Hai, Changemakers!
Berita menyedihkan seputar lingkungan kembali kita temui, kali ini datang dari pemerintah Jepang yang memicu kemarahan masyarakat karena tindakan cerobohnya, yaitu membuang limbah nuklir ke laut. Yang marah nggak cuma masyarakat Jepang aja nih, tapi seluruh dunia! Nah loh, kenapa tuh?
Air Radioaktif Dilepaskan Ke Lautan Jepang
Jepang diduga mulai melepaskan secara perlahan lebih dari satu juta ton air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) non-aktif Fukushima ke Samudra Pasifik, pada Kamis (24/8) pukul 13:00 waktu setempat (11:00 WIB).
Air itu sebelumnya digunakan untuk mendinginkan reaktor radioaktif PLTN Fukushima Daiichi yang dihantam tsunami pada 2011. Air pengolahan ini telah disimpan dalam tangki di PLTN Fukushima selama lebih dari satu dekade, tetapi tempat penyimpanan tersebut telah kehabisan ruang.
Masyarakat Fukushima Marah dengan Tindakan Pemerintah Jepang
Masyarakat Fukushima menilai pemerintah telah bertindak sewenang-wenang dan mengabaikan lingkungan.
Keputusan pembuangan Pemerintah Jepang memutuskan membuang limbah nuklir ke Laut mulai beberapa hari lalu. Atas keputusan tersebut, Pemerintah Jepang dianggap nggak menghargai upaya warga yang telah berjuang selama 12 tahun terakhir sejak bencana nukir Fukushima tahun 2011.
Warga akan terus berjuang sampai Pemerintah Jepang menghentikan proses pembuangan limbah nuklir.
Perlukah Indonesia Khawatir?
Tentu ini menjadi pertanyaan banyak masyarakat Indonesia yang concern terhadap lingkungan. Untungnya, menurut Peneliti senior bidang nuklir di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Djarot Sulistio, mengatakan bahwa Indonesia nggak perlu khawatir akan potensi bahaya yang dapat muncul dari pelepasan air olahan bekas PLTN Fukushima, karena sampai saat ini pihak BRIN masih meneliti dampak limbah ini di perairan Indonesia.
Walau Indonesia nggak perlu khawatir dengan isu ini, Indonesia perlu khawatir karena masih dihadapkan pada tantangan serius yang berhubungan dengan pasokan air bersih. Salah satu contoh nyata terjadi di Desa Golo Ketak, NTT.
Desa Golo Ketak memiliki populasi masyarakat sekitar 1.500 penduduk, desa ini menghadapi tantangan besar dalam memperoleh air bersih yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, penduduk desa harus berjalan kaki 3 sampai 4 kali sehari untuk menimba 10 hingga 30 liter air bersih dan membawanya kembali pulang. Mirisnya, selama musim kemarau, penduduk terpaksa mengandalkan air kotor dari sungai sebagai sumber air minum yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti diare.
Nah, kamu bisa banget, nih, turut ambil peran dalam pemerataan sumber air bersih bagi Desa Golo Ketak dengan menyelesaikan Challenge #IndonesiaMerdekaAir : Support Access to Clean Water oleh Solar Chapter. Lewat aksi ini kamu bisa buka donasi sebesar Rp40 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik, DANPAC, dan Bayu Buana. Seluruh donasi yang kamu peroleh akan dimanfaatkan untuk membangun sistem pompa air tenaga surya bagi warga di desa Golo Ketak, NTT, Indonesia.