#ForABetterWorldID

Body Shaming: 'Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak'

profile

campaign

Update

​Halo Changemakers!

Apa kabarmu? Semoga baik-baik aja ya. Jangan lupa jaga kesehatan badan dan mental. Oiya ngomong-ngomong kemarin lagi ramai soal body shaming ke salah satu atlet Indonesia. Padahal beliau sudah berjuang untuk mengharumkan nama bangsa. Hanya saja sebagian orang memang lebih melihat kekurangan bak semut di seberang lautan ketimbang prestasi yang sebesar gajah. Dari kasus ini ada baiknya kita meningkatkan kesadaran akan dampak dari perilaku body shaming. Tapi kamu tau nggak sih, apa itu yang dimaksud body shaming


Body shaming merupakan perilaku mempermalukan bentuk tubuh seseorang dengan mencemooh atau mengejek penampilan fisik seseorang. Perilaku body shaming, belum jelas diketahui sejak kapan adanya. Tapi bermulai dari adanya budaya penindasan atau bullying di tengah kehidupan masyarakat, serta campur tangan media yang membangun pandangan mengenai standar kecantikan.


Budaya penindasan ini diturunkan dari kolonialisme. Sabrina Strings, asisten profesor bidang sosiologi di University of California, Irvine, dan penulis "Fearing the Black Body: The Racial Origins of Fat Phobia" mengatakan penulis, jurnalis dan komentator di masa kolonial mengidentikkan tubuh gemuk di daerah jajahan dengan keliaran, kemalasan dan kelemahan. Yang sampai saat ini masih eksis, sehingga kalau tidak langsing patut diejek dan dicemooh.


Perlu diketahui, contoh body shaming itu misalnya seperti "kulitmu, kok, gosong sih, dirawat dong, biar putih", "kurus banget sih, kek, lihat ranting jalan", dan lain sebagainya. Jadi, batasan body shaming di sini adalah ketika seseorang menilai bahwa tubuh kita tidak bagus lantas bisa dijadikan bahan cemooh.


Emang nggak semua orang akan tersinggung dengan perilaku body shaming. Karena kondisi mental setiap orang pasti berbeda-beda. Tetapi, untuk menghindari menyakiti mental seseorang sebaiknya kita hindari perilaku ini. Soalnya perilaku body shaming ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi korban.


Berdasarkan beberapa penelitian mengenai dampak dari body shaming terkhusus pada diskriminasi berat badan seperti depresi, orang yang didiskriminasi karena berat badan berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan masalah mental lainnya. Kemudian Gangguan makan. Akibat mempermalukan kondisi seseorang karena kelebihan atau kekurangan lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan makan, seperti anoreksia. Serta bisa menyebabkan penurunan harga diri, stres, dan masalah yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.


Dari paparan di atas, banyak sekali dampak buruk yang diperoleh korban body shaming. Maka dari itu kita sebaiknya berhenti mengejek, bercanda atau mengomentari bentuk tubuh seseorang. Kita tetap bisa ngobrol dengan mencari topik lain yang lebih seru ketimbang mengomentari fisik seseorang.


Terus, gimana dong kalau kamu pernah jadi korban body shaming? Nah, kali ini Champ bakalan sharing tips menghadapi body shaming!


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone