​

Halo, Changemakers!

United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia belum lama ini melaporkan sebuah temuan yang mengejutkan. Menurut studi terbaru dari UNICEF Indonesia bahwa hampir 70 persen dari 20.000 sampel air minum dalam rumah tangga tercemar oleh limbah tinja. Menurut data BAPPENAS tahun 2018 menyebutkan bahwa kasus pencemaran air di Jakarta mencapai 96% termasuk karena feses manusia, limbah rumah tangga, dan lain seterusnya.

Pengelolaan sanitasi yang buruk dapat berdampak pada lingkungan dan menyebabkan potensi penyakit diare yang menjadi penyebab kematian tertinggi balita di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Mayoritas masyarakat Indonesia masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum dalam rumah tangga, hal ini dinilai rentan,karena rawan pencemaran limbah tinja. 

Permasalahan pencemaran air bermula oleh sanitasi yang belum memenuhi standar, khususnya sanitasi pembuangan tinja (septic tank) dan limbah rumah tangga. Selain itu, masyarakat juga perlu merencanakan pembangunan sanitasi dengan baik, agar meminimalisir kontaminasi air tanah oleh tinja, terutama jaringan perpipaan dalam rumah tangga.

Adapun upaya-upaya yang dapat kita lakukan, sebagai berikut:

1. Membersihkan kamar mandi

Rutin membersihkan kamar mandi secara berkala dengan menggunakan desinfektan.

2. Masak air hingga matang

Memasak air minum hingga benar-benar matang untuk memastikan bakteri-bakteri hilang.

3. Mencuci tangan

Mencuci tangan untuk mencegah penularan bakteri penyebab berbagai penyakit.

Masalah pencemaran air semakin mengkhawatirkan karena dapat memicu penularan penyakit, seperti diare, disentri, kolera, dan tifus.  Masyarakat perlu menyadari bahwa pentingnya menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehari-hari dan rutin menyedot septic tank 3-5 kali dalam setahun.

Yuk, Changemakers tetap peduli dengan menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar yaa!