Sekitar 15 persen dari jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas di mana lebih dari satu miliar orang adalah disabilitas, sehingga disabilitas dapat disebut sebagai kelompok minoritas terbesar di dunia. Sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang dan hidup dibawah garis kemiskinan dan kerap kali menghadapi keterbatasan akses kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan yang layak.

Hampir sebanyak 785 juta perempuan dan laki-laki dengan disabilitas berada pada usia kerja, namun mayoritas dari mereka tidak bekerja. Mereka yang bekerja pun umumnya memiliki pendapatan yang lebih kecil dibanding para pekerja non-disabilitas di perekonomian informal dengan perlindungan sosial yang minim atau tidak ada sama sekali (International Labour Organization).

Fakta bahwa orang dengan disabilitas (fisik, intelektual, sensorik, dan mental) kerap kali masih mendapatkan stigma/pengucilan di masyarakat. Stigma tersebut merujuk pada praktek diskriminasi yang merendahkan dan membatasi potensi disabilitas. Praktek ini berupa pemberian komentar, label, pelecehan, isolasi sosial sampai pada penetapan kebijakan yang bersifat mengucilkan.

Menurut Jurnal Psikologi Vol. 43/2016, stigma terhadap disabilitas dapat mengakibatkan kegagalan menyeluruh dalam kehidupan personal keluarga, sosial dan karir disabilitas. Secara nyata stigma disabilitas dapat memunculkan self-stigma pada para disabilitas yang ditunjukkan oleh hilangnya rasa percaya diri dan munculnya sifat minder mereka saat menghadapi dunia luar (Corrigan, 2004). 

Pengurangan stigma pada disabilitas akan memberikan peluang bagi mereka untuk mencegah self-stigma, mengembangkan kemandirian, serta menumbuhkan kepercayaan diri. 

Atas dasar hal tersebut, organisasi kami membuat sebuah gerakan inklusi disabilitas yang diberi nama Cupable “A Cup for Empowering Disable People” untuk mempromosikan kesetaraan dan mereduksi stigma kepada orang dengan disabilitas. Cupable dikemas sebagai coffee shop kekinian yang memberikan ruang anak muda untuk mengenal dan belajar tentang inklusi disabilitas.

Melalui kampanye #KarenaKopiKitaSetara kami ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia terutama anak muda untuk lebih meningkatkan kesadaran, kepedulian, serta keterlibatan dalam membangun lingkungan yang inklusif.