Pandemi Covid 19 memiliki dampak yang cukup signifikan pada aspek pendidikan. Belajar dari rumah menjadi pilihan yang diambil pemerintah selama pandemi. Siswa dan mahasiswa harus belajar secara daring (online) menggunakan platform pembelajaran tersedia seperti Google Classroom, Google Meet, dll.  Di awal, para mahasiswa masih memberikan respon yang positif, tetapi seiring berjalannya proses pembelajaran, banyak yang mengalami kendala. Kendala tersebut antara lain sinyal yang kurang mendukung, kekurangan kuota, merasa kurang fokus belajar tanpa adanya interaksi langsung dengan dosen maupun mahasiswa lain, materi yang disampaikan sulit dipahami, kurangnya kesiapan dosen dalam menyiapkan materi (Gunadha & Rahmayunita, 2020; Utami et al., 2020).

Tugas-tugas yang diberikan dosen menimbulkan stres pada mahasiswa akibat dari tenggat waktu yang hampir bersamaan antar mata kuliah atau kurangnya tenggat waktu yang diberikan. Hal ini tentu sangat berdampak seperti stres bahkan depresi.  Berdasarkan data dari PDSKJL.org didapatkan bahwa sekitar 55% mahasiswa yang stres karena pembelajaran jarak jauh dan 40% mahasiswa yang cemas atau kuatir di Indonesia. Usia terbanyak yang mengalami terganggu kesehatan mental di masa pandemi adalah rentang usia 17-29 tahun, dominan perempuan 71% dan 29% laki-laki, sedangkan data di Indonesia tingkat cemas/khawatir mencapai 65%, depresi 62%, 75% trauma.

Dengan latar belakang singkat di atas maka inti dari masalah ini adalah “Pengaruh pembelajaran daring selama pandemi covid-19 terhadap kesehatan mental mahasiswa”. Sehingga kami mengangkat kampanye “Pembelajaran Online Vs Kesehatan Mental”, mengajak para mahasiswa menjadi #ProduktifdiPembelajaranOnline dengan harapan dapat mengajak mahasiswa untuk melakukan hal produktif untuk mengurangi tingkat stress/khawatir, dll.