#ForABetterWorldID

Makin Sepi Peminat, Kualitas Industri Superhero Indonesia Mulai Dipertanyakan?

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers!


Siapa nih, yang ngikutin perkembangan film Indonesia? Sebagai anak bangsa, tentunya kita semakin bangga melihat perkembangan dunia perfilman Indonesia yang sudah berkembang sejauh ini. Ditambah, saat ini bioskop Indonesia juga mulai ramai dengan film-film superhero produksi Jagat Sinema Bumilangit atau bisa disebut Bumilangit Cinematic Universe.


Bumilangit Cinematic Universe (BCU) merupakan media waralaba superhero terbesar di Indonesia yang di adaptasi dari komik pahlawan super asli Indonesia. Jadi kalaudilihat dari segi konsep, memang mirip dengan Marvel Cinematic Universe yang sudah digandrungi oleh banyak masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan usia.


Sejauh ini ada beberapa film rilisan BCU yang ramai dibicarakan dan diberitakan oleh berbagai media, contohnya seperti Gundala (2019), Sri Asih (2022), dan Virgo and The Sparklings (2023). Film-film ini pun menggunakan aktor dan aktris ternama tanah air dari golongan usia yang beragam. Diantaranya ada Pevita Pearce, Chicco Jerikho, Tara Basro, Dian Sastro, hingga Nicholas Saputra. Pastinya Changemakers nggak asing sama nama-nama tadi, dong?


Meski telah merangkul berbagai artis ternama, tetapi hingga saat ini masih belum terlihat ada film superhero lokal yang mampu menyaingi film buatan luar yang lebih populer di kalangan masyarakat Indonesia.


Menurut CNN Indonesia penonton film superhero lokal semakin menurun. Hal ini yang memancing munculnya pertanyaan “Benarkah industri superhero Indonesia terancam gagal?”


Perjalanan Awal BCU

image

Perjalanan awal BCU terbilang cukup manis, mereka merilis film Gundala yang sukses mendapatkan 1,6 juta penonton. Bisa dibilang ini merupakan suatu pencapaian bagi film superhero lokal. 


Namun ternyata pencapaian ini berhenti pada film pertama mereka. Selanjutnya terdapat film Sri Asih yang mendapat sekitar 500 ribu penonton, dan diikuti dengan film Virgo & The Sparklings yang hanya mendapatkan 50 ribu penonton dan hanya bertahan selama 8 hari di layar lebar. Duh, jadi makin mengalami kemunduran begini, ya. Emang apa yang sebenarnya terjadi?


Masyarakat Mulai Bosan

Lebih dari 1 dekade lamanya masyarakat Indonesia telah terpapar dengan film superhero, khususnya superhero buatan luar seperti Superman, Batman, Iron Man, Captain America, dan masih banyak lagi.


Fenomena ini disebut dengan istilah “superhero fatigue”, yaitu kondisi di mana orang-orang mulai bosan menonton film superhero. Sebetulnya hal ini nggak hanya menyerang film lokal, melainkan juga menyerang film buatan luar yang mulai mengalami penurunan penonton. Namun tentu ini merupakan kabar buruk bagi BCU yang baru mulai merintis projek superhero mereka.


Kualitas yang Dipertanyakan

Meski telah menggaet banyak aktor dan aktris ternama, namun banyak masyarakat yang menganggap bahwa storyline yang dibawakan masih terlalu umum, nggak ada hal yang spesial atau sesuatu yang unik dari naskah film-film ini.


Strategi Marketing yang Menurun

Bisa dirasakan bahwa strategi marketing film superhero lokal semakin menurun, kalaudibandingkan dengan saat BCU merilis Gundala pada tahun 2019 silam. Ini yang membuat banyak masyarakat yang kurang aware dengan keberadaan film-film ini.


Tanggapan Netizen

Banyak pecinta film yang langsung ikut menyetujui dan menyampaikan pendapat mereka mengenai fenomena ini. Contohnya seperti pernyataan netizen di bawah ini yang menyebutkan bahwa sebetulnya ia menikmati film Gundala dan Sri Asih, namun juga merasa alur ceritanya yang diulur-ulur sehingga membosankan.


image

Netizen lain juga ikut membagikan opini mereka terkait film superhero lokal. Seperti di bawah ini terdapat opini salah satu netizen yang beranggapan,  kualitas fokus cerita pada setiap karakter superhero yang disebut dengan adiwira masih sangat kurang sehingga terkesan melebar kemana-mana.


image

Nggak berhenti di situ saja, ada juga opini netizen yang menyebutkan,sering kali ia menemui bahwa dialog film Indonesia kebanyakan masih terkesan kaku dan kurang relate dengan kehidupan sehari-hari.


image

Sebagai generasi muda yang cinta akan karya anak bangsa, tentunya Champ turut sedih dengan kemunduran performa yang sedang dialami oleh BCU, tapi memang nggak bisa dipungkiri masih banyak yang perlu dikoreksi agar bisa menghasilkan film superhero yang menarik. 


Bagaimana denganmu? Apa pendapatmu mengenai fenomena ini? Tulis komentar di bawah, ya!


Ngomong-ngomong soal karya anak bangsa, ternyata masih banyak anak bangsa di luar sana yang belum mendapatkan fasilitas dan support yang layak untuk menunjang hasil karya mereka. Pas banget nih, kamu bisa ikutan Challenge Berprestasi di Kancah International Yuk dari Houseilmu.id. Dengan menyelesaikan Challenge ini, kamu akan buka donasi sebesar Rp20 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang berhasil terkumpul nantinya akan disalurkan untuk program Beasiswa Lomba yang didalamnya juga berisi kegiatan mentoring dan coaching bagi generasi muda berbakat agar dapat terus berinovasi. Yuk, buat aksi baik sekarang!


Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220630203251-220-815773/film-superhero-lokal-dipandang-tidak-cukup-kuat-di-indonesia/amp




heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone