Hai, Changemakers!
Tau nggak sih, kalau setiap tanggal 21 November adalah Hari Pohon Sedunia? Jadi Hari Pohon Sedunia diperingati untuk mengingatkan manusia akan pentingnya pohon bagi kehidupan makhluk hidup lainnya. Seperti memerangi pemanasan global, mencegah bencana alam, dan melindungi tempat hidup makhluk hidup di dunia.
Karena kehidupan kita nggak bisa lepas dari alam, kira-kira gimana sih, cara kamu menjaga lingkungan agar tetap lestari? Cerita di kolom komentar, ya!
Tapi, eittsss.. Tunggu dulu, yuk, kita simak beberapa tradisi lokal dalam menjaga lingkungan. Siapa tahu, bisa kamu contoh nih. Cuss, simak!
(sumber: infoplus.id)
1. Tradisi Bebersih Sungai - Purworejo, Jawa Tengah
Menjelang musim penghujan, masyarakat di sekitar Sungai Silekor di Purworejo mempunyai tradisi unik untuk mencegah bencana alam. Tradisi ini dilakukan setiap tahun oleh warga Desa Semawung Daleman dan sekitarnya. Masyarakat setempat membersihkan sungai sekaligus memanen ikan untuk mempererat silaturahmi.
Sebelum warga membersihkan sungai, tutup pintu air akan ditutup untuk memastikan air sungai menjadi dangkal. Setelah selesai membersihkan sungai, warga setempat diperkenankan untuk pulang dan membawa hasil tangkapan berbagai jenis ikan seperti sondol, lele, nila, dan lain-lain.
(sumber: republika.co.id)
2. Mantari Bondar - Sumatera Utara
Masyarakat di sekitar hutan Batangtoru mempunyai tradisi adat tersendiri untuk menjaga konservasi air yang dikenal dengan sebutan Mantari Bondar. Tradisi ini merupakan tradisi dari para leluhur masyarakat setempat yang sudah dilakukan selama berabad-abad. Tradisi ini sebenarnya merupakan kegiatan menjaga hutan dan memastikan nggak ada kerusakan pada mata air sehingga aliran arus air lancar.
Mantari sendiri mempunyai arti menteri dan bondar berarti saluran air. Jadi Mantari Bondar merupakan istilah petugas atau pemimpin adat setempat. Para Mantari akan dibantu 8 panjago bondar yang semuanya dipilih oleh warga setempat pada saat rapat adat.
(sumber: infobudaya.net)
3. Tradisi Paca Goya - Tidore, Maluku Utara
Paca Goya adalah sebuah tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Tidore di Maluku Utara. Tradisi ini, dilakukan seusai panen cengkeh atau pala. Tujuannya untuk berterima kasih kepada alam serta menjaga alam dengan cara bersih-bersih bukit atau gunung dan tempat keramat di sana. Masyarakat setempat meyakini bahwa bukit dan gunung memiliki tuah atau keramat paling hijau, makanya nggak boleh dirusak.
Selain itu, warga setempat juga dihimbau untuk menghentikan aktivitas selama 3 hari. Bagi warga yang merusak alam atau menebang pohon sembarangan, mereka akan terkena bobeto.
Bobeto merupakan sumpah adat yang berbunyi nage dahe so jira alam, ge domaha alam yang golaha so jira se ngon. Kalimat tersebut mempunyai arti siapa yang merusak alam, nanti akan dirusak oleh alam.
(sumber: suluhnusa.com)
4. Tradisi Badu - Lembata, Nusa Tenggara Timur
Tradisi badu adalah tradisi masyarakat Watodiri, Lembata, Nusa Tenggara Timur dalam rangka mengelola sumber daya alam laut. Tradisi badu dilakukan oleh masyarakat setempat di pesisir pantai Watodiri. Batas laut kawasan badu yaitu Mado Meting di sebelah timur dan Wato Kobu di sebelah barat. Jarak antara batas badu di timur dan barat adalah sekitar 900 meter, sedangkan jarak dari garis pantai ke tengah laut adalah 200 meter.
Melalui tradisi badu, masyarakat setempat membuat berbagai aturan tentang cara mengelola sumber daya alam laut dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan alam dan keadilan sosial. Beberapa aturan tersebut seperti daerah larangan serta cara dan waktu menangkap ikan. Selain itu, setiap orang yang menangkap ikan wajib memberikan satu ekor ikan kepada tuan tanah dan juga kepada para janda dan anak yatim. Wah, selain untuk menjaga sumber daya alam, ternyata tradisi ini juga mendorong tanggung jawab sosial untuk saling membantu, ya.
Nah, itu dia tadi beberapa tradisi lokal Indonesia dalam menjaga lingkungan alam. Kira-kira di tempat tinggal kamu ada nggak tradisi semacam ini? Kalau ada, ceritakan di kolom komentar, ya!