#ForABetterWorldID

Nirwana Perempuan, Ketika Menstruasi Enggak Lagi Tabu

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers.


Champ mau bertanya nih, terutama untuk Changemakers perempuan. Apa kalian pernah dianggap ‘jorok’ atau ‘kotor’ ketika sedang menjalani masa menstruasi? Atau, pernah enggak sih, ngerasain enggak nyamannya berbicara mengenai menstruasi ke lawan jenis di ruang publik? 


Nah, Champ sempet bertanya ke beberapa Changemakers di Instagram nih, terkait mitos dan tabu seputar menstruasi. Sebanyak 17% Changemakers pernah disebut-sebut sebagai ‘anak kecil nafsuan’ ketika mengalami menstruasi duluan saat SD. Terus, sebanyak 63% Changemakers sering denger kalau pemakaian tampon/menstrual cup bikin perempuan enggak perawan. Terakhir, sebanyak 30% Changemakers percaya kalau berenang dekat laki-laki ketika menstruasi bisa menyebabkan hamil. Lah, kok gitu?  

image

Sumber foto: katieturner.net


Kalau di seluruh dunia, misalnya di Nepal, ada tradisi yang disebut chhaupadi, yang mengharuskan perempuan yang sedang menstruasi dikurung di dalam gubuk selama periode menstruasi ataupun selama dua minggu setelah melahirkan. Perempuan Nepal yang sedang menstruasi juga enggak boleh melakukan kontak fisik dengan pasangan atau saudara laki-lakinya, dan enggak boleh memasuki dapur serta tempat suci. Bahkan di India, menurut penelitian dari NGO Asra pada tahun 2014, karena kekurangan produk menstruasi, lebih dari 23 juta anak perempuan di India putus sekolah ketika mengalami menstruasi pertama mereka. Mereka yang melanjutkan sekolah tetap mengambil rata-rata lima hari absen di sekolah per bulannya setiap periode menstruasi mereka.  


Kalau anak-anak perempuan di Afrika juga bolos sekolah selama periode menstruasi mereka. Banyak perempuan yang takut dan malu karena mendapatkan pandangan negatif dari teman-temannya dan mengalami kesulitan mengatur menstruasi mereka. Sedangkan di Indonesia sendiri, beberapa tempat kerja menyediakan time-off bagi perempuan yang menstruasi, meskipun kebijakan ini enggak merata di seluruh wilayah Indonesia.  


Hal ini juga yang menyebabkan narasi terkait menstruasi menjadi tabu untuk dibicarakan oleh para perempuan, sehingga perempuan seakan enggak memiliki safe space seutuhnya, bahkan yang berkaitan dengan proses yang dialami di tubuhnya sendiri. Menurut Freud, perempuan yang menstruasi dianggap kotor dan terkena kekuatan jahat yang perlu dijauhi dan dapat digunakan untuk kekuasaan politik. 


Champ mendapat kesempatan ngobrol nih, dengan Tabu.id, sebuah ruang belajar tentang kesehatan seksual dan reproduksi untuk orang muda Indonesia. Menurut Tabu.id, menstruasi menjadi hal yang masih tabu dibicarakan di Indonesia karena berkaitan dengan norma dan kepercayaan masyarakat terkait menstruasi. Seperti kepercayaan di beberapa negara, Indonesia juga memiliki beberapa kepercayaan yang mengasosiasikan menstruasi dengan suatu hal yang “kotor”, “perempuan kotor”, “darah yang kotor”, “enggak layak”, dan yang lainnya. Asosiasi dan stigma semacam ini melekat ke menstruasi dan menyebabkan masyarakat jadi enggan membicarakan menstruasi di ruang publik. 


Stigma negatif ini pastinya berat bagi teman-teman perempuan. Terutama, karena siklus menstruasi yang dihadapi setiap bulan biasanya diikuti dengan perubahan hormon dan emosional, serta nyeri yang dirasakan pada beberapa bagian tubuh. Padahal, menstruasi merupakan proses biologis yang normal terjadi kepada perempuan terkait dengan kematangan seks, kesuburan, ketidakhamilan, kesehatan tubuh, dan pembaharuan tubuh yang tercapai pada usia remaja. Justru menstruasi adalah proses yang sangat krusial untuk fungsi reproduksi tubuh manusia.    


Mitos dan tabu seputar menstruasi = Upaya laki-laki untuk mempertahankan kekuasaan?


image

Sumber foto: Tiaa hygiene


Menurut Irwan Abdullah (2002), proses menstruasi yang merupakan penanda kedewasaan bagi perempuan, dianggap fase di mana seorang perempuan mulai memiliki hak untuk terlibat dalam pembicaraan, dan hak atas otoritas yang dapat menjadi ancaman bagi kekuasaan laki-laki. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa banyak pandangan mitos ataupun tabu seputar menstruasi perempuan, karena menstruasi dijadikan mekanisme untuk ‘mengekang’ atau ‘membatasi’ otoritas perempuan dewasa, agar enggak mengganggu kekuasaan laki-laki di masyarakat. 


Nah, kalau awal mulanya seperti ini, tentu aja mitos dan tabu seputar menstruasi secara enggak langsung memperlihatkan bahwa perempuan masih ‘ditindas’, bahkan dari hal yang dianugerahi Tuhan kepada perempuan, yaitu tubuh dan rahim di dalamnya. Terus, bagaimana ya, cara kita membantu teman-teman perempuan untuk bisa percaya diri ketika menjalani siklus menstruasi dan menghapus pandangan-pandangan negatif di masyarakat terkait mitos dan tabu menstruasi?


Menurut Tabu.id, kamu bisa menciptakan ruang aman dan menormalisasi menstruasi dengan melakukan hal berikut ini:


1. Belajar lebih lanjut tentang menstruasi.

Dengan memperdalam ilmu pengetahuan terkait menstruasi dari sumber-sumber yang valid, ilmiah, dan terpercaya, kamu bisa membantah dan melawan mitos-mitos serta miskonsepsi yang ada di masyarakat tentang menstruasi.


2. Mengontrol bagaimana kita bereaksi jika ada teman/perempuan yang membahas menstruasi.

Kamu bisa menunjukkan sikap terbuka dan empati terhadap mereka. Daripada mengatakan “dasar perempuan emang enggak jelas kalau lagi mens!”, kamu bisa bilang “wah, enggak enak banget, ya, kalau emosi jadi naik-turun gitu. Apa yang bisa aku bantu?” 


Menstruasi itu normal. Semua pandangan negatif terkait kamu dan proses menstruasimu itu enggak benar. Kamu udah menjalani proses menjadi perempuan dewasa yang sehat hingga saat ini, dan kamu harus bangga dengan kamu dan tubuh sehatmu 💙. Kalau menurut kalian, hal apa lagi yang bisa kita lakukan untuk menciptakan safe space bagi perempuan di luar sana? Share pendapatmu di kolom komentar, ya!


Referensi:

https://www.bbc.com/news/uk-northern-ireland-47254222

https://flo.health/menstrual-cycle/health/period/menstruation-taboos

https://www.unicef.org/philippines/stories/menstruation-ok-taboo-acceptance

https://www.google.com/amp/s/swachhindia.ndtv.com/23-million-women-drop-out-of-school-every-year-when-they-start-menstruating-in-india-17838/amp/

Abdullah, Irwan (2002). Mitos Menstruasi: Konstruksi Budaya Atas Realitas Gender. Jurnal Humaniora, 14(1), 34-41.

Interview dengan Tabu.id 22 Maret 2022. 


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone