Hai Changemakers!
Champ dan seorang tamu mau nemenin kamu nih di hari libur! Tamu Champ kali ini adalah seorang perempuan hebat yang beberapa waktu lalu ngobrol seru bareng Champ tentang isu perempuan dan stigma yang terjadi di dunia kerja. Nggak usah berlama-lama, cussss langsung kepoin obrolan kita:
Q: Hai Kak bisa perkenalkan diri terlebih dahulu?
A: Hai, aku Christine sebagai Pemimpin Redaksinya The Finery Report
Sebagai perempuan di industri media, pernah nggak kamu merasakan diskriminasi, stigma negatif, atau pengalaman tidak mengenakkan lainnya? Kalau iya, seperti apa pengalaman tersebut?
Kalau secara general perempuan suka dicap susahlah jadi pemimpin orangnya senstif banget, gampang nangis dan sebagainya. Tapi, Jujur kalau di media tempat aku berkecimpung itu nggak pernah sih ya. Nah, tapi di tempat kerja aku yang lain pernah tuh. Aku kan juga ngajar ya di salah satu kampus, justru dari tempat aku ngajar aku mendapatkan komentar-komentar seksis. Contohnya, mempermasalahkan status pernikahan, ya terus kenapa kan ya perempuan belum menikah? Sampai ke pakaian juga. Dan entah kenapa pakaian pengajar perempuan itu selalu dikomentari. Aneh banget! Secara aku ngajar design, nggak pakai baju tidur juga t-shirt masih pakai yang bagus juga. Ketika pengajar laki-laki pakai t-shirt nggak dikomentari sedangkan aku yang pakai langsung dikomentari.
Bagaimana kamu menghadapi pengalaman itu?
Jadi tergantung tingkat kesabaran aku. Awalnya mungkin aku masih kayak “apaan sih.” Tapi ketika udah mulai kelewatan itu langsung aku tegur. Karena waktu itu aku dilecehkannya di group WhatsApp, itu aku langsung tegur di saat itu juga, dan itu udah kejadian berkali-kali. Menurut aku, hal-hal kayak begini nggak bisa dibiarin ya. Ada saatnya kita harus marah, ada saatnya kita bodo amat gitu. Jadi, tergantung orang tergantung timing. Kalau case-nya yang aku dapatkan tadi, itu udah keterlaluan.
Apa sih menurut kamu yang harus berubah di masyarakat agar tidak lagi terjadi kejadian seperti itu di luar sana?
Yang perlu diubah ya perbuatan kita ya. Dari perbuatan kita speak louder than words dari sana bisa keliatan, sifat kita sehari-hari, bagaimana cara kita memperlakukan orang dan lain-lain.
Apa pandanganmu terhadap orang-orang, yang ketika mereka mengalami hal-hal negatif sebagai perempuan di dunia kerja, memilih untuk tidak melakukan/ mengatakan apa-apa ke pihak berwenang karena ia takut atas reaksi yang tidak sesuai harapan? Menurut kamu, bener nggak sih kita harus pick our battles?
Orang-orang yang nggak berani speak up itu kita juga harus ngerti. Kenapa mereka nggak berani? Karena selama ini, contoh ya misal ada korban pemerkosaan coba liat komentar netizen kayak apa? Selalu salah-salahin korban, terus solusinya apa? Disuruh nikah masa sama yang memperkosa dia, kan lucu. Ya, speak up akan membantu banget tapi balik lagi ke setiap individu orang-orang, karena kita nggak bisa menyamaratakan pengalaman setiap orang.
Pesan untuk perempuan di luar sana yang tengah berjuang sama seperti kamu?
Belajar untuk sayang diri sendiri dulu, sebelum mencoba untuk menolong orang lain. Karena kalau belum bahagia ke diri sendiri, gimana kita bisa bahagia ke orang lain? Jadi, find yourself, belajar untuk love yourself dan accept diri sendiri. Accept itu maksudnya menerima kekurangan dan mau improve kekurangan kita.
Gimana? Seru banget ya obrolan kita kali ini bareng Kak Christine? Sampai-sampai banyak banget dapat insights baru! Bagian mana sih yang menginspirasi kamu dari obrolan kali ini, tulis di kolom komentar ya! Nah, nemenin kamu di bulan Hari Perempuan Sedunia, Champ ada kabar baik! Instagram TV Series spesial Hari Perempuan Sedunia hadir untuk kamu. Minggu ini kita sudah memasuki Instagram TV series kedua loh, dengan topik Perempuan dan Kekerasan Berbasis Gender Online. Jadi, sampai ketemu di Instagram @Campaign_id. Bersama, untuk dunia yang lebih baik.