Kak Alin: Halo, nama aku Caroline Evanthe Nathania, bisa dipanggil Alin. Sekarang aku di CIMSA UGM menjabat sebagai LPO atau Local Public Health Officer. Sekarang kesibukan aku hanya kuliah dan membawa Standing Committee on Public Health (SCOPH) di CIMSA. 

Champ: Nah, teman-teman dari CIMSA UGM kan udah beberapa kali berkolaborasi dengan Campaign. Apa alasan kalian mau terus berkolaborasi dengan Campaign?

Kak Alin: Menurut aku, banyak yang bisa kami dapatkan dari kolaborasi bersama Campaign. Nggak semata-mata hanya dapat dana saja, tapi kami juga bisa melakukan kampanye mengenai aktivitas atau isu yang sedang kami angkat, sehingga kami bisa mengajak teman-teman Supporter untuk aware tentang isu yang kami ingin sampaikan. Jadi, nantinya dampak dari aktivitas kami nggak cuma ke target utama saja, tapi juga bisa meluas ke  Supporter. 

Champ: Terus, gimana cara teman-teman CIMSA UGM dalam menyuarakan isu-isu kesehatan di media sosial, selain berkolaborasi dengan Campaign?

Kak Alin: Kami menggunakan media sosial official CIMSA UGM, seperti Instagram, Twitter, dan YouTube dengan mengupload infografis dan video edukasi tentang isu yang kami angkat. 

Champ: Sejauh ini dari kegiatan-kegiatan yang udah CIMSA UGM lakukan, dampak nyata apa saja yang dihasilkan dari kegiatan kalian? Kalau ada, dampaknya seperti apa? Boleh banget diceritakan, ya!

Kak Alin: Kami, SCOPH CIMSA UGM udah berhasil mengedukasi berbagai komunitas dengan rentang usia yang berbeda-beda dan juga dengan isu yang berbeda-beda. Mulai dari mengedukasi anak-anak SMP mengenai rokok, anak kuliah mengenai kesehatan mental, ibu-ibu mengenai stunting, para lansia mengenai diabetes dan hipertensi, dan masyarakat luas DIY dan Indonesia mengenai antraks. Keberhasilan dari edukasi ini dapat diukur dari meningkatnya nilai posttest dari setiap edukasi yang kami berikan.

Nggak hanya itu aja, kami juga memberikan beberapa alat yang bisa digunakan oleh beberapa komunitas, seperti Posyandu. Kami memberikan fasilitas alat ukur panjang tubuh dan alat-alat screening stunting untuk beberapa Posyandu. Lalu, kami juga memfasilitasi konsultasi gratis mengenai kesehatan mental dan bekerja sama dengan psikolog dari Pijar Psikologi di acara LISTEN 4.0. 

Terus, ada hal yang menarik juga buat saya selama saya di SCOPH! Ketika kami sedang melakukan pemeriksaan kesehatan gratis di suatu Posyandu, kami berhasil menemukan seorang lansia yang gula darahnya sangat tinggi dan ciri fisiknya menunjukkan kondisi yang nggak baik-baik saja. Namun, sedihnya ketika lansia tersebut nggak sadar kalau ada yang salah dengan tubuhnya, sehingga kami berhasil mengajak lansia tersebut untuk pergi berobat. Itu kurang lebih dampak nyata yang udah kami lakukan. 

Champ: Wah, keren. Oh iya,selamat ya buat teman-teman CIMSA UGM udah berhasil mendapatkan penghargaan Organizer Awards! Bagaimana perasaan teman-teman CIMSA UGM saat itu?

Kak Alin: Terima kasih banyak ya! Tentunya kami merasa senang dan bersyukur sekali karena melalui Campaign, kami bisa mendapatkan wadah dan support untuk merealisasikan aktivitas yang akan kami lakukan. 

Champ: Boleh minta testimoni teman-teman CIMSA UGM di acara Organizer Awards kemarin?

Kak Alin: Campaign #ForABetterWorld Organizer Awards sangat membuka kesempatan bagi organisasi-organisasi yang berkontribusi lebih lanjut untuk pembangunan masyarakat. Banyak wawasan yang kami dapatkan setelah mendengar kisah-kisah dari Organizer yang punya latar belakang dan tujuan yang berbeda. Terima kasih Campaign udah mengundang CIMSA UGM!

Champ: Setelah mendapatkan penghargaan, apakah CIMSA UGM punya rencana kegiatan sosial yang membawakan isu kesehatan di masa depan?

Kak Alin: Ya, tentu ada rencana. Kami akan mengalokasikan dana yang kami dapat untuk aktivitas kami yang bernama “POLISI 2.0 - Potong Tali Diabetes dan Hipertensi”. Sesuai dengan judulnya, kami akan menyuarakan isu mengenai diabetes, hipertensi, dan salah satu penyakit manifestasi dari kedua penyakit tersebut, yaitu stroke. Target kami nggak cuma para lansia saja, tapi juga para anak muda. Kenapa? Karena kedua penyakit tersebut sangat berkaitan dengan lifestyle kita sejak dini dan prevalensi di Jogja menunjukkan bahwa para anak muda, terutama di usia sekolah menempati urutan pertama se Indonesia untuk konsumsi minuman manis dan implementasi dari sedentary life behavior masih sangat tinggi. 

Walaupun begitu, prevalensi tertinggi dari kedua penyakit masih ditempati oleh lansia. Itu kenapa kami ingin mengedukasi dua kelompok usia tersebut. Kami akan melaksanakan ground campaign dan membuat video konten di reels Instagram untuk mengedukasi para anak muda dan melakukan edukasi dengan mengundang para ahli. Lalu, kami juga akan melakukan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para lansia di dua Posyandu di Yogyakarta. 

Champ: Apakah ada pesan untuk teman-teman Changemakers yang juga sedang berjuang di isu kesehatan?

Kak Alin: Untuk teman-teman yang sedang berjuang di isu kesehatan, kami ingin kalian tetap semangat dalam meningkatkan kualitas kesehatan di berbagai komunitas. Yaps, tentu nggak mudah untuk memikirkan bagaimana cara yang efektif untuk mengkampanyekan isu, menentukan isu-isu, dan target komunitas, tapi itu lah challenge yang perlu dihadapi agar dapat memberikan dampak yang nyata dan luas bagi komunitas sekitar. 

Champ: Seperti apa dunia yang lebih baik menurut CIMSA UGM?

Kak Alin: Dunia yang lebih baik itu di mana orang-orang berjuang melakukan small step untuk memberikan dampak yang besar bagi orang-orang sekitar. 

Wah, semangat dari teman-teman CIMSA UGM dalam memberikan edukasi kesehatan kepada semua orang sangat amat membara seperti api, ya. Nggak cuma itu aja, CIMSA UGM juga berhasil mengajak lansia yang nggak sadar ada yang salah dengan tubuhnya untuk berobat. Semoga perjuangan dari teman-teman CIMSA UGM dalam menyuarakan isu kesehatan, bisa membuat kalian ikut semangat juga untuk menyuarakan isu kesehatan di masyarakat!