Halo, Changemakers!
Pada tanggal 6 Maret lalu, akun Twitter @goalzy mengunggah potongan video berisikan cuplikan webinar yang menghadirkan Veronica Koman, seorang aktivis hak asasi manusia. Dalam video tersebut, terlihat Kak Veronica menyebut seseorang dengan panggilan “jamet”. Akun @goalzy pun menambahkan di cuitannya: “Veronica Koman menyebut seseorang dengan sebutan ‘jamet’. Apakah itu bukan termasuk rasisme?”
Nah, kalau dari Changemakers sendiri, udah tahu belum, apa arti kata “jamet”? “Jamet” sendiri adalah singkatan dari “Jawa metal”. Sebutan ini, sering digunakan oleh masyarakat perkotaan untuk melabeli seseorang yang berpakaian enggak matching, sehingga terkesan norak, penilaian ini berdasarkan standar berpakaian tertentu. , alasan suku Jawa diidentikan dengan hal ini, karena adanya stereotip buruk, yang secara enggak sadar, yang tertanam di pikiran masyarakat.
Terpaan konten-konten media massa, seperti sinetron dan film, yang sering banget menggambarkan orang Jawa sebagai pendatang dari daerah ke kota besar untuk bekerja, menyebabkan orang-orang bersuku Jawa diidentikkan sebagai seseorang yang ‘medhok’, kampungan, dan sebagainya. Karena penggambaran buruk ini, yang dilakukan secara terus-menerus, timbullah istilah “jamet”.
Selain itu, orang bersuku Jawa juga sering menjadi bahan olokan dengan mengaitkan sukunya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan informal, seperti pembantu rumah tangga dan kuli proyek. Hal-hal seperti ini tentu bisa menjadi bahaya bagi suku Jawa, Changemakers. Bisa aja, hal-hal yang awalnya hanya diucapkan sebagai candaan, tapi bukannya nggak mungkin menimbulkan diskriminasi dalam jangka panjang.
Sayangnya, stereotip-stereotip buruk ini bukan hanya menimpa suku Jawa aja, Changemakers, tapijuga suku-suku lain di Indonesia. Contohnya, suku Batak yang sering diidentikkan bersifat galak, suku Minang distereotipkan bersifat pelit, dan lain-lain. Jika hal seperti ini terus dianggap normal, tentu bisa aja mengancam keragaman budaya yang ada di Indonesia. Waduh!
Oleh karena itu, penting banget untuk kita mengingatkan orang-orang di sekitar kita untuk menghindari penggunaan kata-kata yang mengandung diskriminasi. Biasanya, kata-kata ini masih sering diucapkan orang-orang karena mereka enggak tahu, kalau kata tersebut berkonotasi negatif.
Untuk membantu menyebarkan pengetahuan tentang stereotip-stereotip enggak benar kepada etnis-etnis tertentu, kamu bisa ambil aksi di Challenge Stop Rasisme untuk Indonesia Timur oleh @we-go-east_ nih, Changemakers! Selain turut menyebarkan pengetahuan untuk menghentikan stereotip buruk kepada teman-teman di Indonesia Timur, kamu akan membuka donasi sebesar 10 ribu rupiah yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik dan selanjutnya akan digunakan untuk keperluan pendidikan anak-anak di daerah Sorong, Papua.
Kak Veronica sendiri akhirnya udah meminta maaf karena ucapannya tersebut dan berjanji enggak akan mengulanginya lagi. Semoga, kejadian Kak Veronica ini bisa menjadi pengingat kita semua untuk menghentikan stereotip dan diskriminasi terhadap etnis tertentu, agar kita bisa hidup berdampingan bersama di dunia yang lebih baik! 💙
Referensi:
https://www.hops.id/unik/pr-2942117410/sering-disebut-jamet-adalah-yuk-kenali-asal-usul-dan-maknanya
https://mojok.co/pojokan/sebutan-jamet-kuproy-jawir-pembantu-jawa-dan-labelling-kurang-ajar-lainnya/
https://www.boombastis.com/orang-jawa-di-televisi/60959