Hai, Changemakers!Β
Apa kamu sempat dengar mengenai kampanye #DihantuiTai dari UNICEF? Mungkin terdengar aneh dan menjijikkan, tetapi sebenarnya ada suatu hal yang ingin disampaikan oleh UNICEF kepada masyarakat Indonesia, loh. Selain itu, terdapat pula beberapa berita sosial yang terjadi di sekitar kita beberapa hari ini. Mau tahu lebih lengkapnya? Yuk, simak di bawah ini!
Lingkungan: Sumber Air Minum di Indonesia Tercemar Limbah Tinja
Dilansir dari Detik Health, sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja! Fakta ini dipertegas oleh Dr. Ir. Setyo Sarwanto Mursidik dari FKM UI, menyatakan bahwa 80-90% sumber air di Jakarta tercemar Escherichia coli. Selain Jakarta, terdapat beberapa provinsi dengan tingkat pencemaran air tertinggi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Riau. Nah, karena tingginya pencemaran air oleh limbah tinja di Indonesia tersebut, UNICEF akhirnya menggerakkan kampanye #DihantuiTai untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait sanitasi.
Kamu tahu, enggak? Kuman-kuman dari tinja yang mencemari air berperan dalam peningkatan jumlah kematian balita karena diare, loh! Selain itu, air yang tercemar limbah tinja bisa menimbulkan penyakit kolera, disenteri, dan infeksi kulit. Lantas, apa sih, yang menyebabkan pencemaran sumber air ini terjadi? Berikut beberapa penyebabnya:
Pengelolaan tangki septik masyarakat kurang memadai
Enggak ada rutinitas pembersihan tangki septik yang teratur
Masyarakat masih cenderung awam terhadap kebersihan tangki septik
Tangki septik dan sumur kurang terisolasi dengan baik
Masih terdapat es batu yang berasal dari air tercemar yang enggak dimasak sebelum dibekukan
Oleh karenanya, dalam kampanye #DihantuiTai, UNICEF menyerukan masyarakat untuk memasang, memeriksa, menguras atau mengganti tangki septik kita, minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun. Hal-hal ini dapat membantu kita untuk mengurangi pencemaran air oleh limbah tinja.
Kesehatan: Anak Lebih Rentan Terkena Diabetes Setelah COVID-19?!
Menurut artikel yang dipublikasi oleh Kompas, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat menyatakan, kalau anak-anak penyintas COVID-19 memiliki risiko untuk mendapat efek jangka panjang yang cukup parah. Mereka melakukan penelitian terhadap pasien anak dan mendapatkan hasil, terdapat beberapa hal yang memperbesar peluang untuk memicu penyakit diabetes bagi anak yang pernah terkena COVID-19. Hal ini terjadi karena virus dari COVID-19 memiliki interaksi negatif terhadap sel-sel insulin (hormon pengatur gula darah), sehingga penyintas akan lebih rentan terkena penyakit diabetes.
Agar kamu dan keluargamu terhindar dari bahaya COVID-19, jangan lupa untuk selalu menerapkan:
Cuci tangan secara berkala
Kenakan masker ketika bepergian
Hindari kontak dekat dengan orang lain
Ketiga hal tersebut tentu sudah, jadi hal lumrah bagi kita semua di masa pandemi saat ini, jadi jangan sampai lupa, ya!
Berita-berita di atas pasti membuat kita khawatir, karena memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Oleh karena itu, yuk, jaga kesehatan kita dengan baik dan kurangi bepergian keluar rumah kalau enggak ada keperluan penting karena kasus COVID-19 kian meningkat lagi. Saat kamu berdiam diri di rumah, ayo ambil aksi di aplikasi Campaign #ForChange untuk dunia yang lebih baik!
Sumber: