Hai, Peruvian!
Seberapa banyak kamu sudah mengetahui budaya-budaya lokal yang daerah asalmu miliki? Kebudayaan lokal Peru tidak hanya Machu Picchu, kebudayaan lokal Indonesia pun tidak hanya angklung. Ada berbagai macam kebudayaan lokal yang Peru dan Indonesia miliki, yang pastinya memiliki keunikannya tersendiri dan dapat membuat siapapun jatuh hati. Beberapa budaya lokal Peru dan Indonesia dapat kamu simak di bawah ini.
¡Hola amigo peruano!
¿Cuánto sabes de las culturas locales que tiene tu ciudad? La cultura local peruana no es sólo Machu Picchu, la cultura local indonesia no es sólo angklung. Hay varios tipos de cultura local que tienen Perú e Indonesia, que ciertamente tiene su propia particularidad y puede enamorar a cualquiera. A continuación puede ver algunas culturas locales peruanas e indonesias.
1. Fortaleza del Real Felipe (@fiestasangela)
Salah satu budaya lokal Peru yang dibagikan oleh kak @fiestasangela adalah tur wisata Benteng Real Felipe. Benteng Real Felipe ini dulunya dibangun untuk mempertahankan pelabuhan Peru utama dan kota Lima dari bajak laut selama masa penjajahan. Benteng ini didesain oleh arsitek asal Prancis, yaitu Louis Godin pada tahun 1746, sedangkan pembangunannya dimulai pada 21 Januari 1747. Nama Benteng Real Felipe dipilih untuk menghormati raja Spanyol yang baru saja meninggal pada tahun 1724, Felipe V dari House of Bourbon. Benteng Real Felipe adalah bukti sejarah dalam perlawanan perang di zaman dulu.
Saat ini, benteng Real Felipe menjadi Museum Tentara Peru, yang memamerkan seragam bersejarah, senjata, dan perlengkapan militer lainnya. Apabila ingin mengunjungi benteng Real Felipe, ada tur berpemandu yang disediakan dan berlangsung selama 2 jam untuk mengelilingi benteng ini.
Una de las culturas locales peruanas que comparte @fiestasangela es el tour del Fuerte Real Felipe. Este fuerte del Real Felipe fue construido originalmente para defender el principal puerto peruano y la ciudad de Lima de los piratas durante la época colonial. El fuerte fue diseñado por el arquitecto francés Louis Godin en 1746, mientras que la construcción comenzó el 21 de enero de 1747. El nombre de Fuerte Real Felipe fue elegido en honor al rey español que acababa de morir en 1724, Felipe V de la Casa de Borbón. El Fuerte del Real Felipe es un testimonio de la historia de la resistencia bélica en la antigüedad.
Hoy en día, la fortaleza del Real Felipe alberga el Museo del Ejército Peruano, que exhibe uniformes históricos, armas y otros equipos militares. Si quiere visitar el fuerte del Real Felipe, se ofrece una visita guiada que dura 2 horas alrededor del fuerte.
2. Upacara Siraman dalam Pernikahan Adat Jawa (@melaniayosefin)
Budaya lokal yang berasal dari Jawa ini bernama Upacara Siraman yang dibagikan oleh kak @melaniayosefin. Upacara Siraman adalah salah satu dari rangkaian kegiatan pernikahan adat Jawa. Proses ini dilakukan sebelum mengawali proses periasan pengantin dan dilakukan sehari sebelum ijab kabul (ucapan dari orang tua atau wali mempelai wanita untuk menikahkan putrinya kepada calon mempelai pria).
Upacara Siraman ini memiliki makna memohon petunjuk serta rahmat dari Tuhan untuk perjalanan kehidupan pernikahan kedua pengantin. Selain itu, upacara ini juga bermakna bahwa pasangan pengantin telah bertekad bulat dan siap untuk berperilaku bersih, baik perkataan, perbuatan, maupun pikiran.
Esta muestra de cultura local originaria de Java se llama la Ceremonia Siraman que fue compartida por @melaniayosefin. La ceremonia de Siraman forma parte de una serie de actividades tradicionales de las bodas javanesas. Se lleva a cabo antes de iniciar el proceso de maquillaje de la novia y se realiza el día anterior al ijab kabul (saludo de los padres o tutores de la novia para casar a su hija con el novio).
Esta ceremonia de Siraman tiene el significado de pedir la guía y la gracia de Dios para el viaje de la vida matrimonial de los dos novios. Además, esta ceremonia también significa que los novios están decididos y dispuestos a comportarse limpiamente, tanto en palabras como en hechos y pensamientos.
3. Señor de los Milagros (@ivonne)
Kembali lagi ke Peru, kak @ivonne membagikan sebuah tradisi yang penuh dengan kebudayaan, yaitu Señor de los Milagros. Hari tersebut merupakan hari libur Katolik yang dirayakan di seluruh Peru. Tradisi keagamaan ini menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya, terutama pada bulan Oktober. El Señor de los Milagros adalah Pelindung Penduduk dan Imigran Peru.
Ceritanya, selama gempa bumi tahun 1655, semua struktur runtuh kecuali tembok kecil tempat gambar Cristo Moreno (Kristus Coklat) dilukis. Padahal, kejadian gempa bumi ini sangat sering terjadi di Lima, namun lukisan tersebut tidak rusak. Lukisan yang tetap berdiri ini membuat masyarakat tetap memujanya sampai sekarang.
De vuelta a Perú, la señorita @ivonne comparte una tradición llena de cultura, el Señor de los Milagros. Es una fiesta católica que se celebra en todo el Perú. Esta tradición religiosa atrae a miles de turistas cada año, especialmente en octubre. El Señor de los Milagros es el protector de las poblaciones peruanas y de los inmigrantes.
La historia cuenta que, durante el terremoto de 1655, todas las estructuras se derrumbaron excepto el pequeño muro en el que estaba pintada la imagen del Cristo Moreno. De hecho, los terremotos son muy frecuentes en Lima, pero la pintura no sufrió daños. Esta pintura que permanece en pie hace que la gente lo siga venerando hasta ahora.
4. Makan Bajamba (@fathulilham)
Makan Bajamba adalah salah satu tradisi lokal yang dibagikan oleh kak @fathulilham yang berasal dari Sumatra Barat. Makan Bajamba dimulai sejak abad ke-7, tepatnya ketika awal masuknya Islam ke Minangkabau. Jamba memiliki arti dulang berisi nasi dan lauk-pauk yang tersusun. Tradisi ini merupakan makan dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Minangkabau.
Tradisi ini biasanya dilakukan ketika hari-hari besar agama, upacara adat, ataupun pertemuan penting lainnya. Puluhan orang hingga ribuan orang yang mengikuti tradisi ini kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk saling duduk melingkar dan makan bersama. Makan Bajamba akan mendorong rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.
Comer Bajamba es una de las tradiciones locales que comparte @fathulilham, que es de Sumatra Occidental. En el siglo VII se comenzó a comer Bajamba, precisamente cuando el Islam entró por primera vez en Minangkabau. Jamba significa una bandeja llena de arroz y platos de acompañamiento dispuestos. Esta tradición consiste en comer sentados juntos en una habitación, algo que suelen hacer los minangkabau.
Esta tradición suele llevarse a cabo durante las fiestas religiosas, las ceremonias tradicionales u otras reuniones importantes. Las decenas o miles de personas que siguen esta tradición se dividen en varios grupos para sentarse en círculo y comer juntos. Comer Bajamba fomenta el sentimiento de unión, independientemente de las diferencias de estatus social.
Selain keempat budaya lokal ini, Peru dan Indonesia menyimpan banyak sekali budaya lokal yang masih tersembunyi. Kamu tahu budaya lokal daerah asalmu yang lainnya? Segera bagikan budaya lokal dan tradisi daerah asalmu pada Challenge Celebrando #OurLocalWisdom con KBRI Lima, karena Challenge ini akan segera selesai pada tanggal 2 Januari 2022. Jangan sampai kehilangan kesempatan untuk membuat orang lain jatuh cinta dengan budaya lokalmu!
Además de estas cuatro expresiones de culturas locales, Perú e Indonesia tienen muchas otras ocultas. ¿Conoces otras muestras de cultura local de tu ciudad? Comparte inmediatamente la cultura local y las tradiciones de tu ciudad natal en el Challenge Celebrando #OurLocalWisdim con la Embajada de Indonesia en Lima, porque este Challenge terminará el 2 de enero del 2022. ¡No te pierdas la oportunidad de enamorar a otras personas de tu cultura local!
Referencia:
https://wiki2th.com/id/Real_Felipe
http://limacitykings.com/fortaleza-real-felipe/
https://etnis.id/mengapa-harus-ada-siraman-dalam-pernikahan-adat-jawa/
https://www.peruhop.com/senor-de-los-milagros/