Selamat Hari Film Indonesia, Changemakers!
Siapa nih, yang sering nonton film Indonesia? Kabar baiknya beberapa tahun terakhir dunia perfilman Indonesia semakin berwarna dengan kualitasnya yang semakin meningkat baik dari segi storyline, pemilihan aktor/aktris, hingga pendalaman peran. Banyak pesan bermakna dan sering kali mengangkat berbagai isu yang relate dengan generasi muda sehingga membuat kita semakin melek dengan isu sosial dan lingkungan sekitar.
Salah satu isu yang sering gencar menjadi topik utama adalah kesetaraan gender, khususnya dalam hal memerangi kekerasan antar gender yang banyak kita temui di masyarakat baik secara fisik maupun verbal. Terlebih lagi maraknya kekerasan melalui hate comment atau yang kerap disebut dengan istilah cyberbullying di media sosial yang sering kali dianggap sepele oleh pelaku padahal memberi dampak yang mendalam bagi korbannya, seperti insecure yang berlebih.
Kerennya lagi nih, sineas Indonesia juga mencoba menyampaikan pesan melalui rangkaian scene yang dibuat seefektif mungkin untuk menyentuh hati penonton, dan memperluas pengetahuan anak muda mengenai dampak kekerasan gender yang mungkin selama ini nggak kita sadari. Tentunya film ini juga dibuat untuk menyuarakan suara korban sekaligus menjadi bentuk support bagi para korban yang sampai saat ini masih bungkam akan penderitaan yang mereka alami.
Nah, ngomong-ngomong soal film yang mengangkat isu kesetaraan, berikut Champ udah nyiapin sederet film lokal yang membahas kekerasan berbasis gender yang wajib kamu tonton!
1. Like & Share
Sumber: Instagram.com/filmlikeandshare
Film yang dirilis pada tahun 2022 ini menggambarkan kehidupan persahabatan 2 remaja bernama Lisa dan Sarah yang suka membagikan konten ASMR mereka. Walau poster film ini memiliki vibes cerah ceria namun ternyata terdapat berbagai permasalahan yang dialami oleh peran di dalamnya.
Film ini menggambarkan tentang sisi gelap kehidupan remaja, mulai dari tuntutan untuk memenuhi ekspektasi keluarga, lingkungan keluarga yang nggak harmonis, paparan video porno yang tersebar luas di media sosial, hingga terjerumus dalam gaya pacaran yang bebas.
Film ini juga menggambarkan penyalahgunaan media sosial yang dijadikan wadah untuk menyebarkan konten intim non-konsensual yang menyebabkan korban terpuruk dan mendapat stigma buruk dari masyarakat sekitar.
Kehidupan remaja ini erat kaitannya dengan pengetahuan kesehatan reproduksi yang mungkin jarang mereka ketahui, terlebih lagi banyak miskonsepsi yang beredar di masyarakat hingga media sosial, oleh karena itu yuk, bantu dengan ikutan Challenge #GerakanPelurus Luruskan hoaks dan mitos seputar kesehatan reproduksi di Indonesia oleh Medik Indonesia. Melalui Challenge ini akan buka donasi sebesar Rp12ribu disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk meluruskan Hoaks dan Mitos seputar Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan berkesempatan membantu 5 anak di Desa Seraya Timur agar terbebas dari masalah gizi.
2. 27 Steps of May
Sumber: imdb.com
Salah satu film lokal dengan segudang penghargaan ternama mulai dari Piala Maya hingga Piala Citra berhasil didapatkan oleh film yang dirilis pada tahun 2018 ini. Film ini mengisahkan tokoh May yang menjadi salah satu korban pemerkosaan saat tragedi kerusuhan 1998 saat usianya masih 14 tahun. Peristiwa tersebut nggak hanya meninggalkan luka bagi May, namun juga bagi sang Ayah yang merasa gagal melindungi anak gadisnya.
Selama delapan tahun setelah kejadian tersebut, May dan ayahnya menjalani hidup yang tertutup dari dunia luar dan mengalami kerenggangan komunikasi yang berpengaruh pada pudarnya ikatan emosional mereka sebagai ayah dan anak, seolah-olah perasaan mereka menjadi hampa setelah kejadian tersebut.
Film ini menggambarkan dampak psikologis yang tak kalah menyakitkan jika disandingkan dengan dampak secara fisik korban kekerasan seksual. Tokoh May digambarkan sebagai perempuan yang cenderung menyendiri, tak banyak berbicara namun mampu menyampaikan pesan kepada audiens melalui ekspresi dan bahasa tubuhnya.
Tentu kita semua nggak pengen nih, kejadian yang menimpa May terulang kembali dan kamu dapat membantu mencegahnya dengan ikutan Challenge For Indonesian Women Victims #SayNoToPelecehanSeksual oleh Sycteam Official. Dengan menyelesaikan Challenge ini kamu udah buka donasi Rp20ribu disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik, yang nantinya donasi tersebut akan diperuntukan untuk aksi sosial berupa memberi wadah pengaduan bagi para korban pelecehan seksual.
3. Before, Now & Then
Sumber: imdb.com
Film ini cukup unik karena menggambarkan kehidupan perempuan dengan background tahun 40 an yang mengangkat isu women empowerment. Peran utama yang bernama Nana digambarkan sebagai perempuan teguh yang berusaha melewati berbagai rintangan dalam hidupnya. Nana merupakan istri dari laki-laki terpandang yang memiliki kuasa dan menjadi sorotan masyarakat, dibalik kemewahan tersebut, ternyata Nana menyembunyikan banyak luka.
Nana menikah dengan seorang lurah bernama Darga yang banyak dikenal masyarakat. Saat menjadi istri Darga, kehidupan Nana menjadi serba berkecukupan jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Nana merupakan penggambaran sosok istri multitalenta yang mampu mengurusi rumah tangga, membantu kebun milik Darga, hingga merawat 4 anak dari hasil pernikahannya bersama Darga.
Namun, terlepas dari kerja kerasnya selama ini, rupanya Darga tetap membuka hati bagi perempuan lain dan ia selingkuh dengan perempuan bernama Mak Ino. Namun karena Nana sadar, kalau ia merupakan istri dari laki-laki terpandang, maka dia nggak bisa meluapkan emosinya dengan bebas. Alih-alih melabrak Mak Ino, Nana justru menjadikan selingkuhan suaminya menjadi teman yang menunjukkan kelapangan hati sosok istri yang masih kental dengan adat-adat tertentu.
Di masa seperti sekarang, sebagai sesama kaum perempuan penting bagi kita untuk saling memberdayakan perempuan. Kamu juga bisa memulai dengan langkah kecil seperti mengikuti Challenge Bangun ekonomi Indonesia tangguh bersama #EcoEntreprenHer oleh Pratisara Bumi Foundation. Dengan menyelesaikan Challenge ini kamu akan membuka donasi sebesar Rp25ribu disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik yang nantinya digunakan untuk men-support UMKM perempuan.
4. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Sumber: imdb.com
Merupakan film lokal yang menggambarkan simbol perjuangan perempuan demi kebebasan. Film ini menceritakan kisah Marlina yang tinggal di tanah Sumba semenjak suaminya meninggal. Kemudian datanglah gerombolan perampok yang menjadi awal permasalahan pada film ini. Gerombolan perampok tersebut tak hanya merenggut harta milik Marlina saja, namun juga merenggut kehormatannya.
Peristiwa miris yang menimpa Marlina tersebut yang memantik tekad Marlina untuk mencari keadilan. Marlina mulai merencanakan balas dendam kepada gerombolan perampok tersebut mulai dari meracuni hingga memenggal kepala pemimpin gerombolan itu.
Dalam perjalanannya untuk membalas dendam, sosok Marlina yang mulanya misterius perlahan mulai tampak jati dirinya. Film ini juga menyadarkan masyarakat akan fenomena objektifikasi perempuan yang sering dilakukan laki-laki baik secara sadar maupun tidak yang selama ini dimaklumi oleh sebagian masyarakat. Selain itu, film ini juga menggambarkan kesenjangan sosial yang masih terjadi hingga saat ini di wilayah pedalaman Indonesia.
Fenomena kekerasan seksual merupakan fenomena yang sering kita temui dan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman, yuk kita bantu cegah dengan ikut Challenge 4 Aksi PeduliKorbanKekerasanSeksual Bersama FJPI Lampung oleh Jurnalis Perempuan Lampung. Melalui Challenge ini kamu akan membuka donasi sebesarRp14ribu disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik yang nantinya akan disalurkan untuk memberikan bantuan pendidikan dan makanan sehat untuk anak korban kekerasan seksual.
Yuk, kita ubah dunia menjadi tempat yang lebih baik!💙