Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, sebanyak 64,5% dari semua UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan! Hal itu menunjukan, womenpreneur telah turut menggerakkan perekonomian Indonesia dengan membuat, mengelola, dan memimpin usahanya.
Tapi, terdapat beberapa rintangan yang harus dihadapi perempuan dalam menjalankan bisnisnya, seperti bias gender dan kebudayaan, kurangnya akses bantuan finansial, bantuan emosi yang penting banget buat perempuan, dan network yang memadai.
Jadi, kemarin Champ dan womenpreneur Indonesia yang hebat belajar tentang bagaimana womenpreneur bisa mengembangkan soft skill berupa komunikasi dan negosiasi di kelas kedua Champ’s Womenpreneur Bootcamp: Communications and Negotiation Skills Development for Womenpreneurs, nih! Kita belajar dari Kak Vivien Sylvina, S.IP, MA, dosen komunikasi Universitas Bina Nusantara (Binus), anggota Binus Resilience Hub; serta dr. Ratih Ayu Wulandari selaku founder dari @menjadiibu, yang diadakan pada tanggal 25 Maret 2022 lalu oleh Campaign.com dan Xendit.
Kak Vivien menjelaskan, salah satu rintangan yang menghalangi perempuan dalam berkomunikasi adalah mengenai sifat takut-takut (timidity). Hal ini dikarenakan perempuan cenderung takut dilihat sebagai sosok yang “sombong” atau konotasi-konotasi negatif lainnya dalam memimpin. Padahal, sifat-sifat seperti ini juga ada dalam pemimpin laki-laki, namun dalam laki-laki konotasinya dibuat menjadi lebih positif, di mana “sombong” menjadi “bangga” dan sebagainya. Semua ini berhubungan dengan persepsi masyarakat, namun berdampak terhadap komunikasi pemimpin perempuan juga!
Kak Vivien memaparkan kekuatan kemampuan perempuan dalam berkomunikasi dan bernegosiasi sebagai berikut:
Jago membaca bahasa tubuh dan isyarat non-verbal
Dalam komunikasi, perempuan cenderung lebih mudah membaca body language dan isyarat yang nggak diungkapkan secara langsung oleh lawan bicaranya. Perempuan dapat membedakan emosi dan raut wajah dengan lebih mudah, walaupun lawan bicaranya nggak menunjukkan secara eksplisit. Kekuatan ini bisa digunakan untuk menentukan bagaimana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara sesuai dengan isyarat non-verbal yang ditunjukkannya!
Punya kemampuan mendengarkan yang baik!
Pernah denger cewek curhat-curhat sama teman sesama ceweknya, nggak? Nah, ini salah satu contoh kekuatan interpersonal berupa pendengaran yang dimiliki perempuan! Perempuan cenderung memiliki kemampuan memahami berbagai isyarat yang ditunjukkan lawan bicaranya secara verbal. Dengan begini, akan lebih mudah untuk memahami maksud dan emosi dari lawan bicaranya saat berkomunikasi.
Lebih leluasa menunjukkan empati
Perempuan udah lebih terbiasa untuk lebih ekspresif dalam menunjukkan empati terhadap suatu keadaan atau kondisi, sehingga membuat lawan bicaranya merasa nyaman berkomunikasi dengannya.
Selain skill komunikasi, tentunya seorang womenpreneur perlu menguasai skill negosiasi juga untuk mengembangkan bisnisnya! Kak Vivien kemarin memberikan tips sebagai berikut:
Bersiap-siap!
Sebelum memulai proses negosiasi, kamu harus mempersiapkan diri dulu! Bukan cuma persiapan mental, tapi juga persiapan lainnya seperti meneliti lawan negosiasimu dan nilai-nilai yang Ia pegang seperti apa. Dengan memahami lawan negosiasimu sejak awal, bakal lebih gampang buat kamu untuk membuat negosiasi yang bisa saling menguntungkan!
Jangan terlalu percaya sama asumsi, anggap sebagai hipotesis aja!
Bedanya gini: asumsi itu anggapan yang nggak dikaji atau dipelajari dulu sebelum ketahuan benar atau nggak, sementara hipotesis adalah dugaan sementara yang harus banget diuji dan dipelajari sebelum terbukti benar atau nggak. Jadi, jangan cepat-cepat melabeli lawan bicaramu sebagai “A” atau merasa negosiasi nggak akan berhasil karena akan mempengaruhi komunikasimu, anggap aja kamu harus mempelajari dia dengan baik dulu.
Pahami kalo negosiasi adalah proses pembelajaran!
Negosiasi itu bukan battle! Berhubungan sama tip yang di atas, kamu harus memahami kalau negosiasi adalah proses pembelajaran! Kamu nggak hanya mempelajari nilai-nilai dan visi-misi yang dipegang lawan negosiasimu, tapi kamu juga mempelajari tentang dirimu sendiri dan hal-hal yang align sama bisnismu! Jadi, kamu membangun hubungan dengannya
Senyum 😁
Jangan lupa senyum! Jangan memperlihatkan kalau kamu takut, kesal, dan sebagainya karena negosiasi akan lebih lancar kalau kita terlihat positif 😉
Pelan-pelan aja!
Kamu harus follow-up mereka, tapi jangan lupa kasih ruang buat berpikir, ya! Jangan terlalu dikejar-kejar karena bakal membuat lawan negosiasimu merasa nggak nyaman. Take it slow, Changemakers :)
Sementara dr. Ratih sempat cerita-cerita tentang pengalamannya menjadi ibu sampai akhirnya membuat bisnis kelas buat ibu-ibu muda yang sedang membesarkan anak bayinya! Mulai dari kelas berenang untuk bayi dan ibu dan kelas makan buat bayi. Selain itu, Ia juga mengajak agar ayah-ayah dari para ibu untuk ikut terlibat dalam kelas, agar memahami cara merawat bayinya. Psst, selama pandemi, kelas dr. Ratih dilakukan secara recording dan dapat dibeli dengan membayar lewat Xendit, loh!
dr. Ratih belajar kalau teknik negosiasi yang disebut di atas juga penting. Pertama adalah dengan mendengarkan para ibu-ibu untuk dapat dapat memenuhi kebutuhan lawan kita. Contohnya, Ia berusaha untuk menggunakan latarnya sebagai dokter laktasi untuk mencarikan solusi yang dibutuhkan audiensnya, yaitu ibu-ibu baru.
Dr. Ratih juga menegaskan kalau kita harus bisa menyampaikan ide-ide kreatif dalam bisnis. Sebagai contoh, Ia menyediakan layanan video call kepada ibu-ibu dan suami yang nggak bisa ke kelasnya secara langsung. Selain itu, penting juga buat nggak mehakimi lawan bicara kita, supaya mereka tetap nyaman ngobrol dengan kita.! Kamu juga harus bisa sabar, karena kamu berhadapan dengan emosi seseorang. Akhirnya, nanti lawan bicaramu dapat menyebarkan jasamu secara word of mouth atau referral berdasarkan pengalamannya denganmu.
Beberapa soft skill yang disarankan oleh dr. Ratih kepada womenpreneur adalah:
Mendengarkan!
Sama seperti yang dipaparkan oleh Kak Vivien, skill mendengarkan itu berguna banget, loh! Gunanya itu untuk membangun hubungan dengan klienmu agar membentuk timbal balik antara kalian.
Dapat dipercaya
Penting banget! Hal ini karena kepercayaan klien harus banget dijaga buat menjaga hubungan.
Hormati mereka!
Hal-hal sederhana seperti datang tepat waktu kepada pertemuan itu penting, loh!
Tenggang rasa
Jagalah perasaan dan hormati klienmu dalam komunikasimu.
Berkomunikasi dengan baik
Nah, itu dia tips mengembangkan kemampuan negosiasi dan komunikasi untuk womenpreneur, Changemakers! Kamu punya tips dan pengalaman yang berhubungan sama obrolan hari ini, nggak? Yuk sharing di kolom komentar!