Hai, Changemakers!
Kamu sering enggak sih, melihat awan menyerupai wajah manusia? Atau waktu kamu melihat bercak di dinding yang menyerupai wajah menyeramkan? Kira-kira itu kenapa, ya? Ternyata ada penjelasan sains-nya mengenai fenomena itu, loh. Yuk, simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lanjut!
Pareidolia? Apaan tuh?
Kamu pasti sering mendengar informasi mengenai awan, bukit, atau asap yang menyerupai wajah manusia, hewan legenda, atau simbol keagamaan? Hal tersebut dinamakan fenomena pareidolia, loh!
Istilah pareidolia berasa dari bahasa Yunani, yakni gabungan dari dua kata yang artinya “suatu yang salah” dan “gambar”. Pareidolia adalah tendensi bagi semua orang untuk melihat wajah atau pola pada benda mati. Hal ini sering membuat orang-orang menyamakan suatu objek dengan karakteristik manusia. Perlu diingat, nih, kalau fenomena pareidolia ini bukan gangguan atau kelainan, ya! Jadi, enggak perlu khawatir kalau kamu sering mengalami fenomena ini.
Kira-kira apa yang menyebabkan orang mengalami pareidolia, ya?
Delusi Psikologi
Para ahli berpendapat bahwa fenomena pareidolia berasal dari khayalan indra manusia. Dari membayangkan sesuatu, orang menjadi dapat pembenaran dari apa yang diyakininya.
Metode Bertahan Hidup
Ahli kosmologi dan penulis, Carl Sagan, mengemukakan bahwa pareidolia adalah salah satu metode bertahan hidup yang dilakukan manusia. Dalam bukunya, “The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark”, kemampuan untuk melihat wajah dari pola acak atau jarak pandang yang jauh. Kemampuan tersebut yang membuat kita lebih waspada ketika ada sesuatu yang mendekat.
Berkaitan dengan Neurotisme
Dalam studi yang dipublikasikan pada “Association for the Scientific Study of Consciousness” menyatakan bahwa pareidolia berhubungan dengan sifat dan kondisi seseorang.
Siapa aja sih, yang paling sering mengalami pareidolia?
Sering dihipotesiskan, bahwa orang yang lebih religius, atau percaya pada supranatural, lebih rentan terhadap pareidolia. Studi menunjukkan bahwa orang-orang neurotik, dan orang-orang dalam suasana hati yang negatif, lebih mungkin mengalami pareidolia. Alasan untuk ini tampaknya, karena orang-orang ini lebih waspada terhadap bahaya, jadi lebih mungkin untuk melihat sesuatu yang enggak ada. Dari segi gender, perempuan tampaknya lebih cenderung melihat wajah yang sebenarnya enggak ada, loh. Hal ini mungkin terkait dengan fakta bahwa mereka memiliki kemampuan, lebih baik untuk mengenali emosi melalui penguraian ekspresi wajah.
Changemakers, gimana nih, pendapat kamu setelah baca artikel ini? Kamu sering mengalami fenomena pareidolia juga enggak? Coba share jawaban kamu di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk ikut Challenge di aplikasi Campaign #ForChange untuk isi waktu luang kamu dengan kebaikan, ya!
Sumber: