Terlepas dari lokasi geologis yang berbahaya di atas sesar strike-slip aktif Palu-Koro yang bergerak 3-4 mm per tahun, pemerintah dan masyarakat di Palu tidak memiliki strategi mitigasi bencana. Sejauh ini, belum ada upaya yang dilakukan untuk dapat mengelola risiko dan mencegah banyaknya korban jiwa dan properti yang hancur. Tim pengelola kampanye ini adalah tim dari film dokumenter Living on Top of Fault yang mengungkapkan perjuangan berat penggerak masyarakat dari berbagai komunitas di Palu. 

Para orang-orang yang diperlihatkan perjuangannya di dalam film ini berusaha untuk mengedukasi masyarakat Palu untuk merancang hidupnya seputar bencana yang terus terjadi dari waktu ke waktu di komunitas mereka. Proses edukasi yang dilakukan meliput pendidikan menggunakan ilmu pengetahuan, sejarah dan kearifan lokal yang sangat erat hubungannya dengan warga Palu. Tujuan akhir dari film ini adalah untuk memastikan bahwa masyarakat dapat berjuang untuk hidup dengan potensi terbaik mereka, bahkan ketika mereka hidup berdampingan dengan bencana alam yang berulang-ulang dan berkala. 

Dari tujuan utama film ini, kami ingin mengangkat kembali tagar #PaluKuat untuk dijadikan sebuah kampanye berkelanjutan yang mengajak masyarakat umum untuk menjadi lebih sadar terhadap bencana alam. Namun untuk melibatkan semua lapisan masyarakat, kami mengajak kalian untuk menjawab pertanyaan “Apa barang yang tidak mungkin kamu tinggalkan ketika terjadi bencana?” dalam #LivingReadyChallenge. 


PaluKuat

Hidup dengan Rencana, Berkawan dengan Bencana!


“Saya merasa penting merekam semua peristiwa ini (bencana di Palu, Donggala,& Sigi) ke berbagai macam medium. Saya harapkan keterbatasan informasi mengenai bencana hanya cukup sampai di saya saja, jangan sampai anak cucu kita merasakan hal yang sama juga,”

Sutradara Yusuf Radjamuda dan Produser Sarah Adilah melalui film Hidup dengan Bencana (Living on Top The Fault) ingin semua orang mendapatkan informasi yang cukup tentang bencana yang terjadi di Palu, Donggala, dan Sigi.

"Kami percaya hidup dengan bencana adalah berteman hidup dengan rencana."

“Ubah Hidup dengan Bencana, Jadi Hidup dengan Rencana”

Sulawesi Tengah terletak di patahan Palu- Koro yang aktif bergerak 30-40mm per tahun. Posisinya yang genting pada patahan yang aktif menjamin bahwa bencana akan selalu terjadi di Sulawesi Tengah. 

Nenek moyang kita yang telah menyadari hal ini meninggalkan tanda melalui legenda, lagu pengantar tidur, patung, dan toponimi yang berfungsi sebagai pengingat dan petunjuk bagaimana meminimalisasi resiko bencana.

Ketika serangkaian gempa dan tsunami menghantam Sulawesi Tengah pada tanggal 28 September 2018, baik pemerintah daerah maupun masyarakat menyadari bahwa mereka tidak memiliki strategi mitigasi yang tepat untuk hal tersebut. 

Masih ingin tahu lebih banyak seputar film Living On The Top? Yuk diskusi bareng Yusuf Radjamudi melalui kolom komentar di bawah ini: