Kerusakan ekosistem laut menjadi masalah lingkungan yang belakangan semakin jelas tampak di berbagai wilayah perairan di Indonesia. Misalnya, kerusakan terumbu karang dan tercemarnya air laut di Teluk Jakarta, Raja Ampat, dan lain sebagainya. Hewan-hewan laut pun ikut terancam. Kerusakan ini tidak lain disebabkan oleh sifat buruk manusia yang masih menggunakan & membuang sampah plastik secara sembarangan. Sampah plastik yang terbawa kelautan akan mengancam kehidupan biota laut karena kandungan yang dibawa oleh plastik. Menurut studi kasus yang dikembangkan oleh mahasiswa Montana State University (2012), plastik mengandung timbal, kadmium, dan merkuri yang sangat beracun. Bahkan beberapa plastik ada yang mengandung DEHP. Kandungan inilah akan menyebabkan ikan dan biota laut mengalami gangguan bahkan kematian. Tidak hanya itu, manusia pun akan terancam dengan hal ini melalui rantai makanan. Hewan-hewan laut yang memakan plastik akan mengancam manusia karena makanan dari laut. Racun-racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti kanker, terganggunya sistem kekebalan tubuh dan perkembangan anak, hingga cacat lahir. Berdasarkan data KLHK, jumlah timbunan sampah di Indonesia meningkat dari 64 juta ton per tahun (data September 2019) menjadi 67,8 juta ton per tahun pada 2020. Sampah plastik menyumbang sebesar 15% dan kertas 10%. Artinya, jumlah sampah plastik di Indonesia diperkirakan mencapai 10,17 juta ton pada tahun 2020. Atas dasar ini, komunitas Plastik Musnah berdiri untuk membantu menanggulangi peningkatan sampah plastik melalui kampanye sosial yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekosistem laut yang semakin rusak. Melalui kampanye #StopPenggunaanPlastik, kami ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih peduli dan terlibat pada upaya pengurangan penggunaan plastik. Menggantinya dengan penggunaan barang-barang yang lebih ramah lingkungan dan bisa digunakan berkali-kali.