Serbuk Kayu merupakan kolektif yang berfokus pada aktivitas-aktivitas kesenian sejak 2011, salah satu aktivitasnya yakni menyelenggarakan diskusi dan pameran seni.  Sebagai pelaku yang terlibat dalam sirkulasi kesenian, mewujudkan ekosistem seni yang inklusif juga sama pentingnya bagi penyandang disabilitas mendapat kesempatan yang sama dan dianggap layak. Mulai dari hal sederhana yaitu membuat regulasi diskusi dan pameran yang dapat diakses teman-teman disabilitas. 

Mengapa demikian? Pertama kita perlu merangkul penyandang disabilitas, hak tersebut juga diatur di Undang-Undang No.8 Tahun 2016. Alasan kedua, karena hak asasi setiap manusia untuk mendapat perlindungan dari segala diskriminasi. Mewujudkan hal tersebut tentunya menjadi kewajiban kita bersama, ruang lingkup seni harus melahirkan ide-ide yang tak terbatas, juga tidak membatasi siapapun terlibat didalamnya.

Yuk! Libatkan dirimu dalam menciptakan ekosistem seni yang inklusif bagi penyandang disabilitas dengan mengikuti campaign #WaniInklusif!



WaniInklusif

Mewujudkan Ekosistem Seni yang Inklusif.

Terpublikasi

Amplifikasi kelas offline bersama Mahasiswa Seni Rupa Unesa.<div>Melalui karya mereka masing-masing, menjelaskan tentang apa itu seni yang inklusif menurut pemahaman mereka.&nbsp;</div><div>#waniinklusi #limitless #waniberkarya&nbsp;</div>

INKLUSIVITAS SENI 

SPASIAL CANGKRUK
Serbuk Kayu (Surabaya) bersama Hujjatul Islam (Pasir Putih,
Lombok) dan Dodi Klana Putra (RK Sarolangun, Jambi)
2023 
Instalasi infrastruktur pertemuan atau cangkruk hibrida berupa
meja bergambar, kursi, spanduk warung kopi, performans dan
siaran langsung peristiwa cangkrukan dari warung kopi di Surabaya
lewat monitor
Instalasi "Spasial Cangkruk " merepresentasikan ruang inklusif
yang menghapus batas status sosial dan kelas. Menjadi simbol
keterbukaan interaksi sosial untuk bertukar pengetahuan dan
pengalaman, mulai dari wacana politik, seni, budaya, ekonomi,
percintaan, hingga persoalan rumah tangga. Selama 10 hari,
instalasi ini menghubungkan makna Cangkruk di Galeri Nasional
dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang berkumpul dan
berinteraksi di salah satu warkop daerah Surabaya dengan istilah
"empirikal wong embongan." Di atas meja instalasi terdapat sketsa
"Cangkruk Cuk" karya Hujjatul Islam yang dapat direspon
pengunjung dengan menambahkan berbagai bentuk narasi
percakapan. Sedangkan di luar instalasi menghadirkan performans
dari Dodi Klana Putra yang merepresentasikan warkop sebagai
ruang resistensi pangan dan ekonomi. Karya ini bagian dari
Lumbung Indonesia, yang merupakan sala satu program dari
Kuratorial Temu Jalar.
#lumbungindonesia #pekankebudayaannasional #kolektifseni#limitless #waniberkarya #seniinklusif

Recently Project “SPASIAL CANGKRUK”

Seni dan Ruang-ruang Inklusif&nbsp; 
Dua hal yang seharusya dapat melebur menjadi sebuah gagasan yang menarik untuk diwujudkan.
Menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi siapapun.
Ditandai dengan keterbukaan akses, keterlibatan pelaku dan penikmat seni yang beragam, dan tanpa diskriminasi.
Seni bisa menjadi media komunikasi dari siapapun untuk siapapun dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Baik kelompok rentan, minoritas, dan teman-teman penyandang disabilitas.
 Kami sedang melakukan reaktivasi dan ikuti campaign ini sekarang juga! Mari kita wujudkan bersama!#waniinklusif #waniberkarya

THROWBACK OUR ONLINE ACTIVATION

Terimakasih sudah mendukung Serbuk Kayu untuk menjalankan campaign ini. Semoga ruang-ruang diskusi ini terus bertumbuh dan menciotakan ruang inklusif bagi siapapun dalam ekosistem seni Indonesia.&nbsp;