Halo, Changemakers!
Kamu tahu virus HIV/AIDS? Sejak penyebarannya yang dimulai dari tahun 1980-an, virus ini masih terus mewabah hingga saat ini. Berdasarkan data yang dirilis oleh World Health Organization pada tahun 2020, sekitar 680.000 orang meninggal akibat virus ini, sedangkan sekitar 37 juta orang telah terinfeksi virus ini.
Virus HIV/AIDS mampu menyebabkan kekebalan tubuh dari orang yang terinfeksi berkurang, sehingga penyakit lain dapat menyerang dengan lebih mudah. Sayangnya, selain efek samping berupa pelemahan pada fisik, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) juga mengalami efek samping pada kehidupan sosialnya, karena timbulnya stigma negatif dari masyarakat.
Pada tahun 2019, 14 murid SD di Solo, Jawa Tengah yang diduga mengidap HIV/AIDS dikeluarkan dari bangku sekolah dikarenakan orang tua murid lainnya yang takut ke-14 anak tersebut mampu menularkan virus kepada anak-anaknya. Stigma, yang berujung pada diskriminasi, juga mampu berakibat fatal. Di Ghana, Afrika, seorang pengidap HIV/AIDS meninggal dunia karena ia malu terhadap penyakit yang dialaminya sehingga ia menolak untuk pergi berobat ke rumah sakit. “Ia meninggal karena rasa takut yang ditimbulkan dari stigma dan diskriminasi,” kata ibunya.
Changemakers, sangat penting untuk kita menghilangkan diskriminasi kepada ODHA. Justru, mereka sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat agar mereka mampu mendapatkan pertolongan medis agar virus yang menjangkitinya dapat ditangani dengan tepat.
Sumber gambar: Getty Images/iStockphoto
Nah, sekarang Champ pengen mengajak kamu untuk melakukan pengecekan fakta, nih, supaya mengetahui lebih dalam fact or fake terhadap stigma-stigma tersebut!
Stigma 1: HIV/AIDS dapat menular dengan bersentuhan kulit atau berbicara dengan pengidapnya.
HIV/AIDS memang dapat menginfeksi siapa aja, namun penyebaran virus umumnya terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, menggunakan jarum suntik yang nggak steril, dan anak yang berada dalam kandungan ibu dengan status positif HIV/AIDS. Jadi, stigma ini dapat dikatakan fake ya, Changemakers! Kamu nggak perlu takut untuk berdekatan dengan ODHA, karena virusnya nggak dapat tersebar melalui udara. Ngobrol, duduk berdua, hingga menggunakan alat makan yang sama nggak akan menyebarkan virusnya.
Stigma 2: HIV/AIDS dapat menyebar melalui kontak seksual dan kontak darah dengan ODHA.
Seperti yang sudah dijelaskan pada stigma sebelumnya, virus HIV/AIDS memang dapat menyebar melalui cara-cara ini, sehingga stigma ini dapat dikatakan fact, ya. Meskipun begitu, ternyata virus HIV/AIDS nggak semudah itu untuk menular. Peluang penyebaran akibat tusukan jarum diperkirakan sebesar 0,3 persen (atau 3 kasus dari 1000 kejadian), sedangkan risiko penularan melalui hubungan seksual melalui vagina sebesar 0,08 persen (atau sekitar 1 kasus dari 1250 kontak seksual). Meskipun risikonya dapat dikatakan kecil, tindakan preventif juga perlu dilakukan, ya, untuk meminimalisir penularan virus, seperti menggunakan pengaman sebelum berhubungan badan dan melakukan sterilisasi terhadap jarum suntik.
Stigma 3: ODHA merupakan orang yang menunggu vonis kematian.
Saat ini, memang belum ada obat yang dapat menyembuhkan pasien dari virus HIV/AIDS secara menyeluruh. Namun, ODHA dapat mengonsumsi obat ARV (antiretrovirus) seumur hidupnya sesuai dengan anjuran dokter agar virus HIV/AIDS nggak terdeteksi lagi pada tes darah. Dengan begitu, ODHA bisa meningkatkan kualitas hidupnya dan mencegah penularan virus! Oleh karena itu, stigma ini dapat dikatakan fake, ya, Changemakers! ODHA sangat membutuhkan dukungan kita agar mereka mau berobat dengan rutin.
Tiga stigma di atas merupakan contoh dari beragam stigma terkait ODHA di masyarakat. Sosialisasi terkait kebenaran stigma virus HIV/AIDS masih dibutuhkan, dan Champ hendak mengajak kamu untuk berbuat kebaikan! Salah satu caranya adalah dengan mengikuti Challenge Aku Tau dan Aku Jauhi Virusnya yang diadakan oleh Raja Youth Center Jambi!
Melalui Challenge ini, kamu akan diajak untuk membagikan informasi seputar virus HIV/AIDS, dan tiap Challenge yang dilakukan akan membuka donasi sebesar 25 ribu rupiah yang disponsori oleh Sensitif VIVO yang selanjutnya akan disalurkan kepada Raja Youth Center Jambi untuk program edukasi HIV/AIDS!
Yuk, bersama-sama, menghilangkan stigma negatif dan diskriminasi kepada ODHA untuk menciptakan dunia yang lebih baik!
Referensi:
https://chbp.fk.ugm.ac.id/2020/10/21/stop-stigma-pada-odha/
https://puspensos.kemensos.go.id/stigma-terhadap-orang-dengan-hiv-dan-aids-odha
https://www.halodoc.com/artikel/hentikan-stigma-pada-ODHA-atau-pengidap-HIV-AIDS-ini-alasannya
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47209632
https://www.unaids.org/en/resources/presscentre/featurestories/2017/march/20170327_ghana
Carroll KC, Morse SA, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology. 27th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2016. pp. 650-651
Boily M-C, Baggaley RF, Wang L, Masse B, White RG, Hayes R, and Alary M. Heterosexual risk of HIV-1 Infection per sexual act: a systematic review and meta-analysis of observational studies. Lancet Infect Dis. 2009 Feb; 9(2): 118-129