Hai, Changemakers!
Kamu udah dengar belum berita Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami pedangdut Lesti Kejora oleh suaminya Rizky Billar? Jadi, hari Rabu tanggal 28 September 2022, Lesti Kejora melaporkan Rizky Billar atas Pasal 44 UU RI Nomor 23 Tahun 2004, tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Setelah membuat laporan, Lesti juga langsung menjalani visum.
Berdasarkan keterangan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Indra Zulpan, KDRT dipicu setelah Lesti mengetahui suaminya berselingkuh. “Kejadian ini berawal dari penyampaian korban terhadap suaminya, bahwa dia menyatakan adanya perselingkuhan yang dilakukan terlapor,” ujar Zulpan dalam konferensi pers yang diadakan Jumat (30/9).
Terus, kok bisa merambat jadi KDRT?
Pada Rabu (28/9) pukul 01.51 WIB dini hari, setelah mengetahui perselingkuhan yang dilakukan Rizky Billar, Lesti langsung meminta untuk dipulangkan kepada orangtuanya. Tapi, Billar malah emosi dan mulai melakukan kekerasan fisik dengan cara mendorong dan membanting korban ke kasur bahkan mencekik leher sehingga korban terjatuh ke lantai dan hal tersebut dilakukan sampai berulang kali.
Pertengkaran pun, kembali terjadi di pagi harinya tepatnya pukul 09.47 WIB, di mana Billar berusaha menarik tangan korban ke arah kamar mandi kemudian membantingnya ke lantai sampai tangan dan leher sebelah kiri korban terasa sakit. Akibat hal ini, Lesti Kejora sempat dirawat di Rumah Sakit Bunda, Menteng, Jakarta Pusat.
Begitu kabar ini tersebar, kejadian ini ramai dibahas netizen di media sosial. Respon netizen juga sangat beragam dalam menanggapi hal ini, mulai dari memberi dukungan sampai ada juga loh fans, yang masih nggak percaya.



Sumber: twitter.com
Memang masih cukup banyak yang kaget dan nggak nyangka, soalnya pasangan ini setiap tampil di televisi atau media sosial cukup sering bersikap romantis. Eh ternyata, kenyataannya bisa berbeda 180 derajat.
Meskipun KDRT yang dialami Lesti Kejora udah sampai pada tahap kekerasan fisik dan sampai meninggalkan trauma, masih ada aja netizen yang berkomentar untuk menyuruh korban diam aja. Salah satunya komentar ibu-ibu di bawah ini yang justru malah menormalisasikan perlakukan KDRT. Tentunya komentar tersebut juga ditentang sama netizen lainnya.





Sumber: twitter.com
Hmmm, kira-kira penyebab terjadinya KDRT tuh apa, sih?
Di Indonesia sendiri KDRT merupakan kasus yang selalu menjadi urutan pertama dari keseluruhan kasus kekerasan terhadap perempuan yang diadukan ke Komnas Perempuan. Tercatat ada sebanyak 2.527 kasus KDRT pada 2021. Menurut Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi, KDRT bisa terjadi akibat adanya ketimpangan hubungan kekuasaan dalam relasi perkawinan.
Ketimpangan kekuasaan ini biasanya ditemui pada masyarakat yang memiliki budaya patriarki yang tinggi sekaligus memiliki sejarah kolonialisme. Peneliti era pasca kolonialisme menyebut penjajahan, sebagai akar tumbuhnya sistem dan struktur seperti diskriminasi rasial dan ketidaksetaraan gender yang menyebabkan tingginya kekerasan terhadap perempuan.
Selain itu, patriarki juga berperan di sini. Patriarki sendiri merupakan sebuah sistem sosial yang menganggap laki-laki memiliki wewenang dan kekuasaan yang lebih tinggi dibanding perempuan. Karena anggapan itulah masyarakat menganggap kekuasaan laki-laki sebagai suami sangat besar dan perempuan sebagai istri harus pasrah dan menerima dan membaktikan hidup untuk kesejahteraan keluarga.
Budaya patriarki pada akhirnya dapat menyulitkan perlindungan terhadap perempuan sebab budaya ini seolah-olah menormalisasikan apa pun yang dilakukan laki-laki sebagai sebuah kebenaran meskipun perbuatannya berupa kekerasan dan perempuan menganggapnya sebagai akibat dari kesalahannya sendiri. Komentar netizen sebelumnya yang menyarankan korban untuk diam saat menerima tindak kekerasan dan sempat curhat juga kalau dirinya pernah diselingkuhi dan menerima KDRT, tetapi berhasil mempertahankan pernikahan jadi bukti dari dampak budaya patriarki. Jujur, Champ sedih bacanya. 😢
Terus apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dampak negatif dari budaya patriarki ini?
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kesetaraan gender seperti pemberian materi pendidikan yang berwawasan gender di setiap level lembaga akademik di Indonesia, melakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai keseimbangan hak kedudukan suami istri melalui berbagai media dan tokoh masyarakat yang berwawasan gender, dan tentunya memutus mata rantai dunia patriarki dengan ikutan Challenge Tiadakan Patriarki dengan #saynotopatriarchy bersama BeWithYou Sumatera.
Dengan mengikuti Challenge ini kamu bisa berdonasi sebesar Rp10 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk BeWithYou Sumatera Class untuk memberikan edukasi terkait kesetaraan gender kepada masyarakat. Yuk, buat dunia yang lebih baik dimulai dari kamu!