Beberapa hari lalu, kita menemui beberapa permasalahan, salah satunya kejadian Saipul Jamil yang diboikot atau cancel oleh para netizen Indonesia lewat petisi maupun media sosial karena dia sama sekali nggak menunjukkan perasaan bersalah setelah keluar dari penjara setelah melakukan pelecehan seksual di bawah umur atau biasa kita bilang pedofilia. Lalu, netizen Indonesia semakin marah karena pelaku justru tetap bisa hadir di salah satu stasiun televisi Indonesia, maupun podcast-podcast di Youtube.

(Sumber: twitter.com)
Selain itu, baru-baru ini muncul trending topic di Twitter, yaitu Boikot Ali Hamza karena menyebarkan hate speech, tanpa mau mencari informasi yang sebenarnya mengenai permasalahan fans K-Pop Indonesia dengan agama lewat TikTok.
Tindakan-tindakan tersebut bisa dikatakan sebagai cancel culture. Tindakan ini sedang banyak dilakukan orang-orang untuk mengontrol masalah sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat lewat keberadaan media sosial yang semakin canggih dan cepat.

(Sumber: shutterstock.com)
Apa itu Cancel Culture?
Cancel culture disebut sebagai tindakan menarik dukungan kepada seorang public figure yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap nggak menyenangkan atau cenderung menghina.
Cancel culture lahir sebagai bagian dari gerakan #MeToo yang udah ada sejak tahun 2006 oleh Tarana Burke untuk meningkatkan kesadaran di antara para perempuan penyintas kekerasan seksual. Gerakan ini akhirnya nggak hanya menyeret para pelaku pelecehan seksual aja, tapi orang-orang yang rasis atau seksis juga bisa di-cancel.

(Sumber: change.org)
Pemboikotan ini juga paling sering terjadi di Twitter, sama seperti kasus Saipul Jamil maupun Ali Hamza yang diboikot lewat Twitter, bahkan sampai bermunculannya petisi untuk memboikot mereka. Untuk petisi Saipul Jamil, sempat didengarkan, namun ternyata KPI tetap memberikan tempat bagi pelaku untuk bisa hadir di stasiun televisi Indonesia. Sedangkan, untuk petisi dari Ali Hamza masih belum terdengar kabarnya karena baru aja dibuat beberapa hari lalu oleh netizen Indonesia.

Lalu, pro dan kontra dari cancel culture ini ada apa aja?
Pasti selalu ada pro dan kontra dari setiap tindakan Cancel culture punya beberapa pro dan kontra yang bisa kita ketahui, yaitu:
Pro:
Dengan adanya cancel culture, bisa membuat orang-orang yang terkucilkan atau korban dari kekerasan seksual bisa mencari keadilan yang seharusnya mereka dapatkan.
Melalui cancel culture, kita bisa membantu memberikan suara kepada orang-orang yang kehilangan haknya karena dibungkam oleh pihak yang berkuasa.
Cancel culture hanya sebagai bentuk baru dari pemboikotan, cara baru untuk menjunjung tinggi hak-hak sipil yang bisa membawa perubahan sosial.
Kontra:
Cancel culture bisa dikatakan sama seperti online bullying dan bisa memicu adanya kekerasan dan ancaman kepada pihak yang diboikot, bahkan lebih buruk dari pelanggaran yang dilakukan.
Cancel culture akan sia-sia dan nggak membawa perubahan ketika kita hanya protes dan marah, tapi nggak mengerti tentang permasalahan sosial yang sedang diangkat.
Cancel culture dapat mengarahkan kita kepada sikap intoleransi dalam masyarakat yang demokratis karena jika dilihat secara sistematis kita akan mengecualikan siapapun yang nggak setuju dengan pandangan kita.
Cancel culture ini budaya yang baik atau nggak?
Walaupun cancel culture bisa aja disalahgunakan oleh banyak orang, tapi kita juga harus tahu bahwa dengan melakukan cancel culture, kita bisa melihat adanya ketidakadilan yang udah dipendam lama oleh korban.
Cancel culture juga bukan ajang mempermalukan seseorang dan bukan juga budaya agar bisa membuat orang lain yang punya opini berbeda dikucilkan secara berlebihan. Akan tetapi, cancel culture merupakan budaya yang punya peran sangat penting dalam kehidupan sosial kita karena bisa membawa dorongan kuat untuk melawan ketidakadilan sosial
Semoga dengan penjelasan singkat ini, kamu bisa semakin mengerti tentang cancel culture yang sedang trending di Indonesia. Boleh aja cancelling people, tapi jangan lupa batasan dan kita harus mengerti dengan apa yang dipermasalahkan. Jangan sampai kita ngawur dalam berkata-kata di media sosial ya!
Selain membantu para korban pelecehan seksual dengan cara cancel pelaku, kita juga bisa membantu mereka dengan melakukan Challenge Gunakan Hatimu #UntukSesama dari YTSB_Official yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Yuk, bersama kita buat dunia yang lebih baik.
Sumber:
https://www.procon.org/headlines/is-cancel-culture-or-callout-culture-good-for-society/
https://www.britannica.com/story/pro-and-con-is-cancel-culture-good-for-society
https://www.thefineryreport.com/articles/2020/6/16/the-duality-of-cancel-culture-8w5tm
https://kumparan.com/shyalvin23/cancel-culture-sebuah-kekacauan-di-masa-kini-1vqoV6PLsQF/full