#ForABetterWorldID

Masih Takut ke Psikolog/Psikiater? Kayaknya Kamu Harus Intip Obrolan Champ bareng dr. Andreas!

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers! 


Spesial Hari Dokter Indonesia, Champ mau bahas tentang ‘mental health issue’ bersama salah satu psikiater yang sering banget bagi-bagi tips seputar isu kesehatan mental di media sosial. Siapa lagi kalau bukan  dr. Andreas Kurniawan, Sp. KJ. Pastinya tahu dong, ya, kesehatan mental akhir-akhir ini lagi jadi topik hangat di berbagai sosial media! Banyak orang yang mulai peduli dengan isu kesehatan mental, tapi kok, jadi self-diagnose, ya? Padahal banyak kerugian yang didapat dari hasil self-diagnose. Nah, biar nggak berkutat dan menyimpulkan kesehatan mental di pikiran sendiri. Yuk, langsung aja ngobrol-ngobrol bareng salah satu psikiater yang katanya suka bercanda dan salah satu penyuka kartun Doraemon ini akan sharing tips dan pentingnya isu mental health bareng kalian semua, nih! 



Champ: Hai, Dr Andreas! Mungkin boleh ceritain sedikit Apa sih, kesibukan dokter akhir-akhir ini dan selain menjadi Psikiater, biasanya dokter melakukan apa di waktu luang?

image

Dr. Andreas: Hai! Seperti biasa tentunya suka berseluncur di media sosial untuk melihat berita-berita dan drama terbaru karena ada yang seru dan baru tiap hari. Sekaligus buat nyari inspirasi, kebetulan saat ini lagi menulis buku. Kalau lagi penat, ya jalan ke luar dan berusaha melihat alam luas, hehe.



Champ: Seiring perkembangan teknologi, kita semakin terpapar dengan berita-berita dan cerita-cerita di media sosial yang berkaitan dengan kesehatan mental. Sehingga, ada yang meromantisasi berakhir self diagnose maupun menghakimi beberapa kasus pasien mental illness. Nah, menurut pendapat Dr Andreas, bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam menghadapi isu-isu ini?


image

Dr. Andreas: Nah, betul banget. Sepertinya sekarang setiap buka media sosial selalu ada saja ya berita yang nyenggol kesehatan mental. Di satu sisi, saya senang karena kesadaran kesehatan mental meningkat, tapi di sisi lain jadi banyak yang mungkin salah memahaminya. Maka dari itu, kita perlu pahami bahwa siapapun bisa membuat konten di media sosial, baik yang beneran ahli di bidangnya maupun yg awam. Saya setuju bila awam pun berbagi pandangan tentang pengalamannya atau usahanya dalam pemulihan, tapi untuk diagnosis dan penanganan sebaiknya memang kita cari akun yang lebih kredibel dan akurat.



Champ: Orang sering self-diagnose masalah mental berdasarkan apa yang mereka baca di internet. Bagaimana kita tau kalau konsultasi dengan seorang profesional itu penting dibanding self-diagnose itu sendiri?


Dr. Andreas: Saya biasanya mengajak membedakan self-diagnose dengan self-awareness. Intinya, self-aware itu boleh banget. Kalau kita membaca suatu kondisi kesehatan baik fisik ataupun mental dan kita jadi curiga ada kemungkinan ke arah situ, boleh banget. Itu namanya self-awareness. Tapi, untuk memastikan diagnosisnya sesuai atau tidak, dan juga menentukan strategi penanganannya, ini jangan sendiri ya! Lebih baik konfirmasi ke penyedia layanan kesehatan yang memang sudah terlatih untuk itu.



Champ: Kadang-kadang kita suka "judge" orang dengan masalah mental tanpa sadar. Menurut dokter, apa langkah yang bisa kita lakukan sebagai 'teman terdekat' dalam menghadapi situasi biar bisa merangkul teman kita yang sedang dalam kondisi mental down tanpa menghakimi?


Dr. Andreas: Masalah dari kesehatan mental adalah karena tidak kelihatan dari luar. Tidak seperti patah tulang, atau penyakit kulit, atau batuk pilek. Akibatnya, banyak orang yang mungkin jadi ragu apakah kondisi ini beneran ada tidak. Kalau kita ragu, tugas kita sederhana kok. Kita nggak perlu konfirmasi atau cari tahu apakah seseorang itu beneran sakit atau nggak. Kita nggak perlu konfirmasi apakah masalahnya beneran sebesar itu atau nggak. Kita cuma perlu mendengarkan, tanpa bersikap judgmental. Kalau dalam bahasa Stephen Covey, cobalah mendengarkan untuk mengerti, bukan untuk membalas. Kadang, keberadaan kita yang mau mendengarkan, itu sudah lebih dari cukup. Dia mungkin sudah mendengar saran dari orang lain.



Champ: Dr. Andreas, bagi orang-orang yang masih ragu-ragu atau takut untuk mencari bantuan profesional, apa yang akan dokter katakan untuk meyakinkan mereka bahwa ini adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental mereka?


image

Dr. Andreas: Pertemuan pertama selalu yang paling sulit. Coba untuk cari yang paling cocok buatmu. Bisa jadi yang paling dekat lokasinya, yang pernah direkomendasikan temanmu, atau mungkin yang sosoknya kamu sudah pernah lihat di media sosial atau dalam webinar dan kamu merasa cocok. Kalau ternyata tidak cocok, selalu bisa untuk mencari second opinion kok dari ahli lain. Kadang, ketakutan lain adalah ada yang takut datang konsultasi dan ternyata dianggap tidak apa-apa, dan mereka jadi malu karena merasa berlebihan. Tidak apa-apa kok, kan ke layanan kesehatan tidak selalu dalam kondisi sakit. Skrining kondisi kesehatan juga bisa dilakukan. Kalau ternyata tidak kenapa-kenapa, ya kita berusaha menjaga agar tetap baik.



Champ: Bagi seseorang yang baru pertama kali mau ke psikolog/psikiater, mungkin ada rasa canggung atau ragu. Ada saran khusus untuk bikin mereka merasa lebih nyaman?


Dr. Andreas: Ada beberapa cara yang biasa dilakukan klien saya. Ada yang minta ditemani teman yang dia percaya, walau temannya ini hanya menunggu di depan saja. Ada yang sudah membuat catatan-catatan yang mau ditanyakan. Bahkan, ada juga yang pernah membuat presentasi tentang apa yang mau disampaikan. Semua ini boleh dilakukan. Tenang saja,  kamu tidak akan di-judge. Kamu boleh nangis, ketawa, marah, atau memaki di dalam ruang konsultasi. It's safe.



Champ: Nah, mungkin ada tips atau saran khusus untuk mencegah self-diagnose masalah mental melalui internet dan pesan mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental kepada Changemakers?
image

Dr. Andreas: Self-aware itu boleh, kalau self-diagnose jangan. Jadilah penasaran tentang diri kamu sendiri dan carilah cara untuk bisa menjadi lebih baik. Kesehatan fisik dan kesempatan mental itu sama pentingnya. Coba bayangkan kesehatan fisik itu seperti body fisik kendaraan kita, sedangkan kesehatan mental itu seperti bensin atau baterainya. Kita tentu peduli keduanya. Kadang kita lupa bahwa kita juga perlu mengeluh dan menyatakan kekesalan kita. Tidak apa, itu wajar. Kalau belum bisa bertemu dengan profesional, kamu bisa mulai dengan bercerita pada teman yang kamu percaya dulu. Semoga Changemakers bisa bersikap baik bukan hanya ke orang lain, tapi juga ke diri sendiri ya!




Nah, setelah tau obrolan Champ bareng Dr. Andreas, gimana nih menurut kamu? Penting banget buat self-awareness terkait kesehatan mentalmu, ya. Tapi jangan sampai self-diagnose. Kalau masih takut dan ragu konsultasi kesehatan mental ke profesional,  ingat kata Dr. Andreas 'Pertemuan pertama memang selalu yang paling sulit, jadi coba cari yang paling cocok untuk kamu' jadi, yuk coba mulai terbuka dengan kesehatan mentalmu. Selamat Hari Dokter Nasional!


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone