Hai, Changemakers!
Kalian pasti sudah tahu, viralnya somasi yang dilakukan Es Teh ke konsumen mereka yang mengkritik salah satu produknya di Twitter. Melalui cuitannya, @Gandhoyy mengeluhkan produk Es Teh yang terlalu manis. Ternyata, pihak Es Teh menganggap kritik tersebut merugikan Es Teh. Enggak tanggung-tanggung, Es Teh juga mengeluarkan somasi agar cuitan itu dihapus dan yang pelakunya harus meminta maaf.
Kejadian ini menimbulkan banyak reaksi netizen, dari yang pro sama pelanggan dan ada yang kontra. Beberapa di antaranya juga menganggap Es Teh berhak melakukan somasi karena kritikan yang diunggah terlalu kasar.
Emang harusnya gimana, ya, kita mengkritik suatu brand?
Banyak cara agar kritik yang kita berikan sampai ke brand, dari telepon atau email ke customer service, menyampaikan langsung, sampai mengunggah di media sosial. Tapi, sayangnya banyak yang belum tahu cara mengkritik yang tepat melalui media sosial. Sah-sah aja kok kalau kita mau mengkritik karena kita pasti pernah ngalamin hal kurang menyenangkan sebagai konsumen. Dilansir dari CNN, pengamat media sosial dari Sebangsa, Enda Nasution merespons kritik terhadap brand maupun pejabat publik di media sosial haruslah berdasarkan data dan fakta agar enggak berujung somasi.
"Kurangi atau kalau bisa hilangkan kata-kata yang sifatnya emosional atau umpatan, hapuskan pada permasalahan dan jangan melakukan serangan pribadi menggunakan kata-kata sifat yang tidak perlu," ujar Enda.
Foto: HalloSehat.com
BPOM Buka Suara
Seperti diketahui, Pemenkes Nomor 30 Tahun 2013 mewajibkan pencantuman label nilai gizi enggak cuma di produk kemasan; di iklan dan media promosi lainnya, seperti brosur dan buku menu agar konsumen mengetahui komposisi produk yang dikonsumsi.
Dilansir dari Detik.com, menurut Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI, Rita Endang, produk Esteh Indonesia termasuk dalam pangan siap saji yang mana harus mencantumkan nilai gizi.
Meskipun pada akhirnya pihak konsumen menghapus cuitannya dan meminta maaf, kita jadi belajar bagaimana mengkritik di media sosial sampai apa yang brand lakukan terhadap konsumennya. Hmm, kamu punya pengalaman pahit juga enggak saat membeli suatu barang, makanan, atau minuman? Cerita di kolom komentar, yuk!
Referensi: