Halo, Changemakers!
A Better World Prize FUNthering Day and Awarding Night nggak akan lengkap tanpa diskusi tentang isu lingkungan yang kita hadapi di Indonesia. Nah, karena itu, Champ ikutan sesi panel untuk belajar dari ahlinya nih, yaitu Nanda Noor, S.Mn., M.Sc dari World Resources Institute, Pengendum Tampung dari Sokola Institute Rimba Jambi, dan Irma Sitompul dari Pratisara Bumi Foundation. Bagi yang kelewatan acaranya, yuk baca recap berikut ini!
Menjaga lingkungan dengan aturan adat
Perubahan iklim berskala kecil mulai dirasakan orang-orang Rimba yang selalu menjunjung tinggi kebersihan lingkungan Taman Nasional Bukit Duabelas. Sudah bermunculan sampah-sampah plastik dan limbah pabrik yang mencemari lingkungan dan membuat orang Rimba rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, Kak Pangendum mengumpulkan beberapa pemuda Rimba ke dalam satu organisasi untuk membantu monitor sungai dan membersihkan sampah. Bukan hanya itu, Kak Pangendum telah selesai melakukan pemetaan partisipatif konservasi berbasis ekologi Rimba. Dia dan beberapa orang lainnya mengidentifikasi pohon-pohon yang dijaga oleh orang Rimba. Ini dikarenakan ada budaya Rimba yang mengharuskan mereka untuk menjaga dua pohon untuk satu bayi yang lahir. Jadi semakin banyak populasi orang Rimba, semakin banyak juga pohon yang mereka jaga. Satu contoh aturan adat Rimba ini menunjukkan betapa pentingnya aksi menjaga lingkungan untuk kehidupan mereka.
Bisnis bisa temenan sama lingkungan, loh!
Kak Irma mengenalkan konsep yang masih jarang didengar di telinga rakyat Indonesia: wirausaha lestari. Para wirausaha lestari adalah orang-orang yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam bisnisnya. Jadi mereka nggak hanya fokus untuk meraup profit, tapi juga berusaha untuk memberdayakan tenaga kerjanya serta tidak mengeksploitasi lingkungan. Konsep ini tercipta sebagai salah satu upaya untuk memelankan perubahan iklim karena masyarakat perkotaan Indonesia itu tergantung banget pada transaksi jual-beli yang menghasilkan sampah serta emisi gas. Kak Irma pun berpesan kalau kita harus berpikir kritis dalam memproduksi atau mengkonsumsi suatu barang sehingga kita bisa lebih tahu bagaimana menjaga lingkungan yang kerap memberikan kita berkah setiap hari.
Pohon itu juga teknologi!
Kamu tahu nggak sih satu orang Indonesia menghasilkan dua juta ton karbondioksida? Jadi bayangin deh jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh satu negara! Nah itu sebabnya hutan Indonesia penting banget untuk menyerap emisi gas yang kita hasilkan sehari-hari entah dari penggunaan kendaraan, makanan yang kita konsumsi, serta pakaian yang kita pakai. Kak Nanda pun mengajak kita untuk melihat pohon sebagai teknologi alami yang bisa bekerja tanpa bantuan kita untuk memelankan perubahan iklim. Kita cuma perlu bersama-sama membantu merawat dan menjaga eksistensi pohon dan hutan kita.
Inilah poin-poin menarik yang Champ catat dari sesi diskusi ini. Kalau masih penasaran dengan gimana caranya memperlambat perubahan iklim dengan bergotong royong, yuk cek full discussion-nya di https://www.youtube.com/watch?v=TRk_J8blXw4! Bersama untuk dunia yang lebih baik 💙