Halo, Changemakers!
Acara #SeruDiRumahBarengCIMSA kemarin rasanya bisa membantu kita untuk healing sejenak dan mendapatkan insight baru tentang kesehatan mental. Senangnya lagi, banyak banget Changemakers yang semangat dan antusias berinteraksi selama talkshow berlangsung. Talkshow kemarin ada Kak Ida Ayu Prasasti atau disapa Kak Sasti dari Suicide Primary Prevention Task Force di Into The Light Indonesia yang membahas mengenai “Pemuda Seru Melawan Stay-At-Home-Blues”.
Kak Sasti bercerita kalau dia sering melihat dan menemui banyak orang yang belum mau ke Rumah Sakit kalau sedang merasa kurang sehat secara mental. Padahal untuk bisa beraktivitas dengan baik, kita harus sehat secara jiwa, bisa mengelola stress dengan baik pula. Walaupun memang nggak ada orang yang 100% sehat dalam kesehatan jiwa dan nggak ada orang yang 100% sakit jiwa. Namun, kalau dari kita udah merasa nggak sanggup lagi, kita bisa meminta bantuan kepada psikolog atau psikiater.

Selain itu, ditambah adanya pandemi, banyak aspek kehidupan yang berubah dan akhirnya berdampak kepada diri kita, yang mana setiap situasi akan berbeda suasana karena terpengaruh oleh banyak faktor dan merasa kurangnya kepastian. Akhirnya, muncul namanya stay at home blues yaitu kondisi di mana kita akan cenderung merasa cemas berkepanjangan, sedih, dan selalu cemas dengan keadaan.
Kak Sasti juga sempat mengatakan bahwa ketika kita udah mengalami perasaan kesepian, cemas, merasa semua beban ada diri kita, kita harus berani untuk melangkah ke depan, yaitu berobat ke psikolog atau psikiater. Kenapa? Karena sampai sekarang masih banyak orang yang nggak mau ke psikolog.

“Meminta pertolongan itu sesuatu yang wajar dan oke dilakukan”
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan ketika meminta pertolongan, seperti lewat telemedicine kalau kamu nggak mau bertemu langsung. Sedangkan, kalau ingin bertemu langsung karena kita bisa meluapkan semua emosi dengan mudah, kita bisa mendaftar ke psikolog atau psikiater. Lalu, kita juga bisa menceritakan masalah kita ke teman sebaya kita, tapi tetap harus ada batasannya ya karena teman kita juga punya kapasitasnya sendiri.
Changemakers, kemarin Kak Sasti juga memberikan saran kalau kita juga harus melakukan self care. Ini adalah bentuk proses yang dilakukan untuk membuat diri kita nyaman dan bisa kita lakukan dengan kegiatan yang bikin kita jadi tenang, seperti menonton, mendengarkan musik, memasak, atau tidur.

Selain yang di atas, ada apa aja yang harus kita lakukan untuk self care? Nah, Kak Sasti juga memberikan insights tentang 7 pilar merawat diri. Kita bisa mulai melakukan literasi tentang pengetahuan akan kesehatan, harus mulai aware dengan kondisi badan kita, melakukan olahraga, seperti senam atau yoga, makan makanan sehat, selalu jaga kebersihan diri, penghindaran risiko kesehatan, dan menggunakan produk dan layanan dengan rasional dan bertanggung jawab.

Selama pandemi, pasti banyak orang yang berusaha untuk tetap produktif. Padahal kenyataannya adalah pandemi ini bukan jadi ajang untuk kontes produktivitas. Ketika kita merasa ada yang mengganggu diri kita, kita harus mencari bala bantuan dulu baru bisa produktif kembali.
“Jangan membandingkan produktivitas orang lain dengan diri sendiri karena akan membuat diri kita menjadi stress dan balap-balapan untuk produktif. Padahal setiap orang itu punya kapasitasnya sendiri.”
Di akhir, Kak Sastri berpesan agar kita selalu ingat kalau diri kita ini berharga. Kita udah melakukan hal sebaik mungkin, sebisa kita, dan semaksimal mungkin untuk produktif. Intinya kita harus selalu ingat juga, produktif itu bukan kontestasi.

Sambil mulai melakukan self care, kita bisa bagikan hal itu lewat Challenge Pulihkan Indonesia dengan #SeruDiRumah Bareng CIMSA yang disponsori oleh PT Marein. Selain diri kita menjadi lebih tenang dan damai, kita juga bisa membantu orang-orang yang membutuhkan tabung oksigen karena setelah menyelesaikan Challenge tersebut, kamu udah membuka donasi sebesar 50 ribu rupiah! Salam sehat dan sampai jumpa di event lainnya!