Halo, Changemakers! Happy World Water Day!
Kamu tahu nggak kalau pohon punya peran penting sebagai penjaga ketersediaan air? Nah, ternyata ada, loh, komunitas yang rutin menanam pohon dan menjaga mata air di Gunungkidul, Yogyakarta.Yuk, kenalan sama Komunitas Resan Gunungkidul yang didirikan sejak tahun 2018.
Asal muasal kata “resan” berasal dari bahasa Jawa Kawi, yaitu gabungan kata “reksa” yang berarti menjaga dan “wreksa”. Sebutan itu sesuai dengan fungsi alami pohon Resan sebagai sumber mata air di Gunungkidul, Yogyakarta. Selain punya fungsi ekologis, pohon dan sumber air juga punya nilai spiritual yang penting bagi masyarakat. Makanya, Komunitas Resan nggak cuma fokus di penanaman pohon, tapi juga memulihkan hubungan antarmanusia, alam, dan pohon secara mendalam.
Dilansir dari vice.id, Komunitas Resan punya 15 anggota dengan latar belakang berbeda-beda. Termasuk di dalamnya petani, perangkat desa, guru, PNS, pengusaha, dan seniman. Mereka memegang nilai kalau menanam nggak cuma buat kepentingan ekologi semata, tapi juga memperkuat spiritualitas.
Kegiatan
Kegiatan Komunitas Resan di antaranya aktif menanam dan merawat pohon-pohon besar, juga memelihara mata air. Sejalan sama pandangan mereka terhadap pohon sebagai entitas yang menjaga mata air, menjaga tanah, dan pada akhirnya menjaga kehidupan seluruh makhluk.
Di samping kegiatan menanam, anggota Komunitas Resan melakukan kegiatan lain kayak menggali sumber air, melakukan pembibitan mandiri di 17 lokasi, melakukan ziarah leluhur, dan juga berkumpul bersama dalam acara wedangan. Baru-baru ini, mereka berhasil memulihkan kembali sumber air Komplet di Kapanewon Playen yang telah mengalami kerusakan dan kekeringan sejak gempa besar Yogyakarta pada tahun 2006.
Ritual
Komunitas Rasen melakukan ritual konservasi berbasis kearifan lokal. Salah satunya adalah ritual nglangse di Kali Gowang dan Petilasan Gunung Bagus, Kapenewon Paliyan, Gunungkidul yang pernah dilakukan pada 20 Maret 2022 berupa penanaman pohon serta pemasangan langse. Langse adalah selembar kain mori yang dililitkan berlawanan arah jarum jam di lingkar batang pohon. Ritual ini dilakukan buat memuliakan pohon besar yang dianggap sakral.
Terus, sebelumnya Komunitas Resan juga pernah dilakukan memule leluhur di sekitar Kali Gowang yang berisi kegiatan ziarah leluhur, penghaturan sesaji, membakar dupa-menyan, dan doa. Baru setelahnya, bibit pohon di tanam di tanah.
Stigma “penyembah pohon”
Dilansir dari suara.com, Komunitas Rasen sering dicap sebagai “penyembah pohon” karena adanya pelaksanaan ritual sebelum menghidupkan sumber. Edi Padmo selaku inisiator Resan Gunungkidul menjelaskan kalau menyembah pohon hanya bentuk penghormatan kepada leluhur. Dilansir dari vice.id, Edi menegaskan “Lha kita kan, memang harus menyembah alam. Di Jawa, alam itu Gusti Allah kang ketok yang terlihat. Alam ini ibu dari semua kehidupan. Seperti ibu yang melahirkan dan merawat kita, ya harus kita sembah,”.
Salah satu anggotanya Heri Susanto, dilansir dari Harian Jogja, menyebutkan kalau “Yang jelas gerakan ini bisa menjadi solusi jangka panjang masalah air di Gunungkidul,” Unik banget ya, Changemakers cara Komunitas Resan menjaga air di Gunungkidul.
Yuk, saatnya turut menjaga kelestarian pohon dan keberlanjutan mata air! Kamu bisa ikutan Challenge Kasih Putih Untuk Bumi oleh futurest2023 yang mengajak kalian memulai kebiasaan sederhana berupa aktivitas sehari-hari yang dapat mengurangi polusi CO2 dan pelepasan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer bumi. Keempat aksi yang kamu lakukan akan membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi tersebut selanjutnya akan digunakan dalam melanjutkan misi untuk bumi di Future Energy Summit 2023.
Referensi:
https://kabarhandayani.com/rumah-bibit-resan-upaya-komunitas-resan-demi-konservasi-di-gunungkidul/
https://www.suara.com/news/2022/07/18/180735/kegelisahan-resan-komunitas-penjaga-pohon-yang-dituding-penyembah-setan
https://www.vice.com/id/article/dyp9ww/komunitas-resan-gunungkidul-lestarikan-ritual-nglangse-dan-penanaman-pohon-besar-untuk-atasi-kekeringan-diy
https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/09/07/513/1110471/komunitas-ini-menghidupkan-kembali-mata-air-di-gunungkidul-yang-dikenal-angker