Hai, Changemakers!
Pernah enggak, sih, kamu ditanya begini,
“Kamu perempuan baik-baik, bukan?”
Emangnya, standar seseorang dapat dikategorikan ‘perempuan baik-baik’ itu seperti apa, sih? Apakah menjadi si lemah lembut, si penurut, si pinter masak, atau si bebas rokok?
Terkadang, menjadi perempuan mirip dengan pepatah ini, ‘nila setitik, rusak susu sebelanga’, satu kecacatan di perilaku perempuan dari seribu perilaku baik, bakal bikin stereotip atau pelabelan ‘bukan perempuan baik-baik.’ Huh, capek banget, loh. 🥲
Stereotip merupakan pemberian sifat tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif. Ngomong-ngomong soal stereotip, ternyata banyak stereotip buat perempuan yang pasti udah familiar banget. Bukan cuma persoalan identitasnya sebagai perempuan, tapi peran, dan juga cara perempuan berekspresi. Apa aja, sih, stereotip yang masih nempel di pundak perempuan? Yuk, kita simak!
Identitas gender: Perempuan itu lemah





Percakapan di salah satu video YouTube Gen Halilintar ini jadi kontroversi, tapi sekarang udah dihapus, sih. Kenapa kontroversi? Keputusan buat punya anak berapa dan lahiran normal atau caesar itu bukan di tangan suami atau di tangan mertua, tapi di tangan perempuannya sendiri yang siap atau enggak-nya menghadapi setiap prosesnya.
Champ juga sempat nanya, nih, sama Keluarga Kita, apa tanggapan mereka mengenai kodrat perempuan jadi ibu. Menurut Keluarga Kita, peran perempuan enggak pernah cuma satu. Tapi, multiperan; jadi pasangan juga jadi ibu, jadi anak juga jadi menantu, jadi pengurus rumah tangga juga jadi karyawan. Enggak sedikit tantangan pas ngelakuin peran itu secara bersamaan. Butuh dukungan yang kuat dari keluarga, pasangan, juga teman. Bukan hanya dukungan materil, tapi juga dukungan moril penguat hati. Jadi, jangan malah dihakimi, ya!
Ekspresi gender: Perempuan tuh, harus feminim
Menurutmu, tanggapan orang-orang ketika melihat foto ini, apa?

“Ih, pake baju seksi, pasti perempuan nakal.”
Stereotip ini pasti sudah tak asing lagi, bahkan sering dikaitin sama pemerkosaan dan pelecehan seksual. Terlebih lagi, dianggap jadi alasan seseorang mendapatkannya.
Sebenarnya, yang harus diubah bukan apa yang dikenakan, tapi apa yang dipikirkan. Memakai pakaian seperti itu, bukan berarti ia pantas dipelakukan tidak baik oleh siapa pun. Hargai setiap pilihan seseorang. Biarkan setiap manusia menjadi diri mereka sendiri.
Mendobrak stereotip negatif bersama Keluarga Kita
Champ mau bagiin, nih, tanggapan dari Changemakers tentang stereotip yang melekat di perempuan.
“Perempuan itu berhak memilih! Bukan cuma menunduk dan menunggu 😌” - @nuyul.co.hi
“Perempuan itu bisa jadi apa yang mereka mau!!” - @beilascarves
Lalu, untuk mendobrak stereotip negatif pada gender itu, gimana? Ada beberapa tips dari Keluarga Kita, nih, Changemakers. Baca dan resapi, lalu lakukan, ya!
- 1. Berefleksi pada diri sendiri
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan berefleksi pada diri sendiri, apakah perilaku kita sehari-hari udah sesuai untuk mendobrak stigma atau malah menguatkan stigma yang ada. Contohnya, cara kita berekspresi.
- 2. Menghentikan stereotip negatif pada perempuan
Seringkali, kalimat “Women Support Women” itu hanya kiasan, stigma negatif yang ada di perempuan justru dikuatkan oleh sesama perempuan. Jadi, mari realisasikan “Women Support Women” di tempat yang benar dan situasi yang tepat.
- 3. Kalau udah jadi ibu, terapkan pengasuhan anak tanpa membedakan gendernya
Hapus pemikiran kalau peran domestik cocok buat perempuan. Membagi tugas rumah tangga yang adil, contohnya dengan tidak menganggap bahwa cuci piring itu tugas perempuan dan memotong rumput itu tugas laki-laki. Dimulai dari pembagian tugas yang sederhana dapat mengurangi miskonsepsi yang ada.
Pembagian peran yang keliru antara perempuan dan laki-laki dengan menempatkan perempuan untuk pasif, sedangkan laki-laki itu aktif, tentunya bikin perempuan berada dalam stereotip kelemahan dan penuh tekanan. Jadi, mari kita #BreakTheBias, dobrak bias-bias itu dengan tips dari Keluarga Kita yang Champ udah share ini, yuk!
Champ mau tanya juga, nih, kamu pernah ngalamin stereotip gender, enggak? Kalau pernah, boleh share di kolom komentar, ya!
Referensi
Amalia, S. (2019, April 18). 5 Cara Dobrak Stereotip Peran Gender dalam Keluarga. Retrieved from Magdalene Corporation Website: https://magdalene.co/story/cara-dobrak-stereotipe-peran-gender-dalam-keluarga
Keluarga Kita. (2022, Maret 7). Mendobrak Stereotip Perempuan. (Yunita, Interviewer)
Floretta, J. (2020, November 05). Kodrat Perempuan adalah Jadi Ibu Merupakan Miskonsepsi. Retrieved from Magdalene Corporation Web site: https://magdalene.co/story/kodrat-perempuan-adalah-jadi-ibu-merupakan-miskonsepsi
Prihantoro, E. (2018). STEREOTIP PEREMPUAN CALON LEGISLATIF DALAM WACANA MEDIA MASSA ONLINE DI TAHUN POLITIK. Semiotika, 22-23.
Sjarief, M. (2015, may 26). Ada 13 Stereotipe menyakitkan Tentang Perempuan yang Harus Dimusnahkan. Retrieved from IDN Times: https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/amp/mela/ada-13-stereotipe-menyakitkan-tentang-perempuan-yang-harus-dimusnahkan
Theresia, G. (2021, April 26). Perempuan Baik-Baik itu Seperti Apa, Sih? label "Baik-Baik" Adalah Double Standard Untuk Perempuan. Retrieved from Konde Corporation Web site: https://www.konde.co/2021/04/perempuan-baik-baik-itu-seperti-apa-sih-label-baik-baik-adalah-double-standard-untuk-perempuan.html/
Tong, R. P. (1998). Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra.