#ForABetterWorldID

Toxic Productivity dan Hustle Culture, Dikira Sama Namun Ternyata Berbeda

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers! 

Kalian pasti sering banget dengar istilah toxic productivity dan hustle culture. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, kita seringkali merasa nggak produktif padahal kegiatan yang kita jalankan udah banyak banget. Atau, merasa kalau kita ini hidup untuk bekerja, jadi nggak ada waktu istirahat untuk diri kita. Pada akhirnya kita akan cenderung jadi manusia yang melakukan toxic productivity dan hustle culture ke diri kita sendiri. 

Tapi, apakah kalian tahu kalau kedua hal tersebut berbeda? Soalnya masih banyak orang yang sering tertukar, bahkan menganggap kedua istilah tersebut punya arti yang sama. Yuk, kita kupas bareng-bareng tentang perbedaan dari toxic productivity dan hustle culture!

image

(Sumber: zonamahasiswa.id)

Apa itu Toxic Productivity?

Secara sederhananya, toxic productivity punya arti produktif yang nggak sehat untuk diri kita karena udah berlebihan. Toxic productivity juga merupakan keinginan yang nggak sehat untuk fisik dan mental kita agar kita bisa selalu produktif bagaimanapun caranya. Selain itu, toxic productivity bisa membuat kita merasa bersalah, ketika pekerjaan kita udah selesai. Kita akan cenderung memikirkan bahwa kita kurang melakukan banyak hal. 

Jika toxic productivity menjadi dominan di dalam hidup kita, hal tersebut bisa membuat kita selalu menilai diri sendiri setiap harinya atas apa yang kita belum lakukan, daripada melihat apa yang sebenarnya udah kita capai selama ini. Ketika kita produktif yang berlebihan, akan menimbulkan risiko kesehatan mental maupun fisik.


image

(Sumber: mainmain.id)

Apa itu Hustle Culture?

Sedangkan hustle culture merupakan fenomena yang terjadi karena seseorang punya motivasi untuk mencapai kesuksesan dengan mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan dan selalu bekerja keras. Gaya hidup hustle culture bisa merusak keseimbangan kehidupan dan pekerjaan atau biasa kita sebut sebagai work life balance dan akhirnya berdampak buruk juga terhadap kesehatan mental dan emosional. 

Pada umumnya orang-orang yang menerapkan hustle culture akan jarang tidur, memilih untuk nggak istirahat makan siang, bahkan di hari Sabtu pagi bangun hanya untuk bekerja bukan istirahat menikmati weekend. Hal ini biasanya dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan hidup atau karena faktor eksternal dari cerita orang-orang sukses yang akhirnya membuat seseorang semakin ingin bekerja keras agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal. 

Waduh Champ, terus sebaiknya kita harus ngapain biar bisa keluar dari toxic productivity maupun hustle culture?


image

Kalian mau tahu tentang toxic productivity dan hustle culture lebih dalam lagi? Tenang aja! Soalnya Campaign.com bakal mengadakan acara puncak #SeruDiRumah dan mengundang narasumber yang akan membantu kita untuk memahami lebih dalam tentang kedua hal tersebut. Acaranya akan berlangsung pada:

📅 Hari/tanggal: Rabu, 06 Oktober 2021

⏲️ Pukul: 19:00 - 21:00 WIB

📍   Platform: Zoom Meeting

Yuk, kita serukan acara puncak #SeruDiRumah dengan cara daftarkan diri kamu lewat https://www.campaign.com/forchangeid/rsvp ya! Sampai jumpa di acaranya, Changemakers! 



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone