Hai, Changemakers!
Belum pulih sepenuhnya dari gempa bumi Cianjur November lalu, dalam seminggu ini bencana kembali terjadi di Indonesia. Pada Sabtu (3/12), gempa dengan magnitudo 6,4 mengguncang Garut, Jawa Barat. Pusat gempa yang berada di kedalaman 106 Km, 46 Km barat daya Garut terasa kuat di beberapa daerah. Untungnya, gempa tersebut nggak berpotensi tsunami.
Pada hari berikutnya, Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur dilaporkan mengalami erupsi pukul 02.46 WIB. Erupsi Gunung Semeru terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik. Hingga Senin (5/12) petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Mukdas Sofian, menyebut udah terjadi 30 letusan pada periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB. Status Gunung Semeru yang semula ‘Siaga’ ditingkatkan menjadi ‘Awas’
Nggak berselang lama, pada Senin (5/12) gempa dengan magnitudo 4,4 juga mengguncang Kabupaten Nabire, Papua. Menurut BMKG gempa ini terjadi pukul 02.25 WIB dan berkoordinat di 3.69 lintang selatan dan 134.87 bujur timur dengan kedalaman 10 km.
Akhir Tahun, Indonesia Banyak Diterjang Bencana Alam?
Kamu mungkin jadi salah satu yang bertanya-tanya, kenapa di akhir tahun banyak terjadi bencana alam seperti banjir, gempa, atau tsunami. Hmmm, emangnya benar? Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan kalau secara ilmiah bencana alam yang terjadi di Indonesia nggak mengenal musim. Gempa, longsoran dalam laut, hingga erupsi gunung api adalah fenomena geologis yang bisa terjadi kapan aja, berbeda sama fenomena cuaca dan iklim yang cuma terjadi di bulan-bulan tertentu.
Ditambah fakta kalau secara geografis wilayah Indonesia terletak pada rangkaian Cincin Api (Ring of Fire). Jadi, Ring of Fire atau bahasa ilmiahnya Circum-Pacific Belt merupakan rangkaian gunung berapi sepanjang 40.000 km dan situs aktif seismik yang membentang di Samudra Pasifik. Dilansir dari National Geographic, Ring of Fire melacak titik pertemuan banyak lempeng tektonik yang mengelilingi Lempeng Pasifik yang besar. Lempeng-lempeng tersebut terus meluncur, bertabrakan, atau bergerak di atas atau di bawah satu sama lain. Pergerakan inilah yang kemudian membentuk palung laut dalam, hingga menghasilkan letusan gunung berapi, dan episentrum gempa di sepanjang batas pertemuan lempeng yang disebut garis patahan.
Apa yang Harus Kita Lakukan Ketika Terjadi Bencana seperti Gempa dan Erupsi?
Ketika terjadi gempa bumi:
Jangan panik, usahakan merunduk, berlindung, dan mengamankan kepala
Mencari ruangan yang jauh dari dinding, jendela kaca, dan sumber api/listrik
Jangan berlari keluar ruangan saat bangunan berguncang, sebab bisa tertimpa reruntuhan atau lemparan benda
Jangan gunakan lift atau elevator, gunakanlah tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan
Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memperhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau telepon
Ketika terjadi erupsi:
Jangan berada di lokasi radius yang telah ditentukan
Saat gunung api erupsi, perhatikan ketentuan radius aman yang ditetapkan petugas. Penetapan radius aman ini dilakukan supaya masyarakat nggak berada di daerah yang berbahaya sekaligus mengantisipasi adanya korban jiwa.
Hindari lembah dan aliran sungai
Hindari beraktivitas di daerah aliran sungai agar terhindar dari ancaman banjir lahar yang berasal dari material vulkanik gunung api yang sangat panas dan membahayakan.
Lindungi diri dari abu vulkanik
Gunakan masker dan kacamata pelindung saat berada di daerah dekat erupsi gunung api untuk melindungi pernapasan dan mencegah iritasi mata. Selain itu, kenakan pakaian tertutup untuk mencegah iritasi kulit akibat abu vulkanik.
Ikuti arahan resmi dari instansi terkait
Patuhi arahan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan siapkan kebutuhan untuk sementara waktu ketika berada di pengungsian.
Pastikan untuk mengikuti panduan di atas supaya kamu terhindar dari resiko bencana gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Stay safe, everyone! 💙