Halo, Changemakers!
Menggunakan internet dan gadget udah bukan jadi hal yang asing lagi bagi kita. Tiap hari, kita belajar, bekerja, hingga berkomunikasi dengan orang lain melalui perantara teknologi. Enggak heran, kita seakan-akan punya kehidupan sendiri di dunia maya, yang menyebabkan kita memiliki identitas sendiri di dunia virtual.
Sumber gambar: Pexels
Ternyata, fenomena ini udah jadi fenomena yang umum di internet, bahkan punya teorinya sendiri loh, Changemakers! Menurut John Suler, fenomena ini disebut sebagai online disinhibition effect, yaitu ketika seseorang merasa hambatan dari interaksi di dunia nyata enggak dirasakannya di ruang virtual. Nah, karena hilangnya hambatan itu, kepribadian seseorang di dunia nyata dapat berbanding terbalik dengan sifatnya di dunia maya.
Menurut Suler, ada enam alasan hal ini bisa terjadi, Changemakers, yaitu:
Dissociative Anonymity
Melalui internet, kita bisa bebas mencari sesuatu ataupun berinteraksi dengan seseorang secara anonim. Karena identitas aslinya enggak diketahui, seseorang bisa bergerak lebih “bebas” di internet, sehingga ia merasa bahwa tindakannya enggak perlu dipertanggungjawabkan.
Invisibility
Sebagian besar interaksi yang dilakukan di internet menggunakan teks, sehingga seseorang enggak perlu khawatir dengan nada, body language, ataupun penampilannya. Bahkan, seseorang bisa menciptakan identitas yang sepenuhnya baru di internet!
Asynchronity
Seringkali, proses komunikasi di internet enggak dilakukan secara real-time, sehingga seseorang bisa lebih lama memikirkan jawaban yang ingin diberikan, sesuatu yang enggak bisa dilakukan di percakapan tatap muka.
Solipsistic Introjection
Ketika membaca pesan di internet, secara enggak sadar kita membayangkan suara orang yang memberikan pesan. Suara tersebut pun, sebenarnya hanyalah interpretasi kita terhadap orang tersebut. Sehingga proses interaksi di internet dapat terasa lebih nyaman, karena orang tersebut “sesuai” dengan ekspektasi kita.
Dissociative Imagination
Beberapa pengguna internet menganggap bahwa internet hanyalah sebuah game di mana peraturan di dunia nyata enggak berlaku sama sekali. Oleh karena itu, terkadang orang-orang di internet melakukan sesuatu hal yang sebenarnya enggak akan berani dilakukannya di dunia nyata.
Minimization of Status and Authority
Internet menyediakan ruang netral di mana semua orang berusaha untuk diperlakukan setara. Hal ini pun menyebabkan seseorang lebih berani dan terbuka kepada orang lain yang status sosial di dunia nyatanya lebih tinggi.
Online disinhibition effect sendiri menimbulkan dua buah dampak, Changemakers. Seseorang akan mampu menjadi lebih “jinak” atau disebut juga sebagai benign online disinhibition. Karena internet, seseorang mampu menjadi lebih terbuka dengan dirinya sendiri dan orang lain, sehingga akan memberikan wadah baginya untuk belajar cara bersosialisasi di dunia nyata. Namun, karena internet, seseorang juga bisa bersikap lebih “liar” atau dikenal juga dengan kata toxic online disinhibition. Karena merasa dirinya akan bebas dari konsekuensi atas tindakan yang dilakukannya di internet, seseorang akan bisa melakukan hal-hal buruk nih, Changemakers, seperti mengucapkan kata-kata kasar, cyberbullying, hingga melakukan kekerasan berbasis gender online (KBGO). Waduh!
KBGO sendiri masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan, bahkan jumlah kasusnya terus bertambah tiap tahunnya nih, Changemakers, sampai-sampai UN Women menyebut KBGO dengan istilah “shadow pandemic” atau “pandemi bayangan”. Kasus KBGO menyerang seluruh dunia, enggak terkecuali Indonesia. SAFEnet menerima 677 aduan KBGO sepanjang tahun 2021, dengan mayoritas korbannya (482 orang) adalah perempuan. Melihat hal ini, tentu penting banget untuk kita menyebarluaskan pengetahuan tentang isu ini agar masyarakat bisa menghindari perilaku enggak menyenangkan tersebut dan turut aktif menghentikan KBGO.
Sumber gambar: SAFEnet
Kamu bisa banget loh, berkontribusi menyebarkan pengetahuan untuk menghentikan timbulnya kembali kasus KBGO dengan ikutan Challenge Yuk jadi Bystander Aktif Demi Ruang Aman Bersama! oleh Yayasan Plan Indonesia! Dengan mengikuti Challenge ini, kamu akan turut serta mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjadi sosok aktif untuk menghilangkan KBGO dan menciptakan internet menjadi ruang yang aman untuk semua. Selain itu, dengan menyelesaikan Challenge ini, kamu akan membuka donasi sebesar 25 ribu rupiah yang disponsori oleh Goodbunny Society. Tunggu apalagi? Langsung aja ikutan dan selesaikan Challenge-nya untuk menciptakan dunia yang lebih baik! 💙
Referensi:
Jurnal
Suler, John (2004). "The Online Disinhibition Effect". CyberPsychology & Behavior. 7 (3): 321–326.
Lapidot-Lefler, Noam; Barak, Azy (2015). "The benign online disinhibition effect: Could situational factors induce self-disclosure and prosocial behaviors?". Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace. 9 (2).
Lapidot-Lefler, Noam; Barak, Azy (2012). "Effects of anonymity, invisibility, and lack of eye-contact on toxic online disinhibition". Computers in Human Behavior. 28 (2): 434–443.
Artikel
https://learning-theories.com/online-disinhibition-effect-suler.html
https://www.kqed.org/education/532334/is-the-internet-making-you-meaner
https://awaskbgo.id/wp-content/uploads/2022/03/Laporan-Situasi-Hak-Digital-2021-Part-KBGO.pdf