#ForABetterWorldID

First Born Jadi Sandwich Generation? Cek Beban Kehidupan Tiap Anak!

profile

campaign

Update

Hi, Changemakers! 


Belakangan ini, banyak banget yang ngebahas beban hidup anak pertama. Secara, anak pertama adalah anak yang dituntut untuk lebih dewasa dibanding adik-adiknya. Dari kecil aja udah dimintain buat ngalah sama adeknya, eh…pas udah gede, diminta jadi tulang punggung 😔. Kamu relate, mungkin? Meskipun banyak yang relate, tapi… emang iya anak pertama doang, yang paling banyak beban hidupnya? 🤔. Anak tengah, terakhir dan tunggal gimana, dong? Nah, kebetulan Champ habis ngobrol nih, sama beberapa anggota mengenai perdebatan beban kehidupan dari masing-masing anak. Daripada debat kusir, yuk, kita tengok apa aja keluh kesah mereka! 



Anak pertama

image

Dari kecil udah diminta buat jagain adeknya, harus bisa jadi contoh buat adeknya, harus bisa ini dan itu.


"Aku anak pertama! Harus jadi panutan buat adek-adek. Ya bebannya itu, padahal ada beberapa hal dari aku yang nggak bisa dijadiin contoh"  kata Icha. 


Wah, banyak deh tuntutannya! Selain banyak dituntut, isi pikiran anak pertama kalang kabut saat orang tuanya semakin menua dan mereka belum bisa apa-apa. Karena kalau orang tua udah nggak ada, otomatis dia yang jadi kepala keluarga. Anak pertama juga berpotensi menjadi sandwich generation, apalagi kalau orang tuanya udah berumur dan adik-adiknya masih kecil. Beban tanggung jawab yang dipikul oleh anak pertama sangatlah besar!


Selain itu, dari kecil, anak pertama sudah terbiasa overthinking, berharap bisa menjadi kebanggan orang tua serta adik-adiknya.  Hal inilah yang membentuk anak pertama menjadi pribadi yang sangat cinta keluarga. Contohnya seperti Tiara "Sikap tanggung jawab aku dari kecil udah besar banget. Pengen adik-adik bangga punya kakak kayak aku. Mikirin adik dulu, kalau mikirin pikiran sendiri nanti aja"


Anak pertama juga kerap kali mendapat pendidikan yang lebih keras daripada adik-adiknya. "Berasa banget perlakuan Ibu kalau ngomong ke aku sama ke adek, kalau ke aku lebih ceplas-ceplos. Stereotip bontot adalah bayi sangat melekat di keluarga" kata Gita. Hal inilah yang membangun mental baja anak pertama dan membuat mereka lebih kuat menghadapi kerasnya kehidupan!



Anak tengah


image

Keluh kesah anak tengah sebenernya termaksud yang jarang diomongin. Padahal anak tengah dapet tekanan dari kiri-kanan-atas-bawah. Punya kakak sekaligus adek bikin anak tengah harus banyak ngalah dan bermental stabil karena nggak pernah jadi prioritas. Salah satunya adalah keluh kesah dari Jimas dan Ricky “Sering dapet barang turunan dari kakak dan harus ngalah dengan adik dan kakak”. Born second, tapi selalu jadi last choice bikin anak tengah jadi nggak bisa berbuat banyak. Tapi berkat banyak mengalah dengan saudara lainnya, Anak tengah jadi memiliki kecerdasan emosional yang tinggi!


Anak terakhir


image

Kebanyakan orang beranggapan bahwa jadi anak terakhir itu enak. Dinilai nggak ada tuntutan sama sekali karena semuanya dibebanin kepada kakak-kakaknya….padahal sih, banyak juga suka-duka menjadi anak terakhir. Contohnya selalu dianggap anak kecil meskipun udah dewasa dan menjadi harapan terakhir keluarga. 


"Ibu kalau ngomong ke adik aku lembut banget, kayak ngomong sama anak kecil. Padahal adikku udah punya anak." kata Gita. 


Akibat selalu dianggap "masih kecil", anak terakhir kesusahan mendapatkan izin dan selalu diremehkan pendapatnya, sehingga mereka merasa disepelekan dan sulit untuk mandiri. 


"Bebannya lumayan berat, karena harus menuhin ekspektasi keluarga yang belum diwujudkan oleh kakak-kakak." kata Dian. Ekspektasi keluarga kepada anak terakhir otomatis semakin tinggi, dan menjadi tekanan tersendiri bagi mereka. 


Anak terakhir juga harus terima kenyataan pahit bahwa masa kejayaan orang tuanya mulai memudar dan nggak di-support secara penuh oleh orang tuanya seperti yang dikatakan Shinta "Sering dapet barang turunan dari kakak, ngeliat orang tua all-in support kakak. Panik karena orang tuaku pensiun pas semester akhir".


Jadi, anak terakhir membuat mereka lebih sabar menghadapi kenyataan. 


Tapi kalau menurut Dian, justru keuntungannya mendapat barang preloved dari kakak sendiri, karena nggak perlu ngeluarin uang lagi!



Anak tunggal 


image

"Wah, kamu anak tunggal? Enak ya, pasti dimanjain orang tua" 


Hmm… familiar, kan? Sama kalimat di atas? Sering dikira hidup bahagia karena nggak punya saudara buat rebutan mainan, padahal anak tunggal juga punya beban. Memang keluh-kesah anak tunggal ini jarang banget dibahas bahkan lebih jarang daripada anak tengah. Kalau menurut Syafira, sih… "Sering di-misunderstood dikira enak dan dimanja, padahal jadi harapan orang tua satu satunya”. Menjadi harapan orang tua satu-satunya bikin anak tunggal overthinking. Takut nggak sesuai ekspetasi, nggak punya saudara sehingga nggak ada yang relate ketika anak tunggal curhat.


Anak tunggal juga kerap kali merasa kesepian karena nggak punya saudara. Tapi berkat itu, anak tunggal jadi bestie-an sama orang tuanya seperti kata Lala “Meskipun kesepian karena nggak ada saudara buat kompakan atau ngambek-ngambekan, sisi positifnya jadi lebih dekat dengan orang tua bahkan bisa deep talk”. Karena sendirian, anak tunggal jadi serba bisa dan mandiri! 



Fakta menarik dari urutan kelahiranmu 


Eh, ada fakta menarik, nih! Dari penelitian “Pengaruh Urutan kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta” dituliskan menurut Alder (dalam Fiest and Fiest, 2009) anak pertama cenderung lebih superior, over protektif, merasa berkuasa dan selalu berjuang untuk mendapatkan pengakuan. Sementara anak kedua dibentuk berdasarkan presepsi mereka terhadap anak sulung. Apabila ia melihat kakaknya sebagai musuh, maka akan terjadi kompetisi yang nggak sehat, begitupun sebaliknya. Anak kedua bisa bekerja sama, memiliki motivasi yang tinggi, sayangnya anak kedua seringkali berkecil hati. Sedangkan anak terakhir yang paling dimanja dan memiliki resiko tinggi menjadi anak yang bersalah. Cenderung inferior dan kurang mandiri, namun memiliki motivasi yang tinggi untuk mengalahkan kakak-kakaknya. Anak tunggal tidak bersaing dengan saudara-saudaranya, melainkan dengan ayah dan ibunya. Alder juga menambahkan bahwa anak tunggal kurang minat sosial, cenderung bersifat superior dan manja  . Ya, jadi itulah suka-duka jadi anak pertama, tengah, terakhir dan tunggal.


Semua ada struggle masing-masing. What do you think? Relatable nggak sama kehidupanmu? Yuk, ceritain suka-duka kamu jadi anak pertama, tengah, terakhir dan tunggal di kolom komentar!


sumber: 

Untung Subroto, Monty P. Satiadarma dan Linda Wati (2017). Pengaruh Urutan kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta. Jurnal Muara Ilmu Sosial Humaniora dan Seni. 1 (1), 311-318.


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone