Hai, Changemakers!
Anak muda Indonesia pasti punya berbagai misi kecil maupun besar tentang berbagai hal, salah satunya adalah kesetaraan. Meskipun kesetaraan terdengar sulit untuk dicapai, tapi apa salahnya mencoba? Sama seperti Kak Oliv, Founder The Unveiling Project yang sampai sekarang masih berjuang bersama anak muda di The Unveiling Project dalam hal kesetaraan, khususnya sex education di Indonesia. Penasaran dengan cerita perjalanan Kak Oliv di The Unveiling Project? Yuk, cuss simak obrolan Champ bersama Kak Oliv!
Champ: Hai, Kak Oliv! Makasih banyak udah bersedia diajak ngobrol bareng. Sebelumnya, boleh perkenalan diri dulu, ya kak. Mulai dari nama dan sekarang lagi ada kesibukan apa?
Kak Oliv: Halo, Champ! Kenalin aku Maria Olivia, dipanggil Oliv. Kesibukanku sekarang lagi kuliah di Belgia, lagi S2 di Development Studies, KU Leuven. Selain kuliah, mostly sih 90% fokusnya di kuliah, ya. Jadi, nggak ada kesibukan lain sih, so far.
Champ: Kak Oliv dikenal sebagai Founder dari The Unveiling Project. Boleh dong, kak cerita awal mula Kakak mendiringan Organizer ini dan ada masalah apa yang ingin diangkat, sampai terpikirkan untuk mendiringan The Unveiling Project?
Kak Oliv: Jadi, The Unveiling sendiri fokusnya di sex education, ya. Lebih tepatnya di comprehensive sex education. Emang dari muda atau dari kecil aku udah tertarik dengan isu sex education, karena selain ini isu yang jarang dibahas, tapi ini juga yang lumayan kontroversial, ya. Dan apapun yang kontroversial, tuh memang menarik perhatian gitu, kan. Aku juga lumayan thankful di lingkungan aku, teman-teman aku, keluarga tuh sangat support dengan membahas isu-isu yang seperti ini. Nggak cuma sex education, tapi juga isu-isu yang masih agak tabu di masyarakat gitu, ya. Jadi, emang dari kecil aku udah terekspos banyak hal-hal tentang sex education, tentang gender juga, etc. Waktu aku S1 juga, ada nih beberapa mata kuliah yang tentang hal ini dan aku juga ambil exchange program di gender studies. Jadi semakin terbekali, nih untuk membahas sex education juga.
Terus juga, akhir-akhir ini ya, kita mulai aktif di sosmed juga, lebih terekspos dengan isu-isu kekerasan seksual yang awalnya tuh dari orang-orang yang nggak tahu sex education. Jadi hal-hal yang bisa di avoid, itu mereka jadi korban karena simply mereka nggak tahu tentang sex education yang benar. Jadi, misalnya banyak kehamilan dini, atau misalnya mereka malu untuk berbicara dengan orang sekitarnya, akhirnya berdampak buruk, kan. Jadi itu hal yang miris ya, itu sesuatu yang bisa di avoid, tapi karena masyarakat kita masih tabu dengan sex education, jadinya masih banyak korban, begitu.
And then, untuk ground break moment-nya di tahun lalu, di Juni 2022. Masih daun muda anggapannya, masih newbie. Itu karena aku habis nonton, kalian tahu ya serial Netflix, Sex Education yang lumayan booming juga. Nah itu aku nonton serial itu dan super ngefans banget dari dia keluar 2018, I think? Atau 2020, lupa. Itu bener-bener serial yang kayak membahas banget sex education dan juga bukan cuma isu fisik doang, tapi juga isu tentang isu sosial, isu mental, tentang consent, tentang hubungan, etc. Jadi, itu the moment di mana aku seru nih mau bahas sex education terutama untuk target utamanya anak indonesia.
Champ: Sebagai seorang Founder dari The Unveiling Project, bagaimana cara Kak Oliv mengajak anak muda lain agar bisa lebih peka dan mau berjuang di isu kesetaraan?
Kak Oliv: Kalo The Unveiling sendiri itu lebih ke arah komunitas ya, daripada yang formal legal NGO gitu. Jadi kalo dari aku sendiri, kita reach out lebih ke internal dulu. Makanya kita open recruitment untuk members, volunteers. Jadi kita start dari komunitas kita dulu sendiri dan kita mengajak orang-orang yang tertarik dengan isu ini. Mungkin mereka membutuhkan platform untuk membahas mengenai gender, sex education, dan mungkin mereka nggak temuin itu di kehidupan mereka yang nyata atau real life gitu ya.
Akhirnya mereka get together dan dari kita juga mengajak dan engage dengan members kita, volunteers kita itu harapannya sih mereka bisa saling mengajak juga ya, orang-orang di sekitar kita, kayak bercabang gitu, ya. Expanding influence kita ke komunitas. Jadi, memang untuk cara mengajaknya sih, dari hal yang simple, ya. Mulai dari members kita dulu, gitu.
Champ: Oke. Terus, dari seluruh kegiatan-kegiatan yang udah pernah dilakukan oleh Kak Oliv dan The Unveiling Project, ada nggak kak pengalaman paling memorable yang bikin Kak Oliv jadi lebih semangat dan yakin kalau tujuan Kak Oliv mendirikan The Unveiling Project bisa terwujud?
Kak Oliv: Oke, kalau itu aku harus kasih contoh dari program kita yang paling pertama. Kalau nggak salah di Oktober 2022, jadi exactly one year ago kita adain online program campaign yang pertama. Itu preparation nya masih, kayaknya volunteer batch pertama. Jadi baru-baru bener mulai banget kita ngadain online campaign dan target kita itu sebenernya cuma 50an karena juga baru mulai, tapi ternyata to our surprise kita bisa mencapai 400an online volunteers. Dan selain target sukses, tapi juga melihat 400an orang ini dengan sangat antusias, mereka nggak cuma mengerjakan hal-hal yang dibutuhkan di campaign, kayak upload konten, tapi kita juga ada grup telegram yang mewadahi semua volunteers ini.
Di grup Telegram itu mereka bener-bener saling sharing kayak, “Oh, aku punya cerita ini, nih”, “Aku pernah mengalami ini”. Orang-orang yang nggak kenal dengan satu sama lain di luar, itu mereka bisa gabung dan saling memiliki satu vision, satu values yang sama di grup itu. Itu bener-bener bikin aku dan tim kayak terharu nih bisa mewadahi platform. Memang kita nggak bisa bantu banyak, tapi dengan adanya platform ini mereka bisa saling found empowerment in each other, mereka nggak saling malu untuk sharing kayak gitu tuh hal-hal yang berkesan, sih.
Dan juga, obviously Campaign #ForABetterWorld ini, sebenernya ini adalah program fundraising pertama kita, The Unveiling ikut matchmaking. Matchmaking bulan Juni. Itu aja kita tahu ada Matchmaking ini tuh, kayaknya Mei, deh. Jadi, bener-bener persiapan cuma dua mingguan dan kita nggak pernah join kayak gini sebelumnya, kita nggak pernah lihat proses pitching sebelumnya. Jadi, bener-bener from zero, tapi isu yang kita angkat period poverty, itu sebenernya udah kita impikan untuk bisa mewujudkan sebuah program dari isu itu. Jadi, akhirnya kita wah ini keliatannya good opportunity nih, untuk bener-bener kita sharing apa yang kita pengen dari dulu.
Sebenernya waktu itu, kita nggak kepikiran sih bakal menang atau nggak, ya, yang penting pengalaman dulu kayak, “Oh, ini caranya bekerja sama dengan pihak eksternal”. Mulai dari pitching, funding, kita harus mikir semuanya, budgeting, ide, dan itu bener-bener seru dan challenging, tapi eventually kita shock, ya.
Dan success 100%, ya. Bahkan sebelum September tuh udah tercapai. Jadi, thank God akhirnya bisa tercapai donasi unlock-nya. Itu juga bener-bener sih pengalaman banget, karena again ini pengalaman fundraising dan kerja sama pertama kita.
Champ: Tadi Kak Oliv kan sempat menyebutkan kalau ada grup telegram yang dijadikan sebagai wadah untuk teman-teman volunteers sharing bersama, apakah telegram-nya masih dipakai sampai sekarang?
Kak Oliv: Masih ada sebetulnya untuk grupnya, tapi sekarang udah mulai sepi. Dan September kemarin itu kita juga mengadakan online campaign kita yang kedua dan itu di grup WhatsApp dan grupnya masih ada sampai sekarang. Dan waktu berjalannya kampanye itu, kita sediakan waktu untuk mereka sharing session, tapi kalau untuk aktifnya sih udah nggak ya, kayaknya sekarang.
Champ: Lalu, apa suka dan duka yang dirasakan Kak Oliv ketika sedang memperjuangkan isu kesetaraan di lingkungan masyarakat?
Kak Oliv: Wah, suka duka ya. Kayaknya banyak ya, tapi I’m gonna try to filter out dan pilih-pilih yang menonjol. Kayaknya waktu suka, selain tadi kayak punya program dan segala macamnya, kayaknya sih ada saat di mana aku lumayan kaget dan again, terharu karena ternyata banyak yang tertarik dengan isu sex education. Soalnya aku kira paling cuma orang-orang dari certain group of people doang yang cuma aware dan juga suka dengan isu sex education, tapi ternyata banyak banget. Mungkin mereka, again di kehidupan mereka nggak ada kesempatan buat speak up, jadi mereka pakai platform kita untuk speak up.
Terus, juga ketemu orang-orang yang sama-sama passionate ya, our members. I’m very very very thankful members kita, walaupun mereka mostly anak-anak kuliah dan ada beberapa yang SMA.
Kalau untuk dukanya, selain duka menjalani organisasi NGO, ya. Kita tahu suka duka NGO gimana, kayak no funding gitu-gitu. Selain karena ini sex education, again topik yang lumayan kontroversi, jadi kalau kita mau fokus atau sharing tentang satu isu, kita harus mikir-mikir dulu nih. Wah ini bisa dikonsumsi atau nggak, ya karena sekali lagi, walaupun ada orang-orang yang mendukung, tapi kebanyakan masih banyak yang menganggap hal ini tabu.
Jadi memang harus bijak memilih apa yang bisa kita share ke publik, kayak kita harus wait dulu ya kedepannya bakal kayak gimana. Lalu, beberapa members kita sendiri itu adalah korban kekerasan seksual dan ingin join dengan kita karena mereka ingin voice out their stories. Dukanya adalah mendengarkan their stories dan pedih gitu ya mendengar ceritanya.
Champ: Apa mimpi Kak Oliv dalam mewujudkan kesetaraan di Indonesia?
Kak Oliv: Kalau aku sih, start dari yang simple karena aku bukan Presiden atau gimana, jadi nggak bisa mewujudkan yang equality for all gitu. Hmm, dari situ sih, semua orang memiliki kesempatan yang sama. Entah mereka gagal, sukses, atau memakai kesempatan itu, tapi dari awal itu udah ada kesempatan yang sama. Kesempatan untuk free education, kesetaraan medication, social status gitu ya. Jadi, bukan mereka yang terpinggirkan nggak memiliki kesempatan yang sama dengan kita yang lumayan berprivilege untuk bisa sekolah, bisa bekerja, bisa mengakses media sosial, mengakses informasi. Sayang sekali masih banyak yang belum bisa mendapatkan hal tersebut. Jadi, berhasil atau nggak itu tergantung mereka, kita nggak bisa expect semua orang bisa sukses, tapi yang penting mereka memiliki starting point yang sama dengan kita semua.
Itu sih for me a good equality for all dan juga in context dengan kesetaraan gender, memang banyak yang bilang, “gender equality tuh cewek dan cowok itu harus sama”. Menurut aku, equality adalah equal humanity. Jadi, kemanusiaan yang setara. Entah perempuan dan laki-laki berbeda, tapi kita semua memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama.
Champ: Untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda, menurut kamu anak muda inspiratif itu yang seperti apa?
Kak Oliv: Hmm, anak muda inspiratif ya. I think anak muda inspiratif, aku nggak mau terlalu detail ya, karena I think setiap anak muda memiliki capacity yang berbeda-beda, sehingga nggak semua orang bisa menginspirasi. Tapi, yang penting adalah setiap anak muda harus punya keyakinan dalam diri sendiri, yaitu faith in ourself. Kita bisa nih punya faith in God, punya faith in the world, punya faith in our dreams, tapi yang penting faith in oneself karena kita lah yang menentukan nasib kita sendiri.
Jadi kalau kita nggak percaya dengan diri kita sendiri, selalu merasa pesimis, atau kayak ya aku nggak akan bisa sehebat orang lain, itu urusan nanti ya. Soalnya yang penting kita percaya dulu, apapun hasilnya kita tahu kalau kita udah merah yang terbaik dari diri kita karena again nggak semua orang bisa sukses, yang penting kita punya keyakinan dulu.
Champ: Apa pesan untuk anak-anak muda Indonesia yang masih memperjuangkan kesetaraan di Indonesia?
Kak Oliv: Kesetaraan itu hal yang very impossible to gain, bahkan di 100 tahun lagi, ya karena dari awal dunia ini memang nggak setara. Kalau kita melihat kesetaraan dalam a broader term, itu emang susah didefinisikan I guess, tapi I just want to say to semua anak-anak muda Indonesia yang sekarang sedang menjadi advokat, menjalankan NGO, atau sedang berkampanye ingat misalnya kita nggak bisa meraih hal-hal yang super besar, kayak kita bisa mencapai perdamaian dunia, itu very impossible atau misalnya saat kita hidup misi kita akan gagal atau belum bisa meraih hal-hal yang besar.
Namun, as long as kalian yakin dengan memiliki integritas dan misi kalian,kalian nggak melenceng, atau kalian nggak pupus harapan, keep on advocating what you believe in karena I think advokasi yang kita bawa sampai kita mati. Jadi, kalau aku percaya dengan gender equality, kita akan perjuangkan hal itu terus sampai kita mati. And as long as you stay true to your mission, kalian akan menjadi satisfied of what you have achieved. Antara itu besar, kecil, sukses, gagal, tapi kalian bakalan tenang dan merasa puas oh ini aku udah do my best gitu.
Champ: Menurut Kak Oliv, dunia yang lebih baik itu seperti apa?
Kak Oliv: Dunia yang lebih baik itu adalah dunia di mana semua orang bisa bermimpi, ya.
Meskipun kesetaraan memang sulit untuk dicapai, tapi kamu jangan pernah menyerah, ya! Tetap selalu bawa misi dan mimpi kamu sampai kapanpun dan jangan pernah kehilangan kepercayaan diri kamu. Yakin selalu dengan dirimu kalau kamu bisa melakukannya. Semangat, anak muda Indonesia💙