Sosok guru itu selalu ada dalam kehidupan kita. Dari kecil sampai dewasa, mereka hadir untuk berbagi wawasan agar kita siap menghadapi dunia. Nggak terhitung deh jasa mereka dari dulu sampai sekarang.
Untuk memperingati Hari Guru Nasional, Champ nanya-nanya nih sama teman-teman intern Campaign.com yaitu Shatira, April, Nabila, Tiara, dan Ferrell tentang arti dari kehadiran guru yang jadi panutan mereka. Yuk cek jawaban mereka!
Menurut kamu, apa sih makna dari “guru”?
Shatira: Guru itu orang tua kedua sih. Bisa dibilang sebagian besar diri aku saat ini itu cerminan guru-guru yang selama ini membimbing.
Tiara: Sebenarnya guru buat aku bukan profesi, tapi karakter. Semua orang bisa mengajar, tapi tidak semua bisa nurturing dan mengayomi.
Nabila: Guru buat aku bisa berperan menjadi dua hal: menjadi mentor dan menjadi teman baik. Di satu sisi aku bisa belajar banyaaak dari segala hal yang udah mereka ajarkan. Di sisi lainnya, mereka juga bisa jadi tempat aku untuk curhat dan meminta saran bahkan terkait dengan hal-hal bersifat cukup personal.
Siapa sih guru panutan dalam kehidupanmu dan apa alasannya?
April: Ibu Gerdam, guru Matematika SMK Patria Wisata! Soalnya gue nggak pernah bisa MTK dan cuma sama dia gue bisa paham sama rumus MTK. Bu Gerdha sabar banget. Nadanya Jawa halus, nggak pernah naik meskipun gue nggak paham setelah empat kali dijelasin.
Shatira: Bu El, guru PKN SMA jadi panutan. Di saat aku lagi jenuh banget sama science dia yang ngasih harapan dan ngajak aku buat gabung di dunia debat haha. Banyak banget ngasih ilmu dan sangat menghargai keberadaanku.
Nabila: Guru panutan sebetulnya banyak... Tapi ada satu figur yang aku yakin bakalan membekas sampai tua nanti, yaitu: Pak Hardiyanto atau Pak Anto. Beliau guru matematika pas aku masih belajar di SMA Labschool Kebayoran. Nggak ngerti lagi, beliau itu pinter BANGET tapi SUPER humble.
Sosok guru favoritmu kayak apa sih?
April: Yang bisa ngebimbing muridnya, bukan cuma dari segi ilmu tapi juga pembentukan kepribadian.
Nabila: Sosok yang penyabar, asik diajak bercanda tapi tetap serius pada waktunya dan down to earth! Layaknya ungkapan: padi semakin berisi akan semakin merunduk. Artinya semakin tinggi ilmunya, semakin rendah hatinya.
Ferrel: Pengertian, bertata bahasa yang tepat sehingga materi mudah diserap. Serius jika dibutuhkan namun santai jika tidak lagi mengajar sehingga terasa kekeluargaan.
Kalau kamu jadi guru, kira-kira gaya mengajarmu kayak gimana ya?
Shatira: Kalo punya kesempatan jadi guru, mungkin aku nggak akan cuma fokus di masalah pencapaian murid-murid, tapi lebih ke proses mereka. Berusaha membantu mereka menemukan jati diri dan apa yang mereka inginkan.
Ferrel: Sangat santai, tipikal guru yang biasanya diremehin, yang kelasnya rame banget tapi akrab sama murid-muridnya. Well what can I say? Aku orangnya memang nggak pinter marah-marah kaya guru killer.
Terakhir, apa sih pesanmu untuk guru-guru Indonesia?
Shatira: Untuk semua guru di Indonesia, Jasa kalian tidak terhitung, ingatlah setiap hal kecil yang kalian ajarkan bisa membawa perubahan besar di kehidupan seseorang.
Tiara: Ibu, Bapak, terima kasih atas ilmunya dan hal-hal baik yang sudah ditanamkan. Maaf sering buat susah. Kalau Indonesia baik-baik saja, Ibu dan Bapak tahu yang besarkan mereka siapa :hugging:
Nabila: Semangat, sukses dan sehat selalu teruntuk seluruh guru yang ada di Indonesia, khususnya kepada guru-guru yang udah sempet ngajarin aku selama masih sekolah dan kuliah. Semoga secepatnya aku bisa segera membalas jasa ibu dan bapak semuanya dengan membuat kalian semua bangga. Aamiin!
Ferrell: You guys are always in my heart, Terima kasih telah membekaliku dengan ilmu dan kasih sayang, serta pengetahuan dunia nyata. Gak akan pernah lupa terhadap guru, and I hope I can meet my beloved teachers soon!
Wah, dari jawaban teman-teman intern Campaign.com, kelihatan banget ya rasa syukur mereka atas kehadiran gurunya. Nah, gimana dengan Changemakers? Kalian punya nggak guru yang jadi panutan hidup? Atau pengen beri pesan juga kepada guru-guru Indonesia? Share di kolom komentar ya!