Hi, Changemakers!
Kalian tahu nggak, sih? Selain berita-berita yang ramai saat ini seperti virus PMK yang menyerang hewan ternak khususnya sapi hingga diskriminasi yang dialami oleh perempuan di India. Baru-baru ini terjadi kasus pelecehan seksual kepada anak-anak di Gresik, Jawa Timur.
Social News of the Week kali ini, kita akan mengulas apa sih, pelecehan seksual itu dan seperti apa kronologi yang dialami oleh anak di Gresik, Jawa Timur sebagai korban. Yuk, simak artikel ini untuk menambah wawasan kamu!
Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak kecil juga dikelompokkan dalam kelompok rentan. Jadi, mereka sering mengalami kekerasan dan kejahatan: kekerasan secara individual, interpersonal, bahkan juga struktural. Kekerasan terhadap anak adalah isu global yang harus segera diselesaikan karena dapat berdampak pada hal-hal penting lainnya.
Kalau misalkan kita melihat kasus yang terjadi di Gresik, Jawa Timur tersebut, jelas bahwa perilaku tersebut adalah bentuk kekerasan seksual. Karena, sebenarnya tersebut adalah perilaku tanpa consent dengan menciumi anak perempuan tersebut. Tapi sayangnya kepolisian setempat nggak memandang tindakan tersebut sebagai pelecehan seksual, dengan alasan korban nggak memakai pakaian terbuka.
Miris banget dengarnya, ya! Hal yang sama juga dijelaskan oleh De Veauuse Brown dan koleganya (2022), kekerasan seksual diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan dan akan dilakukan oleh individu tanpa adanya consent terhadap korban secara bebas; atau korban yang nggak memberikan consent dan menolak aktivitas seksual tersebut.
Nah, Komnas Perempuan juga sudah pernah mempublikasikan modulnya yang bertajuk “15 Bentuk Kekerasan Seksual: Sebuah Pengenalan”. Modul ini juga menjelaskan sebanyak 15 bentuk kekerasan seksual, yang mana di dalamnya terdapat pelecehan seksual sebagai bentuk kekerasan seksual.
Kita lanjut kali ya, penjelasan anak sebagai kelompok rentan dikarenakan anak nggak memiliki kekuatan dan kekuasaan yang cukup dibandingkan dengan orang dewasa. Maka, bisa kita lihat nih, kalau aktivitas tersebut sebagai pelecehan karena pelecehan nggak semata-mata “membuka baju”, kemudian dilecehkan. Kekerasan seksual itu sifatnya kompleks. Jadi, kekerasan seksual sebenernya nggak mesti berkontak langsung pelaku terhadap korban.
Sumber: detik.com
Namun sayang banget, beberapa masyarakat masih menutup matanya mengenai makna pelecehan seksual. Padahal masyarakat punya pengaruh yang besar dalam kehidupan perempuan, khususnya hubungan yang diskriminatif. Persinggungan ini sebenarnya memberikan pandangan untuk memahami gender, ras, kelas, dan identitas lainnya dalam berinteraksi untuk menciptakan dinamika kekuasaan dan kekuatan. Tentunya, ini juga berpengaruh pada kehidupan perempuan yang terus dinormalisasi.
Mengapa pelecehan seksual kerap terjadi?
Walaupun kita udah sering banget melihat kampanye sosial mengenai pelecehan hingga kekerasan seksual, nggak bisa dipungkiri tindakan bejat tersebut masih sering terjadi. Hal ini berawal dari normalisasi pelecehan juga berkaitan dengan frasa “rape culture”. Rape culture ini diartikan sebagai lingkungan yang melanggengkan dan mengonstruksikan kekerasan laki-laki heteroseksual yang bersifat agresif terhadap perempuan (Kessel, 2022). Mirisnya, perempuan didikte sebagai sosok lemah, penakut, dan mudah “ditata”. Jangkauan dan lanskap dalam rape culture jelas masuk ke dalam dimensi gender yang sangat luas. Hal ini karena adanya anggapan tentang gender adalah konsep yang disalahartikan dalam masyarakat patriarki. Dengan demikian, perilaku menyepelekan kekerasan seksual, atau barangkali kekerasan berbasis gender lainnya, adalah salah satu bukti nyata, kalau rape culture yang masih dikonstruksikan sampai sekarang.
Yuk, mari kita bersama-sama bersinergi dalam membangun upaya perlindungan anak dimulai dari lingkungan sekitar. Tulis di kolom komentar, langkah-langkah apa sih, yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan ruang aman untuk anak-anak?
Referensi
Ajayi, C. E., Chantler, K., & Radford, L. (2022). A feminist-intersectional analysis of sexual violence experienced by Nigerian women who are living in England. Journal of Gender-Based Violence, 6(1), 29-43.
Cerna-Turoff, I., et al. (2021). Factors Associated With Violence Against Children in Low- and Middle-Income Countries: A Systematic Review and Meta-Regression of Nationally Representative Data. Trauma, Violence, & Abuse, 22(2), 219-232.
De Veauuse Brown, N. F., Annor, F. B., Swahn, M. H., & Self-Brown, S. R. (2022). Sexual violence experience among Nigerian girls and young women: what are the roles of early sexual debut, multiple sex partnerships, and traditional gender role beliefs?. Journal of interpersonal violence, 37(5-6), 2747-2767.
Kautsar, N. D. (2022, 25 Juni). 6 Fakta Kasus Pelecehan Seksual di Gresik, Pelaku Akan Daftar Jadi Guru Ponpes. Diakses dari merdeka.com https://www.merdeka.com/jatim/5-fakta-pelaku-pelecehan-seksual-di-gresik-beraksi-saat-akan-daftar-jadi-pengajar.html
Kessel, A. (2022). Rethinking Rape Culture: Revelations of Intersectional Analysis. American Political Science Review, 116(1), 131-143.
Komnas Perempuan. (n.d.). 15 Bentuk Kekerasan Seksual: Sebuah Pengenalan.
Liputan6.com. (2022, 25 Juni). Tak Proses Kasus Pelecehan Anak, Polisi di Gresik Anggap Pelaku Tak Buka Baju Korban. Diakses dari Liputan6.com https://jatim.liputan6.com/read/4995114/tak-proses-kasus-pelecehan-anak-polisi-di-gresik-anggap-pelaku-tak-buka-baju-korban
Momsen, J. (2004). Gender and development. Routledge.
Purwodianto, J. (2022, 23 Juni). Viral Pria Cium Anak di Gresik, Polisi Sebut Bukan Pelecehan. Diakses dari detik.com https://www.detik.com/jatim/berita/d-6143858/viral-pria-cium-anak-di-gresik-polisi-sebut-bukan-pelecehan
Tim tvOne. (2022, 27 Juni). Viral Pria di Gresik Cium Berkali-Kali Anak Kecil, Polisi Sebut Bukan Pelecehan Seksual Karena Tidak Buka Baju. Diakses dari tvOne.com https://www.tvonenews.com/daerah/jatim/49913-viral-pria-di-gresik-cium-berkali-kali-anak-kecil-polisi-sebut-bukan-pelecehan-seksual-karena-tidak-buka-baju?page=3