Changemakers, ada yang suka naik gunung? Kalau suka, pasti tau lah ya… Mendaki gunung itu enggak hanya tentang senang-senang di alam dan menikmati pemandangan dari puncak doang. Banyak banget tantangan yang dihadapi selama mendaki dan prosesnya kadang cukup melelahkan. Nah, kali ini Champ pengen ngenalin seorang Changemaker yang hobinya naik gunung meski ia hanya memiliki satu kaki. Inilah Arrohma, yang ngobrol sama Champ beberapa waktu lalu tentang hobi naik gunungnya dan harapannya bagi tempat-tempat wisata di Indonesia untuk menyediakan akses yang memadai bagi penyandang disabilitas.
Simak obrolannya, yuk!
Halo Arrohma, boleh perkenalkan diri kamu dulu dong; profesi saat ini dan kesibukannya apa aja?
Halo Champ, perkenalkan nama lengkap saya Arrohma Sukma Permada Marga Dineta, biasa dipanggil Arrohma. Saya lahir di ponorogo pada 17 Juli 1998, saat ini bekerja di Bank Mandiri Graha Tugu Yogyakarta. Selain bekerja, saya juga aktif sebagai content creator di media sosial pribadi saya, yaitu YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook. Selain itu saya juga aktif sebagai seorang speaker/narasumber dalam berbagai kegiatan di sekolah, komunitas, atau pun instansi.
Arrohma banyak dikenal orang sebagai pendaki gunung disabilitas. Boleh cerita dong, kecintaan pada aktivitas di alam seperti hiking ini sejak kapan dan apa penyebabnya?
Iya, saya dikenal sebagai seorang pendaki gunung disabilitas. Saya adalah seorang perempuan dengan disabilitas tuna daksa. Sebelum saya menjadi seorang perempuan disabilitas, saya sudah menyukai kegiatan di alam bebas terutama mendaki gunung sejak SMA sekitar tahun 2013-an. Dengan mendaki gunung, saya belajar banyak hal dan merasa bisa lebih dekat sang Sang Pencipta. Bukan hanya itu, dengan mendaki saya lebih mengenal diri sendiri dan juga orang lain.
Sedikit cerita, saya menjadi korban tabrak dari sebuah mobil pada tanggal 8 Agustus 2018, akibat kejadian tersebut saya harus kehilangan kaki kanan saya. Namun hal ini tidak membuat rasa cinta saya dengan alam bebas pudar, malah menjadikan saya untuk lebih kuat dan mencoba kembali apa yang saya bisa lakukan dulu sebelum saya diamputasi.
Mungkin yang belum pernah mendaki bareng Arrohma akan bertanya-tanya, kok bisa orang dengan satu kaki naik gunung, bisa cerita sedikit gak; biasanya apa yang bikin kamu tetap semangat mendaki, apakah ketika mendaki butuh bantuan orang atau kaki palsu dan tongkat sudah cukup?
Yang membuat saya semangat untuk mendaki gunung lagi adalah karena saya percaya dengan satu hal, yaitu tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan mencoba. Selain itu, yang membuat saya semangat adalah dukungan dari orang tua, keluarga, teman-teman yang mau mem-backup, bahkan masyarakat, dan pihak basecamp setiap gunung pun selalu memberikan support yang baik dan kehangatan masing-masing. Mereka tidak membedakan saya dan mereka semua bisa menerima diri saya, hal ini yang membuat saya terus semangat dalam mendaki gunung.
Nah, tentang mendaki, sebenarnya tidak, dengan bantuan tongkat atau kaki palsu saja tidak cukup bagi saya untuk tingkat safety-nya. Sehingga, saat saya mendaki, saya perlu bantuan orang lain minimal dua orang dengan posisi di depan dan di belakang saya untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu saya melewati medan yang cukup berat dan tidak bisa saya lalui. Kalau semisal saya mau jatuh ada yang sudah siap menjaga saya.
Setelah mengalami kecelakaan dan kehilangan satu kaki karena amputasi, apakah Arrohma sempat ada di titik menyerah? Apa yang membuat bangkit lagi?
Sempat ada di titik menyerah. Setelah saya pulang dari rumah sakit, sekitar tiga hari, karena saat itu saya merasa bahwa saya tidak memiliki masa depan lagi. Tetapi Allah memberikan saya sebuah hidayah saat itu dan membuka mata, hati, serta pikiran saya agar bisa menerima semua nya dengan ikhlas. Disertai dengan dukungan orang tua dan keluarga yang sangat kuat serta meyakinkan pada saya bahwa "setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, memiliki takdir hidup masing-masing, terkait masalah rezeki, jodoh, maupun kematian semua nya sudah diatur oleh Allah. Tugas kita hanya menerima dan berusaha kuat dalam menghadapinya". Hal inilah yang membuat saya bangkit karena saya berpikir, jika kedua orang tua dan keluarga saya bisa menerima diri saya saat ini apa adanya, kenapa saya tidak bisa menerima takdir ini? Sehingga saya pun mencoba untuk bangkit dan memulai semuanya dari awal.
Fasilitas umum terutama untuk mendaki gunung di Indonesia selama ini sudah memadai belum bagi disabilitas? Apa yang perlu ditingkatkan lagi?
Untuk fasilitas umum untuk mendaki gunung saat ini bagi saya belum memenuhi kriteria ramah disabilitas, karena memang peminat sangat minim dari para disabilitas dan tingkat risikonya pun lebih banyak. Selain itu, di alam bebas memang tidak bisa disamakan dengan fasilitas umum di perkotaan untuk tingkat inklusinya. Namun, bagi saya hal tersebut bisa ditingkatkan, tidak perlu mengubah struktur alam tapi bisa dari segi perizinan yang memperbolehkan disabilitas mendaki di gunung tersebut, didampingi dengan guide yang sudah berkompeten meng-handle disabilitas, kemudian di basecamp pun bisa diberikan penambahan toilet duduk yang khusus disabilitas, dan setiap gunung juga ada fasilitas asuransi bagi teman-teman disabilitas. Bukan hanya dari segi tempat yang bisa dijadikan target agar lebih ramah disabilitas, namun dari para pendakinya itu sendiri; harus bisa memahami segala keterbatasan dari semua tim-nya dan mengenal segala kekurangan masing-masing dari setiap orang. Tentunya, dari para disabilitasnya sendiri, jika ingin mendaki gunung dengan keterbatasan yang ada, harus paham dulu tentang ilmu pendakian; baik survival, P3K, teknik berjalan, teknik mendaki, dan lain-lain.
Di momen Hari Kemerdekaan ini, apa yang Arrohma harapkan untuk Indonesia?
Saya harap di Indonesia lebih banyak fasilitas umum terutama fasilitas wisata yang dapat diakses oleh para disabilitas, sehingga teman-teman disabilitas pun bisa menikmati keindahan alam Indonesia ini tanpa ada hambatan. Selain itu, semoga lebih banyak lagi tempat-tempat wisata dan perusahaan yang memberikan akses perizinan dan kesempatan kerja untuk para disabilitas.
Inspiring banget ya, Changemakers! Setelah baca obrolan Champ sama Arrohma di atas, kamu jadi pengen naik gunung gak, sih?
Well, Champ cuma mau ngingetin… Ketika naik gunung harus ingat untuk tetap jaga lingkungan sekitar, ya! Banyak banget caranya, Changemakers bisa temukan inspirasi dari Challenge Dukung SDGs Indonesia dengan Tantangan 4 Aksi Pilar Lingkungan oleh @demibumipalu