#ForABetterWorldID

Public Shaming SJW dan Perjuangan DigitALL di Hari Perempuan Internasional 2023

profile

campaign

Update

​Happy International Women's Day!

Kamu tahu nggak kalau tahun ini, menurut situs UN Women, Hari Perempuan Internasional 2023 mengusung tema “DigitALL: Innovation and Technology for Gender Equality”? Hal yang mau disampaikan lewat tema ini adalah pentingnya kemajuan teknologi digital buat pemberdayaan perempuan dan anak di seluruh dunia. Hmmm… ini, tuh, ibarat pisau bermata dua. Meskipun, zaman digital menciptakan banyak peluang bagi perempuan mulai dari pembelajaran daring sampai aktivisme digital, kita nggak bisa melupakan risiko di baliknya.

Sebagai pengguna aktif medsos 24/7, gimana, ya, kita bisa politically conscious and correct sama hak-hak perjuangan perempuan? Belum lagi, julukan merendahkan sok open-minded dan cap SJW (social justice warrior) kalau lagi ngomongin kesetaraan gender di medsos. Terus risiko apa yang melingkupi aktivisme perempuan di era digital? Yuk, kita simak penuturan aktivis digital dari dua inspiring women yang banyak ngomongin isu perempuan di bawah ini!

1. Kate Walton: Pendiri Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG)


image

Dalam kegiatan Commemorating Kartini’s Day: Empowering Women Through Digital Activism beberapa tahun lalu di UGM, Kate mengakui kalau internet udah membantu gerakan perempuan menjadi lebih berkembang. Perempuan asal Australia yang menetap selama 6 tahun di Indonesia ini berpendapat, orang Indonesia udah lebih sadar terhadap isu gender sejak masifnya gerakan perempuan di media daring. 

Kampanye masif di media digital, menurut Kate, penting untuk menarik perhatian global. Sebab, negara kerap baru mengambil tindakan apabila ada tekanan dari dunia internasional. Meskipun perempuan kini lebih berani mengungkapkan pelecehan seksual terutama melalui media sosial, tapi menurut Kate internet memiliki sisi buruk juga. 

Beberapa aktivis hak-hak perempuan pernah mendapatkan ancaman pemerkosaan hingga pembunuhan. Data-data pribadi mereka seperti alamat rumah dan lokasi kerja disebar untuk menguatkan ancaman. “Kami secara pribadi dan komunitas JFDG kerap mendapatkan ancaman dan perkataan yang tidak pantas di media sosial,” tutur Kate.


2. Tunggal Pawestri: Consultant of Gender & Sexual Rights and Diversity Programme


image

Nama Tunggal Pawestri sering terdengar dalam perbincangan soal wacana aktivisme perempuan, politik, isu kesetaraan gender, dan keberagaman gender. Ia menyebut kalau medsos bisa jadi tempat yang bagus bagi kita untuk menyebarkan ide-ide atau ruang baru bagi perempuan. Misalnya, yang sebelumnya nggak bisa bersuara, ada sosial media untuk menceritakannya. Tapi di satu sisi kita juga dibayang-bayangi dengan ancaman-ancaman lain. Sama seperti di dunia nyata, perempuan masih rentan menghadapi pelecehan seksual. Jadi secara offline, kita sudah dapat banyak masalah, ketika masuk ke online masih mengalami masalah yang sama.

Terus, saat ditanya seputar sebutan SJW yang mulai disalahgunakan, ia menjawab kalau kata “warrior” di singkatan SJW saja sudah membuatnya risih dan nggak sreg dengan penggunaan istilah embel-embel “pejuang”. Baginya, kerja, bersuara menuntut hak dan bersolidaritas untuk isu sehari-hari nggak perlu disebut pejuang. Ia juga ingin melakukan reclaim istilah SJW yang malah dipakai untuk mengejek orang-orang yang bersuara soal keadilan dan kesetaraan. Ia melanjutkan “Kalau kita sungguh-sungguh bekerja untuk kemanusiaan, mau disebut apa saja, terserahlah. Model-model stigma, pembungkaman dan sebagainya kan bukan hal baru. Anggap saja ini kritik bagi para pegiat sosial agar lebih baik menyampaikan pesannya”.

Jadi, makin paham, ya, kalau perjuangan perempuan bisa dilakukan membuat dampak nyata di Hari Perempuan Internasional kali ini dengan mendukung Challenge Suarakan Isu Representasi Perempuan karena #PuanBukanTokenKonten. Dengan mengikuti Challenge ini kamu akan membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang akan digunakan untuk memperbarui mindset mengenai representasi perempuan. Yuk, jadi bagian perubahan untuk sesama perempuan lainnya. di mana aja, dan setiap perempuan memiliki peran untuk membuat dunia yang lebih baik lagi. 


Referensi:

https://fisipol.ugm.ac.id/memperjuangkan-hak-hak-perempuan-melalui-media-digital/

https://narasi.tv/read/narasi-daily/sejarah-hari-perempuan-internasional-dan-makna-tema-embraceequity-tahun-2023

https://kumparan.com/kumparanstyle/berkenalan-dengan-aktivis-dan-konsultan-gender-tunggal-pawestri-1quW38IH9wt/full

https://www.whiteboardjournal.com/ideas/human-interest/membicarakan-tentang-makna-social-justice-warrior-di-ranah-dunia-digital-twitter/



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone