βSiapapun ingin menjadi anak muda yang berdampak baik dan tentu sehat jiwa. Tapi di kondisi seperti sekarang dengan banyaknya keresahan baik di dunia nyata dan sosial media, memangnya ada ya cara-cara untuk menjadi anak muda yang sehat jiwa dan tetap bisa santai?Β
Hmmm daripada pusing, Champ kemarin memiliki kesempatan bertemu dengan dr. Rossalina, Sp.KJ untuk mencari tahu persoalan tersebut. Yuk cek:
Hai dok! Saat pandemi kita terkadang jadi mudah cemas karena situasi dunia yang nggak menentu. Di tambah, banyak anak muda yang gampang baper dan mood swing. Wajar nggak sih dok? Kadar cemas seperti apa yang sudah nggak baik untuk tubuh?
Semua perasaan itu normal atau netral. Cemas itu wajar bantu bertahap hidup. Kapan kita tahu ini gangguan (mengganggu pola makan, membuat kita temperamen atau melakukan self-harm). Tanyakan kepada diri sendiri apa kecemasan ini mengganggu aktivitas kita sehari-hari? Kalau sudah sampai seperti gangguan pola makan sampai self-harm itu yang harus ada penindakan lebih lanjut.
Menurut dokter apa sih tantangan anak muda untuk meraih keadaan sehat jiwanya di tengah kondisi seperti sekarang ini?
Menurut saya, pelajaran yang harus diketahui adalah kenal diri sendiri ya. Kenal siapa saya kenal apa yang saya mau di hidup saya, dan jangan tergantung apa kata orang gitu. Jadi, jangan pernah menyamakan standard kita dengan standard orang lain. Make the best version of ourselves.Β
Apalagi di medsos di mana seperti ada takaran sukses displayed. Belajar mute dan block. Batasi waktu bermedsos juga itu sudah menjadi tindakan baik. Karena banyak juga saya temui anak muda yang memicu rasa cemas berlebih atau perasaan rendah diri atau perasaan depresi adalah saat melihat media sosial. Di media sosial kan kita melihat teman-teman kita kaya sudah berlari jauh ya. Ya itu cuma di media sosial aja, hidup pribadi kan nggak seindah media sosial, nggak mungkin juga kita-kita upload hal yang buruk-buruk diposting.Β
Kapan sih dok, kita harus datang ke psikolog atau ke psikiater? Karena nggak bisa dipungkiri banyak sekali sentimen negatif terhadap orang yang berobat ke psikolog dan juga psikiater, membuat orang menutup diri untuk memulihkan kejiwaannya?Β
Jadi intinya seperti ini sih, misal kita punya luka di kaki, nggak kita apa-apain bisa sembuh sendiri atau cuma perlu kasih plester. Nah, kalau misal lukanya sudah kita atasi sendiri tapi ternyata lukanya mungkin terlalu dalam dan nggak sembuh-sembuh ya kita perlu juga tenaga profesional untuk membantu itu.Β
Nggak apa-apa kok untuk minta tolong, dengan bilang kita nggak mampu sendirian mengobati luka ini bukan berarti kita lemah, tapi kita berani untuk menghadapi gangguan itu. Jadi kapan aja bisa sebenernya untuk pergi ke profesional. Bukan berarti sakit, tapi pemikirannya adalah untuk menjadi diri saya yang lebih baik. Karena siapapun pasti mempunyai masalah di hidupnya.Β π