Prasama Project  didirikan oleh saya dan dua teman saya. Sejauh ini Yohana berperan melakukan koordinasi internal maupun eksternal dibantu oleh Lika di bagian promosi dan publikasi, serta saya di bagian perancangan program. Kami bertiga bersama-sama memiliki kepedulian terhadap peningkatan taraf kemandirian ekonomi dari rekan-rekan disabilitàs intelektual di Semarang. Kami melihat bahwa peluang kerja yang ditawarkan industri sampai saat ini belum sesuai keterampilan vokasional yang diajarkan SMALB untuk rekan-rekan disabilitàs intelektual sehingga Prasama Project terlahir untuk menjembatani ketidaksinambungan peluang ini. Prasama Project adalah usaha sosial yang mendukung terciptanya lingkungan kerja inklusif bagi rekan-rekan disabilitàs intelektual di Semarang. Usaha sosial bergerak pada bidang employee service dengan mengadakan pelatihan dan penyaluran kerja vokasional bagi rekan-rekan disabilitàs intelektual di Semarang. 

prasamaproject

memberikan pelatihan dan penyaluran kerja vokasional pada rekan disabilitàs intelektual di Semarang

Hasil penelitian Kusmaningsih dan Mahmudah (2017) terhadap 3 SMALB menyebutkan bahwa peluang kerja penyandang Disabilitas Intelektual pasca SMALB masih sangat terbatas. Kalaupun ada, peluang kerja tidak sesuai dengan keterampilan vokasional yang diajarkan di sekolah. Tampaknya, dunia usaha dan industri belum memiliki kepercayaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas intelektual dan masih bersikap diskriminatif terhadap hasil kerja mereka. Akibatnya, mereka menjadi kesulitan mendapatkan peluang kerja yang sesuai dengan bekal keterampilan vokasional yang diberikan pihak sekolah.
Menurut DSM (2013), orang dengan Disabilitas Intelektual taraf ringan ketika dewasa masih dapat mengerjakan tugas-tugas pekerjaan yang tidak menekankan pada pemikiran konseptual. Secara umum, mereka memerlukan bantuan pihak lain untuk masalah kesehatan, hukum, dan mempelajari keterampilan bekerja.  Orang-orang dengan Disabilitas Intelektual dengan taraf ringan bisa diajari untuk bekerja bersama dengan orang-orang pada umumnya untuk mengerjakan beberapa tugas yang ada pada tahapan produksi kriya dan kuliner dengan cara dilatih sesuai dengan kemampuan mereka. 
Beberapa SMALB pun mengajarkan keterampilan memasak dan kerajinan tangan sederhana pada siswa-siswa dengan Disabilitas Intelektual, sehingga saya yakin banyak lulusan SMALB-C yang sudah memiliki kemampuan dasar memasak dan dapat dilatih mengerjakan tugas-tugas tertentu dalam produksi kriya dan kuliner. Peran Prasama Project adalah memperkuat potensi rekan-rekan Disabilitas Intelektual di bidang vokasional melalui pelatihan kerja dan menghubungkan mereka dengan peluang kerja pada produksi kriya dan kuliner milik UKM-UKM di Semarang yang menjadi mitra Prasama Project. Kami berharap dengan semakin berkembangnya usaha sosial ini, maka semakin banyak rekan-rekan Disabilitas Intelektual yang dapat mencapai kemandirian ekonomi dan pada akhirnya memperoleh kesejahteraan ekonomi.
 Usaha sosial ini mendukung arah kebijakan Pemerintah Indonesia untuk meraih Goal 8 SDGs : Decent Work and Economic Growth. Beberapa arah kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan pekerja vokasional demi menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif cukup selaras dengan usaha sosial yang dilaksanakan Prasama Project, di antaranya adalah 
1) Menciptakan pekerjaan yang layak dan inklusif di sektor yang bernilai tambah tinggi
2) meningkatkan sistem keterampilan melalui pengelolaan institusi vokasional,  memperluas kerja sama dengan industri, dan mengembangkan skema keuangan untuk pelatihan-pelatihan, serta 
3) meningkatkan partisipasi dari kelompok rentan, salah satunya adalah rekan-rekan dengan disabilitas.

Dampak yang diharapkan dan tujuan akhir Prasama Project

Prasama Project adalah usaha sosial yang mendukung terciptanya lingkungan kerja inklusif bagi rekan-rekan Disabilitas Intelektual di Semarang. Usaha sosial ini dimulai pada Oktober 2018 di Semarang. Usaha sosial ini bergerak pada bidang employee service dengan mengadakan pelatihan dan penyaluran kerja vokasional bagi rekan-rekan Disabilitas Intelektual di Semarang

Tentang Prasama Project

Setelah mengikuti SDG PIPE, kami berharap bisa melaksakan usaha sosial sesuai dengan visi-misi Prasama Project. Kami membagi misi Prasama Project menjadi 5 tahapan. Di setiap tahapan, telah disusun strategi pengembangan dari sisi komersial maupun dari sisi sosial.
 Pada tahap 1, kami bertekad untuk menjual 1000 produk per bulan dari mitra-mitra UKM kami melalui sistem dropship dan reseller (#1000kotakempati) sebagai salah satu pendapatan Prasama Project. Keuntungan yang diperoleh akan dialokasikan untuk pelaksanaan pelatihan vokasional gratis bagi rekan-rekan Disabilitas Intelektual.

 Pada tahap 2, pendapatan akan ditambah dari 10% upah magang dari rekan kerja Disabilitas Intelektual yang telah disalurkan bekerja vokasional di tempat produksi mitra-mitra UKM oleh Prasama Project setelah mereka lulus pelatihan. 

Pada tahap-tahap selanjutnya, kami akan meningkatkan target penjualan program dropship & reseller 2 kali lipat dari tahap awal, dan juga menyalurkan lebih banyak rekan-rekan Disabilitas Intelektual pada bidang industri kriya dan kuliner di Semarang. Penerima manfaat dari Prasama Project adalah rekan-rekan Disabilitas Intelektual pada taraf ringan, berada pada usia produktif (18-40 tahun), belum memiliki pekerjaan, dan tinggal di Semarang. Pada usia kronologis yang sudah dewasa, individu dengan Disabilitas Intelektual bisa saja memiliki usia mental yang jauh di bawah usianya yang sebenarnya. Bisa dikatakan bahwa kemampuan berpikir mereka masih seperti anak-anak. Berdasarkan DSM-5 (2013), Disabilitas Intelektual adalah gangguan perkembangan intelektual yang terjadi selama periode perkembangan yang meliputi kekurangan pada fungsi intelektual dan fungsi keseharian dalam area konseptual, sosial, dan hal-hal yang praktis. Disabilitas Intelektual terbagi menjadi beberapa golongan yaitu taraf ringan, sedang, dan berat. Kondisi Disabilitas Intelektual banyak terjadi di dalam masyarakat Indonesia, terutama golongan taraf ringan. Data Badan Pusat Statistik (2006) menyatakan sekitar 1–3% penduduk Indonesia memiliki kondisi Disabilitas Intelektual taraf ringan.
Kami berharap dengan semakin berkembangnya usaha sosial ini, maka semakin banyak rekan-rekan Disabilitas Intelektual yang dapat mencapai kemandirian ekonomi dan pada akhirnya memperoleh kesejahteraan ekonomi. Kemandirian dan kesejahteraan ekonomi dari rekan-rekan Disabilitas Intelektual yang berkerja melalui Prasama Project akan diukur menggunakan metode Impact Management pada tiap tahapan, sehingga selain dapat mengetahui seberapa keuntungan komersil dari usaha sosial ini, kami juga dapat mengetahui seberapa dampak positif yang telah diterima oleh rekan-rekan Disabilitas Intelektual yang disalurkan bekerja oleh Prasama Project.   
    
Agar usaha sosial ini dapat terus memberikan dampak bagi rekan-rekan Disabilitas Intelektual di Semarang, kami membutuhkan tambahan modal sekitar Rp. 50.000.000,- untuk melanjutkan usaha sosial ini. Modal ini akan dialokasikan untuk sewa tempat pelatihan sebesar 40%, bahan baku pelatihan sebesar 40%, dan biaya edukasi lingkungan kerja inklusif pada industri besar dan UKM di Semarang sebesar 20%. Sejauh ini, kami memang terkendala pada tempat ketika ingin mengadakan pelatihan. Biasanya kami bekerjasama dengan pihak SLB untuk mengadakan pelatihan, namun memang tergantung dari jadwal SLB (tidak bisa digunakan jika SLB libur atau harus menunggu jam sekolah usai), sehingga kami belum bisa rutin mengadakan pelatihan untuk rekan-rekan Disabilitas Intelektual, sekalipun banyaknya kebutuhan yang dirasakan. Kami proyeksikan dengan usaha kami menjualkan produk mitra-mitra UKM dan juga dari keuntungan 10% upah magang talent Disabilitas Intelektual, kami bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp. 20.000.000 pada tahun pertama, dan bisa mencapai Break Even Point pada tahun ketiga.    

Rencana Prasama Project setelah mengikuti program SDG PIPE

1.Pelatihan Membuat Tahu Bakso
Prasama Project telah melakukan pelatihan membuat tahu bakso di SLB Hj. Soemiyati Semarang pada Desember 2018. Ini adalah pilot project dari Prasama Project. Kami melatih 8 siswa SMALB berusia antara 16-19 tahun (7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan). Karena melihat siswa-siswanya yang mengikuti pelatihan bisa mengasah keterampilan memasak mereka, pihak sekolah sekali lagi mengundang Prasama Project untuk mengadakan pelatihan membuat tahu bakso untuk jumlah peserta yang lebih besar yaitu sekitar 30 orang pada Maret 2019. 

2.Pelatihan Menggulung Lunpia
Prasama Project telah melakukan pelatihan menggulung lunpia di Melana School Semarang pada Mei 2018. Pelatihan ini bekerjasama dengan mitra UKM kami yaitu Lunpia Tjik Renren Semarang. Kami melatih 15 siswa berusia antara 14-16 tahun dengan yang beragam seperti Disabilitas Intelektual, Autisme, dan ADHD. Guru-guru dari Melana School merasa senang dengan adanya pelatihan ini, siswa-siswanya bisa memperoleh memiliki pengalaman memasak produk kuliner secara komprehensif dan sesuai untuk individu dengan kebutuhan khusus. 

3.MOU dengan SLB dan UKM di Semarang
Saat ini Prasama Project sedang menyiapkan perjanjian kerjasama dengan SLB-SLB di Semarang untuk dapat menghubungkan pelatihan vokasional Prasama Project untuk alumnus-alumnus dengan Disabilitas Intelektual yang membutuhkan pekerjaan. Selain itu, Prasama Project juga menyiapkan perjanjian kerjasama dengan mitra-mitra UKM untuk melakukan pelatihan vokasional dan penerimaan kerja magang.  

Aktivitas yang dilakukan Prasama Project

Prasama Project dimulai pada Oktober 2018 di Semarang, dan saat ini ada di tahap prototyping. Kami telah melakukan pemetaan talent Disabilitas Intelektual dengan 3 SLB di Semarang, serta melakukan kerjasama dengan 3 UKM Kuliner dan 3 UKM Kriya di Semarang. Kami telah melaksanakan 3 kali pelatihan vokasional gratis untuk rekan-rekan Disabilitas Intelektual dengan menggunakan metode prompting. Pada Februari 2019, kami terpilih sebagai Top 20 Sociopreneur Muda dari kompetisi modal Gerakan Secangkir Semangat Kopi Kapal Api. Pada Agustus 2019, kami terpilih sebagai peserta Social Innovation Acceleration Program dari British Council untuk mewakili bidang pemberdayaan disabilitas.    

Pencapaian yang telah diraih Prasama Project

Bagi saya, kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas adalah hal yang perlu diperjuangkan. Mengapa? Karena dengan kemandirian ekonomi tersebut, penyandang disabilitas intelektual bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung pada orang lain. Rekan ibu saya adalah orang tua tunggal  yang sudah lama pensiun dengan anak tunggal  penyandang disabilitas intelektual. Uang pensiunnya tidak banyak dan hanya cukup untuk membeli bahan makanan sehingga akhirnya sang anak memutuskan untuk bekerja menjadi juru parkir agar dapat membiayai kebutuhan lainnya. Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya ibu itu menghadapi situasi tersebut. Saya pikir seandainya jika anak ibu tersebut dapat bekerja dengan layak, tentu dia mampu mengatasi permasalahan ekonomi keluarganya.  Berangkat dari  hal inilah  saya kemudian ingin sekali terlibat dalam membantu situasi yang  mereka hadapi terutama karena saat ini belum banyak pelaku dunia usaha dan indutri yang peduli dan membuka kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Mereka masih beranggapan bahwa hanya orang normallah yang dapat bekerja dan produktif. Sementara di sisi lain ada potensi yang perlu mereka lihat dari rekan-rekan disabilitas ini, yaitu mampu melakukan tugas dan pekerjaan ringan pada beberapa tahapan produksi kriya dan kuliner di bawah pembinaan dan pengawasan tenaga terlatih.  Bermula dari  permasalahan tersebut akhirnya saya bergabung dengan  Jo dan Lika dan akhirnya bersama-sama menggagas Prasama Project untuk memperkuat potensi rekan-rekan Disabilitas Intelektual di bidang vokasional melalui pelatihan kerja dan menghubungkan mereka dengan peluang kerja pada produksi kriya dan kuliner milik UKM-UKM di Semarang yang menjadi mitra Prasama Project
.Kami berusaha memahami apa yang dibutuhkan oleh pelaku dunia usaha  dengan melakukan observasi pada setiap tahap produksi dan mencari tahap produksi mana yang memungkinkan bagi penyandang disabilitas intelektual untuk terlibat dalam tahap produksi dengan memberikan pemahaman bahwa dengan bimbingan dan pelatihan mereka mampu bekerja. Tentunya bagian ini tidaklah mudah, karena kami harus meyakinkan pelaku usaha dan memastikan bahwa keterlibatan penyandang disabilitas intelektual dapat memberikan dampak yang efektif terhadap produktivitas secara keseluruhan. Dengan mengikuti program SDG PIPE, kami berharap kami dapat berperan aktif dalam kampanye yang menyuarakan kemandirian ekonomi baik dalam skala nasional maupun internasional dan  mendapatkan kepercayaan dari mitra usaha kriya dan kuliner  melalui mentoring yang diberikan.  Dana yang didapatkan nanti akan kami pakai sebagai modal untuk membiayai kegiatan edukasi terhadap mitra kerja, pelatihan dan kegiatan magang bagi penyandang disabilitas intelektual 