Dalam studi penelitian yang rilis di Jurnal PLOS ONE (01/08/2018), tim ilmuan sepakat bahwa sampah plastik turut serta menjadi faktor krisis iklim. Hal ini dikarenakan plastik mengasilkan gas metana dan etilena pada saat terkena matahari dan pada saat penguraian. Gas metana, baik buatan maupun alami, sejak lama telah menjadi salah satu penyebab utama  perubahan iklim. 

Menurut Penelitian Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia (2010), ada sekitar 275 juta ton sampah plastik di seluruh dunia. Dan pada data yang dirilis zerowaste.id, mengutip dari BPS,Inaplas, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan, Indonesia menduduki penyumbang sampah plastik terbesar ke-dua di dunia setelah Tiongkok dengan menyumbang 64 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. 

Untuk itu, #NoMorePlastik merupakan ajakan bersama untuk khalayak umum agar peka dan mulai membiasakan diri hidup tanpa plastik. Perubahan Iklim bukan sekadar deretan data angka hasil riset. Ada nasib nelayan, petani, penduduk kota, ada nasib manusia seluruh indonesia, dan ada nasib kita semua. 

Mari, membumi dan memberi wajah untuk turut serta perlindungan bumi kita tercinta ini. 


NoMorePlastic

Mengajak masyarakat luas membuat kantong atau totebag sendiri sehingga mengurangi sampah plastik

Terpublikasi

​Hai Changemakers!Pukul 11 Ary ke dokter gigiKetemu mantan sakit hatinya&nbsp;Tinggal 11 hari lagiYuk kita selesaikan programnya😄 #NoMorePlastic #PeduliKrisisIklim

11 HARI LAGI!

​"Krisis Iklim Mengancam untuk mengembalikan Pembangunan manusia selama ribuan tahun. Itu telah merusak masa depan juga masa kini-hal yang kita lakukan kita sekarang- hampir tak tertahankan" _Klein Salamon_

KRISIS IKLIM TENGAH MELANDA KITA!

​Hari Guru Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Oktober sejak tahun 1994. Pada dunia pendidikan peranan seorang guru begitu penting, tidak hanya mengajarkan secara tekstual di buku melainkan mendidik siswa dalam pembentukan etika dan moral, memiliki jiwa sosial tinggi, serta bagaimana hidup berdampingan dengan alam.&nbsp; Berprestasi dan mencapai cita-cita yang diimpikan bukan satu-satunya bentuk dukungan yang dapat kita berikan kepada para guru.&nbsp;Menjadi manusia yang sadar akan krisis iklim serta lebih menghormati bumi adalah hal sederhana yang kerap dilupakan. Happy World Teacher’s Dayand #NoMorePlastic #PeduliKrisisIklim

SELAMAT HARI GURU SEDUNIA

​Hai Changemakers!Wah tidak terasa ya waktu kita tinggal 12 hari lagi nih untuk menyelesaikan program. Ayok sama-sama kita memulai kebiasaan baik ini dengan menyelesaikan program dan semoga menjadi penyemangat kita dalam beraktivitas tanpa plastik lagi. 💙 #NoMorePlastic #PeduliKrisisIklim https://www.campaign.com/NoMorePlastic

12 HARI LAGI!

​Tanggal 4 Octobe diperingati sebagai World Animal Day atau Hari Hewan Sedunia, penggagasnya adalah Heinrich Zimmermann.&nbsp;&nbsp;Bertujuan mengangkat isu-isu dan memberikan perlindungan untuk seluruh spesies hewan di dunia. Selama ini, tanpa disadari perilaku manusia telah membahayakan kesejahteraan hewan, dimulai dari menghancurkan habitat alami hewan, pengujian bahan kimia kepada hewan, serta banyaknya ditemukan hewan mati memakan sampah plastik. Mengurangi konsumsi plastik adalah hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk lebih menghargai keberadaan hewan serta lingkungan. Happy World Animal Dayand #NoMorePlastic 💙

Selamat Hari Binatang Sedunia, Mari Perlakukan Mereka dengan Setara

​"I dont want your hope. I dont want you be hopeful. I want you panic and act as if the house was on fire" @gretathunberg&nbsp; Darurat Iklim Benar-Benar Tengah Melanda Kita!&nbsp; Mari berbuat sesuatu dan mulai dengan kebiasaan baik mengurangi sampah plastik! https://www.campaign.com/NoMorePlastic

DARURAT IKLIM TENGAH MELANDA KITA!

​Kolektif Hysteria bekerja sama dengan campaign.com juga komunitas Katutura Art and Culture dalam A Better Word Prize Festival membuat workshop pembuatan kantong non plastik kreatif sebagai wujud responsif terhadap krisis iklim yang telah melanda kita.&nbsp;Pelaksanaan pelatihan tersebut dilaksankan secara daring melalui zoom meeting yang ditayangkan secara langsung pula di Instagram Live dan Youtube Live akun Kolektif Hysteria.&nbsp;Webinar (Workshop daring) yang diikuti sekurang-kurannya diikuti 26 partisipan yang merupakan perwakilan dari komunitas peduli lingkungan, dimulai dengan pengenalan apps campaign.com serta A Better World Prize Festival yang kemudian dilanjut dengan workshop pembuatan kantong non plastik kreatif oleh narasumber tunggal, Firman, salah satu pegiat Komunitas Katutura Art and Culture, Wakatobi, Kepulauan Tomia, Sulawesi Tenggara melalui Hedongka Project.&nbsp;Webinar sempat terkendala jaringan dari narasumber, sebab cuaca yang kurang baik, namun dapat berjalan lancar hingga akhir acara.&nbsp;“Harapan saya, semoga dari hasil pelatihan ini dapat menjadi alternatif teman-teman untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sebagai wujud cinta kita terhadap ibu bumi” tandas, firman di sesi akhir acara.&nbsp;Sementara itu,&nbsp; A Better World Prize&nbsp; Festival merupakan sebuah event inisiatif baik dari Campaign.com melalui Yayasan Dunia Lebih Baik dalam upaya mendukung komunitas sosial untuk meningkatkan potensi dan memperluas dampak positif yang dilakukan secara daring dengan menggandeng sekurang-kurangnya 40 komunitas sosial di seluruh Indonesia agar tetap produktif berkarya dan inisiatif serta konsisten untuk membuat serta mengkampanyekan kegiatan sosial meski di rumah saja.

Workshop Pembuatan Kantong Non Plastik Kreatif

​Krisis Iklim Tengah Melanda Kita! Perubahan iklim adalah tantangan bagi masyarakat kita. Perubahan alam ini membuat kita harus mengahadapi konsekuensi.Pemanasan global juga tidak hanya masalah di antartika.&nbsp; Pulau-pulau kecil menghilang, es di sungai dan danau pecah dan mencair lebih cepat, jenis tanaman dan binatang berkurang, banjir terjadi lebih sering,&nbsp; pohon berbunga lebih cepat dan musim panen tidak lagi bisa diprediksi.&nbsp;Tahukah kamu? Salah satu penyumbang besar krisis iklim adalah sampah plastik? Dan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar ke-dua di dunia setelah Tiongkok?&nbsp; Perubahan Iklim bukan sekadar deretan data angka hasil riset. Ada nasib nelayan, petani, penduduk kota, dan kita semua.&nbsp; @grobakhysteria dengan Platform Peka Kota bekerja sama dengan A Better World Prize dan @katutura_artculture mengadakan workshop daring cara membuat Kantong Non Plastik Kreatif.&nbsp;Senin, 21 September 2020Tempat : Zoom Meeting. Sila gabung di http://bit.ly/ABWF_WPKPKJuga&nbsp; akan kami tanyangkan secara Live Instagram di @grobakhysteria dan Youtube @kolektif Hysteria&nbsp;_Jangan lupa siapkan serta; kardus, kertas atau koran bekas, dan staples dan lem_ Diet Plastik Untuk Dunia Lebih BaikNarahubung: Isti 6281226726978#NoMorePlastic Media Partner : @longlifemagz @semarang_on_fire @officialseratid @banjirkanart @tigasks @kulturcreative&nbsp; @kindmagz @bp2munnes @seputarevent

WORKSHOP PEMBUATAN KANTONG NON PLASTIK KREATIF

Penta&nbsp; KLabs atau 5 K yakni pertemuan antara kamu/ kami/ kita- kelas- kampus- komunitas/ kampung- kota. Sites specific art project biennale ini menggunakan suatu tempat tertentu untuk melaksanakan programnya dengan isu yang khusus pula. Tahun pertama tahun 2016 dihelat di Kemijen, Semarang&nbsp; Timur dengan focus pada isu ketahanan kampung. Hysteria melakukan riset etnografi dan menggunakan data&nbsp; ini untuk direspons oleh seniman undangan. Para seniman akan tinggal dan menjalani residensi selama bebrapa hari atau minggu dan membuat karya bersama warga di situs tersebut. Kerjasama dengan Prodi Perencanaan Wilayah Perkotaan (PWK) Unissula kami menerima paper berkait isu yang sedang diangkat dan dipresentasikan di kampung tersebut. Terdapat 2 kegiatan pada dokumentasi kali ini, diantaranya berupa workshop mewarnai limbah plastik yang di arahkan oleh 2 artis undangan, Annisa Rizkiana (Indonesia), dan Carly Fern (Australia), dan workshop kolase bersama ibu-ibu setempat

Penta K Labs: Narasi Kemijen 

<p style="box-sizing: border-box; margin-right: 0px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; line-height: 26px; font-size: 16px; color: rgb(34, 34, 34); text-align: center; font-family: raleway; background-color: rgb(255, 255, 255);">Belakangan karena pemanasan global yang berdampak pada kenaikan permukaan air laut dan juga amblesnya tanah di sekitar pesisir menyedot perhatian banyak kalangan. Kondisi ini juga diperparah penggunaan air tanah yang cukup massif terutama di kawasan industri. Semarang, dalam hal tertentu mempunyai nasib seperti Jakarta untuk urusan air. Keterancaman turunnya permukaan tanah membuat berbagai solusi dicari. Wacana pembangunan giant sea wall dan reklamasi melalui program&nbsp;National Capital Integrated Coastal Development (NCIICD)&nbsp;di Jakarta&nbsp; atau yang dikenal sebagai&nbsp;Giant Sea Wall&nbsp;dan juga jalan tol yang membentang dari Trimulyo hingga Demak mengemuka. Tak terkecuali berbagai terobosan untuk kampanye untuk mengurangi penggunaan air tanah dan memanfaatkan air permukaan.<p style="box-sizing: border-box; margin-right: 0px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; line-height: 26px; font-size: 16px; color: rgb(34, 34, 34); text-align: center; font-family: raleway; background-color: rgb(255, 255, 255);">Berbeda dengan sebelumnya,&nbsp;<a href="https://pentaklabs.or.id/nongkosawit/" style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); text-decoration-line: none; outline: 0px; transition: all 0.2s ease-in-out 0s;">Penta K Labs II</a>&nbsp;kali ini mengambil wilayah di&nbsp;<a href="http://nongkosawit.semarangkota.go.id/profilkelurahan" target="_blank" rel="noopener noreferrer" style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); text-decoration-line: none; outline: 0px; transition: all 0.2s ease-in-out 0s; margin-bottom: 0px;">Dukuh Randusari, Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati</a>&nbsp;yang secara kewilayahan masuk dalam Semarang atas. Jamak diketahui Semarang dibagi menjadi dua yakni atas dan bawah. Semarang atas&nbsp; terdiri dari Kecamatan Gunungpati, Mijen, Tembalang, Banyumanik dan Ngaliyan. Nongkosawit berada di salah satu kecamatan yang disebutkan tadi. Bukannya tanpa alasan mengapa event dua tahunan (biennale) ini diadakan di sini. Sebelumnya Penta Klabs I yang mengambil judul ‘Narasi Kemijen’ fokus pada Semarang bawah dan isunya mengenai ketahanan kampung. Untuk tahun ini kegiatan ditarik ke hilir, Nongkosawit dengan judul ‘Sedulur Banyu’ yang fokus pada persoalan air dan ekosistemnya. Bicara kota sebagai satu kesatuan kedua kampung yang letaknya berjauhan ini pasti mempunyai konektivitas, meskipun tidak selalu secara langsung. Kecamatan Gunungpati masuk wilayah Sub Das Garang hulu yang berfungsi sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama di daerah hilir kota Semarang. Secara umum wilayah ini mempunyai persoalan berupa lahan kritis rawan bencana gerakan tanah dan longsor. Sebaran lahan kritis ini terdapat misalnya di sekitar Kelurahan Sukorejo, Sadeng, Sekaran dan Pongangan.Berdasarkan Perda KotaSemarang No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031 Kecamatan Gunungpati&nbsp; diperuntukkan sebagai kawasan konservasi, pertanian, dan taman hutan raya. Namun bertambahnya populasi manusia yang memerlukan ruang hidup membuat lahan ini banyak mengalami alih fungsi, yang artinya kawasan resapan ini terancam. Beberapa tahun belakangan tiap musim hujan di sekitaran Universitas Negeri Semarang dapat mudah kita temui derasnya limpahan air di jalan raya, entah karena daya serap lahannya berkurang atau drainasenya yang buruk. Pastinya jika persoalan ini tidak diatasi akan jadi bom waktu saja kelak. Sama halnya dengan perkembangan permukiman penduduk di sekitar sungai-sungai besar (Sungai Garang dan Sungai Kripik) di Kelurahan Sukorejo dan Sadeng jika tidak disikapi akan menjadi bencana juga. Beberapa poin inilah yang menjadi landasan mengapa isu air dan perubahan tata guna lahan menjadi penting untuk dibicarakan karena itu semua akan berpengaruh pada siklus air.​

Penta K Labs II: Sedulur Banyu

&nbsp;Festival Bukit Jatiwayang adalah upaya pelestarian budaya suatu daerah. Berkat budaya, masyarakat bisa menelusuri jejak sejarah terbentuknya daerah dan kesenian yang dimiliki. Upaya&nbsp;mengingat kembali sejarah kampung menjadi gagasan utama penyelenggaraan Festival Bukit Jatiwayang. Berlangsung di Ngemplak Simongan, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, festival ini juga ditujukan untuk merekatkan hubungan masyarakat setempat dengan berbagai kegiatan warga seperti panggung rakyat, berbagai workshop menarik dengan anak-anak setempat, hingga galungan yang semua prosesnya dilaksanakan bersama warga