Setiap bulan Maret, berbagai media ataupun brand akan mengedepankan tema wanita bersamaan dengan Hari Wanita Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret 2022. Tapi setelah itu, seakan lupa kalau sebenarnya kesenjangan itu masih ada terjadi.
Bagi yang belum sadar, coba cek deh, berapa banyak wanita di sekitarmu yang mencapai posisi tertinggi? Menurut Council on Foreign Relations (CFR), pada tahun 2020 hanya ada 21 perempuan yang menjadi kepala negara dari total 193 negara di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KEMENPPPA), keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) berada pada angka 20,8 persen atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 mengenai persentase pekerja perempuan menurut jenis pekerjaan, hanya 0,65% perempuan merupakan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan.
Jadi, ya kita sebagai perempuan memang sudah mendapat banyak kesempatan dibanding zaman dahulu kala untuk bisa lebih berusaha dan berkarya. Namun, apa sudah cukup?
Belum Cukup!
Walaupun memang bisa dibilang sudah lebih baik dari dulu, selama ketidaksetaraan gender masih kita rasakan, bukan berarti kita sudah boleh berhenti berjuang.
Ketidaksetaraan gender nggak boleh dibiarkan, karena memiliki dampak negatif nggak cumauntuk kinerja tetapi juga memiliki dampak psikologis bagi yang mengalami. Dilansir dari MedicalNewsToday, orang yang mengalami ketidaksetaraan gender,perempuan dan juga laki-laki bisa menderita trauma baik dari hinaan ataupun perilaku seksis yang diterima, stres kronis. Karena banyaknya tanggung jawab yang harus dipikul terlebih untuk perempuan,di mana perempuan bekerja tetapi tanggung jawab di ranah rumah tangga tetap diberatkan kepada perempuan, bukan kedua belah pihak. perempuan,
Jadi, sebagai sesama perempuan apa yang bisa kita lakukan?
1. Mendukung sesama perempuan di tempat kerja
Tempat kerja merupakan tempat yang ganas bagi kita semua. Kanan, kiri, atas, bawah, kalau nggakhati-hati bisa saja ada yang ‘menyikut’. Tapi, sebagai sesama perempuan apa perlu kita saling sikut? Mulai dari sekarang, kita bisa saling mendukung sesama perempuan lain di tempat kerja untuk menciptakan suasana yang inklusif.
2. Saling membicarakan gaji satu sama lain
Terkadang kita enggan untuk membahas persoalan pendapatan atau gaji di tempat kerja, hal inilah yang membuat ketimpangan gaji bertumbuh subur di lingkup pekerja. Tapi, kalau nggak tahu bagaimana mau membandingkan? Karena sebenarnya tanpa kita sadari, benar-benar ada loh, perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan di beberapa tempat kerja itu.
3. Sebagai pemilik usaha, perlakukan karyawan atau timmu dengan setara.
Kadang sulit sih, untuk memperlakukan pekerja perempuan dan laki-laki dengan setara. Apalagi, misalnya ada cuti hamil lalu cuti melahirkan, cuti haid dan beberapa hal khusus perempuan lainnya yang nggak dialami oleh laki-laki. Tapi, hal biologis tersebut bukanlah sesuatu yang bisa kita pilah-pilih melainkan sebuah anugrah. Oleh karena itu, kamu bisaberikan cuti secara bijak dengan menghormati kebutuhan sesama perempuan, tanpa membiarkan kebijakan itu disalahgunakan oleh pihak yang nggak bertanggung jawab.
Kalau bukan sesama perempuan yang saling mendukung duluan, siapa lagi? Coba kasih idemu di kolom komentar, apa yang bisa kita lakukan sebagai sesama perempuan untuk saling mendukung satu sama lain.
Yuk, ciptakan lingkungan kerja dengan kesetaraan gender dimulai dari tempat kita sendiri!
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara Campaign.com dan Inwomen Daily.
Sumber:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/07/perempuan-indonesia-paling-banyak-bekerja-sebagai-tenaga-usaha-penjualan
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3076/menteri-bintang-optimis-keterwakilan-perempuan-di-legislatif-capai-30-persen-pada-pemilu-2024
https://www.medicalnewstoday.com/articles/psychological-effects-of-gender-inequality#self-esteem
https://www.independent.co.uk/news/world/female-world-leaders-jacinda-ardern-new-zealand-election-belarus-b1077339.html