Hai, Changemakers!
Siapa di sini yang lagi fokus dengan isu pendidikan di Indonesia? Kalau kamu lagi fokus isu pendidikan pastinya semua Changemakers nggak asing dengan Janji Baik yang kemarin berhasil menerima awardee Sekolah Gratis Campaign #ForABetterWorld Organizers Award 2023 kan? Nah, kali ini Champ bakalan ngobrolin program seru Janji Baik yang sukses membuat perubahan dalam pendidikan di Indonesia. Pastinya nanti kamu kaget deh! Yuk, simak obrolan kita!
Champ: Hai boleh kenalin diri kamu dan jelasin Janji Baik kepada Changemakers?
Jova: Halo, Champ! Sebelumnya, terima kasih atas apresiasi yang diberikan oleh Campaign #ForABetterWorld karna memberikan kami awardee di Organizers Award terkait Sekolah Gratis. Perkenalkan saya Jova selaku Co-Founder dan CEO dari Janji Baik, kebetulan mempunyai keresahan terkait isu pendidikan di Indonesia.
Saya juga mempunyai latar belakang pendidikan S1 Pendidikan Luar Sekolah atau kita kenal dengan pendidikan non formal, kemudian lanjut studi S2 di Ilmu Kesejahteraan Sosial di Universitas Indonesia. Jadi, memang punya tematik isu tentang pendidikan yang akhirnya di tahun 2022 kemarin saya bekerja sama dengan saudara kembar saya namanya Jovi. Kebetulan beliau ini punya agency atau disiplin ilmu di bidang media atau animasi (Design Komunikasi Visual) akhirnya Jova dan Jovi kerja sama untuk membangun si Janji Baik itu sendiri, Champ.
Nah, Janji Baik itu sendiri merupakan start-up baru di bidang pendidikan, karena kami berfokus pada program-program pemenuhan peningkatan SDM. Dalam hal ini, programnya adalah sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu. Janji Baik punya fokus terhadap pemerataan pendidikan di Indonesia.
Jadi, Janji Baik itu sebuah sekolah gratis berbasis teknologi dimana kita menjangkau anak-anak di luar daerah juga karena pembelajarannya online. Tiap satu bulan sekali, Janji Baik ada pembelajaran non-akademik yang berfokus pada keterampilan untuk anak-anak JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) Nah, untuk kegiatannya offline di Bintaro.
Janji Baik sendiri punya fokus bidang pendidikan non-formal seperti sekolah paket. Nah, Janji Baik fokus pada 2 hal yaitu keterampilan dan pemberdayaan. Jadinya, anak-anak yang masuk pada Janji Baik ditekankan pada kedua hal tersebut.
Champ: Apa visi misi Janji Baik dalam menciptakan dunia lebih baik?
Jova: Janji Baik punya visi sebagai lembaga kepedulian bidang pendidikan yang dimana membantu setiap anak untuk mendapatkan haknya dalam pendidikan, meningkatkan integritas dan keterampilan literasi digital. Tentunya ini sesuai dengan 3 prinsip Janji Baik yaitu pendidikan berkualitas, kepedulian sosial dan digitalisasi yang di mana kita tau pendidikan yang berkualitas adalah milik semua anak, tidak terkecuali bagi anak-anak yang kurang mampu.
Prinsip kedua dari Janji Baik yakni kepedulian sosial yang dimana kami menggandeng teman-teman relawan atau volunteer, sehingga yang kami bentuk bukan hanya subjektif para siswa saja tapi juga kita membuat komunitas-komunitas yang positif dimana kakak-kakak yang juga berfokus pada isu pendidikan dapat berkumpul di sini dan berkembang bareng-bareng. Ketiga adalah digitalisasi yang dimana kita menghubungkan antara pendidikan dan digitalisasi itu makin memperkuat. Nah, diharapkan dari prinsip tersebut bisa saling berkaitan dan memberikan impact yang besar untuk #ForABetterWorld.
Untuk misinya adalah mendapatkan hak pendidikan melalui jalur pendidikan non-formal, memberikan pemahaman terhadap masyarakat luas akan pentingnya pendidikan, dan memperkecil jarak kesenjangan pendidikan literasi digital, lalu membentu peserta didik menjadi manusia pembelajar seumur hidup atau long life education yang mempunyai integritas program pengembangan diri dan keterampilan dan yang terakhir adalah kepedulian sosial bekerjasama dengan pemerintah, lembaga swasta maupun masyarakat dalam pelaksanaan pembelajaran.
Champ: Boleh ceritain nggak, kenapa Janji Baik terpikirkan membuat Challenge 'Ketika Pendidikannya Masih Berarti'?
Jova: Sebetulnya kami mau ngasih pesan sih, Champ bahwa pendidikan adalah sebuah urgensi dalam pembangunan nasional dan menempati tempat dalam prioritas pengembangan SDM sehingga kita tau bareng kalau pemerintah mengalokasikan 20% dari APBN dan di daerah termasuk APBD. Sehingga pendidikan itu harus jadi kunci, tapi sayangnya pendidikan di Indonesia masuk ke dalam 10 negara terendah. Sehingga hal tersebut menjadi sebuah masalah yang harus kita selesaikan bareng-bareng.
Challenge 'Ketika Pendidikan Masih Berarti' ini ngasih pesan bahwa pendidikan jadi sebuah kepentingan bersama, jadi sebuah hak bagi setiap manusia apalagi untuk temen-temen yang didaerahnya masih tertinggal.
Champ: Apa saja isu-isu utama yang dihadapi Janji Baik dalam upaya meningkatkan pendidikan di Indonesia, dan bagaimana organisasi ini berusaha mengatasinya?
Jova: Isu yang paling sederhana sebenernya adalah isu pemerataan Indonesia. Kenapa Janji Baik menetapkan pembelajarannya online karna kami merasa jika pembelajarannya offline yang dimana mengharuskan datang ke tempat kami yakni Tangerang Selatan, itu dampaknya nggak luas. Nah, kita ingin temen-temen di daerah juga bisa merasakan pendidikan yang berkualitas sama seperti di daerah maju.
Pemerataan pendidikan itu menjadi suatu kunci besar dimana pendidikan harus dikembalikan pada marwahnya tentang pendidikan berkualitas milik semua anak. Nah, kami rasa pendidikan ini belum dikembalikan kepada konteksnya tadi, yakni anak-anak di daerah dipaksa belajar dengan kurikulum-kurikulum baru atau kurikulum merdeka yang dimana pemerintah menetapkan kurikulum baru atau kebijakan baru dari Jakarta. Padahal, kita tahu bareng-bareng kalau konteks daerah itu nggak bisa disamakan dengan konteks-konteks yang ada di pusat.
Nah, kenapa Janji Baik akhirnya memilih pembelajaran online karena biar komunitas NGO atau komunitas non-profit ini bisa menyentuh langsung temen-temen yang ada di daerah atau kepada siswanya, sehingga diharapkan nggak ada gap antara pendidikan di daerah maju dan di daerah tertinggal.
Visinya sederhana sih, biar semuanya ikut bergerak membantu isu pendidikan karena kami merasa permasalahan pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab anak-anak muda di Indonesia.
Champ: Kak Jova bisa memberikan gambaran tentang kegiatan atau program Janji Baik yang akan dilakukan ke depannya untuk memperluas dampak positif dalam pendidikan di Indonesia?
Jova: Jadi, sebenarnya Janji Baik itu PKBM, mungkin buat yang nggak tau, PKBM itu sebuah bentuk pendidikan sekolah yang bisa mengeluarkan ijazah yang tentunya dengan sekolah paket namun fleksibel. Maksud fleksibel di sini itu anak-anaknya dari rentang usia non-sekolah, artinya peserta didiknya bisa rentang usia 30-40 dan seterusnya untuk mengikuti pembelajaran di Sekolah Janji Baik. Kemudian, kami juga mempunyai program pendidikan jarak jauh. Semisal, sekolahnya di Tangerang Selatan tapi anak-anaknya berada di Papua, nah mereka bisa bersekolah di Janji Baik.
Nah, ke depannya Janji Baik ingin membuat program Janji Baik yang bentuknya regional dengan nama 'Lingkar Janji Baik'. Lingkar Janji Baik ini artinya Janji Baik yang berada di daerah-daerah, jadi relawan kami sebetulnya sudah tersebar di 100 kota. Nah, nantinya masing-masing dari mereka akan membentuk Janji Baik daerah dengan pembelajaran secara offline di posko-posko setiap daerahnya itu.
Kedua, kami juga akan membuat sebuah aplikasi yang menghubungkan 3 prinsip dengan fitur 'join volunteer', 'Sekolah Gratis Janji Baik', 'CrowdFunding' yang dimana hal tersebut ditujukan pada donatur-donatur yang ingin berdonasi di Janji Baik.
Kami juga menyediakan fasilitas belajar di Aplikasi tersebut untuk anak peserta didik. Diharapkan, jika ada aplikasi lebih bisa membuat impact dan lebih kredibel.
Champ: Ini kan berbasis online ya, nah untuk anak yang kurang mampu dan nggak bisa melakukan pembelajaran via online, Apakah Janji Baik juga memikirkan isu tersebut?
Jova: Terkait permasalahan ini sih kita biasanya ngumpulin dana semisal ada anak rajin banget dan ada kemauan untuk mempunyai pendidikan. Biasanya kami akan membuka donasi dan akan kami belikan fasilitas handphone, namun ini bentuknya 'dipinjamkan' sehingga anak ini merasa itu menjadi tanggung jawabnya dia gitu untuk dijaga dan dikembalikan selama proses pembelajaran di Janji Baik.
Kedua, kalau misalnya kuota internetnya habis biasanya kita akan tanya terkait provider internetnya, kemudian kita akan fasilitasi untuk pengisian kuotanya untuk pembelajaran 1 bulan. Nah, selama kami fasilitasi kita juga akan mencari tahu perkembangan belajarnya dan motivasinya belajarnya bagaimana.
Nah, kebetulan di Janji Baik kita menghubungkan dengan pendekatan 'Segitiga Emas' bahwa setiap anak punya motivasi belajar tentang lingkungannya. Kita pengen bikin sekolah yang sehat mental dengan sama-sama berkembang membentuk ekosistem yang positif. Jadi, kita juga membentuk komunitas-komunitas baru untuk anak-anak Janji Baik, sehingga anak-anak merasakan lingkungan pertemanannya itu sehat dan diharapkan motivasi belajarnya meningkat.
Kedua, kita secara rutin mengadakan parenting untuk para orang tua dalam meningkatkan perkembangannya dalam pola asuh. Sehingga para orang tua juga mempunyai kesadaran bahwa pendidikan itu penting.
Ketiga, kami membangun komunitas relawan pengajar yang bisa meningkatkan pengembangannya melalui forum-forum. Jadi, kami punya forum FGD (Focus Good Discussion) yang dimana kami membuat pelatihan sampai seminar untuk para relawan Janji Baik. Sehingga, para relawan bisa mengembangkan pengajarannya lebih inovatif dan kreatif.
Jadi, Segitiga emas ini yang menjadi salah satu inovasi dalam mengembangkan motivasi belajar.
Champ: Gimana kesan dan pesan Janji Baik setelah menerima awardee isu pendidikan di Campaign #ForABetterWorld Organizer Awards?
Jova: Tentu seneng banget, sebetulnya target Janji Baik di tahun ini bukan prestasi tapi lebih membangun kolaborasi dengan pihak-pihak yang bisa mendukung. Sehingga, Janji Baik bisa dikenal dulu dengan masyarakat luas. Nah, ternyata dapat awardee ini yang pertama adalah nggak nyangka dan senang sekali. Pesannya, untuk teman-teman Organizers Award sebaik apapun program yang kita jalankan nggak akan berdampak luas kalau kita nggak mengedepankan kolaborasi. Kita nggak akan bisa jadi Superhero sendirian kalau kita nggak berkolaborasi, kita tahu bersama kalau dengan kolaborasi bisa membuat dampak yang lebih luas. Maka, karna hal itu Janji Baik fokus dengan kolaborasi di tahun ini. Sehingga, setiap kegiatan lebih mudah berdampak dan penerima manfaat lebih luas. Sehingga, dari sini Janji Baik bisa dilihat sebagai program yang unggul dan ternoticed.
Champ: Apa harapan utama Janji Baik untuk masa depan dalam hal pendidikan di Indonesia, dan bagaimana kami sebagai masyarakat dapat lebih mendukung upaya ini?
Jova: Pertama, kita harus menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Jadi, harapan utama bagi pendidikan di Indonesia ingin orang-orang ikut terlibat. Bukan hanya tentang pemerintah namun tentang 'Akar-Rumput' atau masyarakat-masyarakat sipil lainnya. Sebenarnya, sudah banyak sekali anak muda yang berintegritas di Indonesia, contohnya saja ketika ada Oprec Volunteer dalam lingkup pendidikan maupun lingkungan banyak sekali anak muda yang berkontribusi serta memiliki integritas dan ambisi dalam membuat dunia lebih baik.
Namun, kita harus tahu bahwa pemerintah saat ini juga perlu banyak belajar nih. Survei tentang anak putus sekolah, cakap pendidikan dan angka pertumbuhan pembangunan pendidikan menempatkan survei agak blur nih, Champ!Semisal angka survei anak putus sekolah di Indonesia tercatat 30 ribu, Padahal jika itu disurvei dengan baik pasti angkanya nggak segitu bahkan mungkin lebih banyak.
Nah, isu Learning Loss ini dalam dunia pendidikan adalah isu yang paling meningkat setelah masa COVID-19 kemarin. Jadi, harapan kami di Janji Baik adalah ingin menghapus Learning Loss ini. Nah, kurikulum di Indonesia ini jangan dijadikan sebagai momok besar bagi para guru, padahal jika kita lihat kurikulum ini digunakan sebagai alat masaknya atau para guru tersebut untuk proses pembelajaran. Jadi, kurikulum yang berubah-ubah ini diharapkan digunakan sebagai alat dalam membentuk produktifitas anak-anak.
Nah, seluruh lapisan masyarakat harus turut serta dalam isu pendidikan juga. Kita juga harus melihat apakah ada orang terdekat kita yang putus sekolah karena keterbatasan biaya? Saya suka sampaikan ke temen-temen relawan, kalau jangan sampai anak muda sekarang ini lebih bangga memberikan kontribusi ke daerah timur ngajarnya daripada memilih menolong anak-anak yang putus sekolah di sekitarnya.
Buat anak-anak muda mending jangan jauh-jauh dulu kalau ingin membantu atau berkontribusi. Kita lihat di sekeliling kita dulu apakah ada yang membutuhkan ataukah tidak. Sehingga, isu Learning Loss ini bisa ter-cover dengan baik karena keterlibatan dari masyarakat sipil.
Champ: Dunia Lebih Baik menurut kamu adalah?
Jova: Dunia lebih baik menurut saya adalah dunia adil dan berkelanjutan. Adil di sini maksudnya inklusif yang dimana setiap orang bisa merasakan pendidikan yang berkualitas, tiap orang bisa merasakan udara yang segar, tiap orang bisa merasakan kuliah atau pendidikan tinggi yang nggak mahal. Jadi, setiap orang maupun setiap anak mempunyai hak belajar yang sama gitu.
Sedangkan. berkelanjutan adalah setiap program yang kita jalankan nggak hanya momentum semata sehingga kegiatan-kegiatan ini bisa berkelanjutan dan setiap orang harus punya inspirasi. Nah, salah satu program Janji Baik yang berkelanjutan ini adalah para peserta didik yang sudah lulus wajib menjadi relawan minimal 1 tahun pengajaran untuk mengajari adik-adiknya kembali. Kami memberikan nama mereka 'Cendekiawan Janji Baik' mereka akan mengajari adik-adiknya yang paket A atau setara SD. Kita juga ada gerakan lanjut kuliah, dan kita akan mengajak mereka mendaftar KIP di kampus-kampus terdekat, nantinya disamping kegiatan kuliahnya mereka diwajibkan menjadi Cendekiawan Janji Baik. Nah, hal ini yang kami anggap sebagai program berkelanjutan.
Champ: Pesan-pesan untuk Changemakers?
Jova: Saya ingin anak-anak muda yang berintegritas bisa membantu membentuk ekosistem yang positif. Kita tahu banyak anak muda di era ini yang berintegritas tapi juga banyak yang masih larut di sosial media. Saya ingin anak muda jaman sekarang mempergunakan ambisinya bukan hanya untuk popularitas pribadi tapi juga menggunakan sosial medianya menjadi sebuah lingkungan yang positif dalam berdiskusi dan ikut peran serta membangun dunia lebih baik.
Kita sudah diberikan akses pendidikan sampai S1 bahkan S3, jangan sampai kamu lupa kalau orang lain juga butuh pendidikan juga.
Wah, jujur pas Champ dengerin kak Jova jelasin terkait isu pendidikan tuh rasanya ‘daging’ banget! Champ jadi tau kalau memang isu pendidikan di Indonesia masih sangat butuh perhatian dari para Changemakers, nih!
Kamu bisa juga loh menjadi anak muda berintegritas seperti yang kak Jova inginkan! Wah, caranya gimana Champ? Kamu bisa ikutin challenge ‘Ketika Pendidikannya Masih Berarti’ bersama Janji Baik. Tiap kamu menyelesaikan challenge ini, artinya kamu sudah berkontribusi dan membuka donasi sebesar Rp 12.5 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Hasil donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membangun fasilitas dan media belajar, kegiatan kelas kreasi (kelas non-akademik) siswa, pengurusan pembuatan akta kelahiran siswa dan capacity building relawan.
Kapan lagi ya kan bisa memberikan dampak langsung ke isu pendidikan? Nah, coba absen dulu deh, siapa nih yang sudah ikutan challenge-nya? Coba komen di kolom komentar, yuk!