage must be preserved as the life of identity of Indonesia

JejakPayung

Tracking Payung talawi historical story and make it well-documented 

Alila (Lila) dan Nurlaili (Lali), sebut saja begitu, dua orang sahabat yang hidupnya dilimpahkan kelapangan waktu hingga mereka nyaris memiliki seribu jam hanya untuk menatap gelas. Hari-harinya tak lepas dari sosial media. Berburu foto adalah hobi mereka untuk sekedar eksis di dunia maya. Mereka hendak pergi mencari tempat untuk produksi foto instagram. Rencana pergi ke sebuah festival sudah dicanangkan dari 2 minggu yang lalu. .
.
Pagi itu, motor sudah disiapkan, pembagian tugas mengendarai sudah ditentukan. "Aku nyetir malem aja ya, kan engga lucu nyetir siang sambil bobo." Ujar Lali, seorang gadis pelupa yang mudah sekali tertidur dimana saja dan kapan saja. Lali adalah manusia nocturnal, siang hari adalah waktu yang tepat baginya untuk tidur jadi pantas saja dia tak ingin mengendarai di siang hari. Matahari bersinar cerah namun tak secerah nasib mereka. Di tengah jalan roda motor belakang motor Lila tidak bisa diajak berkompromi. Jatuh cinta pada paku, akhirnya kandas juga. (uchhhh)
#JejakPayung

Jalan-jalan di Akhir Pekan

Sesampainya di festival payung, Lali, sok ide menawarkan untuk membuat vlog perjalanan mereka selama di festival itu. Lila yang hanya pasrah dan polos siap menjadi videographer karena hp canggihnya yang memiliki space memori yang cukup besar. Layaknya seorang youtuber, Lali dengan penuh percaya diri berbicara di depan kamera tak peduli orang-orang disekitar memperhatikannya. "waaaah payungnya banyak bangettttt yaaaa" terlihat ndeso tapi ekspresif. yaah begitulah adanya
.
.
#JejakPayung 

Setibanya di festival itu...

"Eh foto disitu bagus tu lal" sahut Lila yang pandai sekali menemukan angle foto. Stand yang dijaga oleh seorang kakek adalah stand payung yang berasal dari kendal. Terlihat kakek sedang melukis payungnya dan menawarkan untuk mencoba melukis. Namun mereka berdua menolaknya karena takut merusak karya. "Pak boleh ya diambil videonya buat youtube" ujar Lila sang videographer. "Oke neng, silahkan. Mau ikut nglukis juga boleh"
.
.
#JejakPayung

Kakek Pelukis Payung

Hai, sudah hampir jam lima! Waktunya bercerita.
Kalian pasti bertanya-tanya, "Ini campaign apa?"
Sebagai pembuka di campaign page ini, bakal ada cerita pendek tentang budaya Indonesia, Payung Talawi namanya. Semoga suka ya sama ceritanya. Yeyeye!!!
#JejakPayung

Perkenalan

#JejakPayung created

Bab 1:

Rasa haus dahaga menghentikan langkah mereka di sebuah kedai minuman. Membeli es teh manis sepertinya sudah membuat mereka bahagia kala itu. Sembari menikmati angin semilir dan melihat dinginnya air danau mereka membuka social media, mencari referensi dimana mereka akan makan siang. Sesaat kemudian mereka melanjutkan perjalanan melihat payung-payung yang lain sekaligus menuju pintu keluar. Namun.......
.
.
#JejakPayung

Es Teh

Mereka menemukan keramaian di stand seberang tempat kakek itu. Mereka pun menghampirinya. Ternyata ada payung juwiring yang dijual disana. Dengan harga yang cukup terjangkau. Lali pun memiliki keinginan untuk membelinya. "Lil, beli kali ya buat properti foto." Lali bertanya. Lila pun hanya bisa menjawab "terserah". "Ih kayak cewek ditanyain cowok maunya makan apa jawabnya terserah." Sebuah jawaban pasrah untuk merespon sahabatnya yang cukup impulsif dalam membeli barang. Lali tidak sadar bahwa rumah kost nya sudah penuh dengan barang yang tidak berguna.
.
.
#JejakPayung