#ForABetterWorldID

Ada Cerita Inspiratif untuk Kamu dari Kak Tito, Co-Founder Bastra ID!

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!

Jika kita berbicara mengenai tingkat literasi Indonesia, dilansir dari CNBC Indonesia, negara Indonesia sampai saat ini tingkat literasinya masih rendah dan paling rendah di ASEAN. Permasalahan ini akhirnya menggugah hati dan semangat para anak muda Indonesia untuk membantu tingkatkan keterampilan literasi orang Indonesia. Salah satu anak muda Indonesia yang tergerak untuk meningkatkan keterampilan literasi adalah Kak Tito dari Bastra ID! Kali ini kita bakal berkenalan dengan Kak Tito dan melihat bagaimana Kak Tito dan teman-teman Bastra ID membantu meningkatkan literasi di kalangan anak-anak muda Indonesia. Langsung meluncur ke bawah ini buat tahu obrolan Champ dengan Kak Tito, ya! 


Champ: Halo Kak Tito! Senang bisa ngobrol bareng Kak Tito. Biar Changemakers semakin kenal dengan Kak Tito, perkenalan diri dulu ya, kak! Mulai dari nama dan boleh cerita kesibukannya sekarang apa?

image

Kak Tito: Halo, Champ! Salam kenal, namaku Tito Tri Kadafi, aku sekarang aktif sebagai Direktur Manajemen sekaligus salah satu pendiri dari Bastra Indonesia, yakni organisasi pendidikan yang bergerak di bidang bahasa dan sastra dalam upaya peningkatan keterampilan literasi dan sosio-emosional orang muda di Indonesia. Selain itu, aku juga merupakan lulusan dari Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta. Lulus tahun lalu dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini juga sedang aktif mengikuti program beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat yang bernama YSEALI Academic Scholarship Program di Amerika Serikat. 


Champ: Kak Tito boleh cerita dong, awal mula dan alasan Kak Tito mulai fokus di isu pendidikan, khususnya mengenai literasi!


Kak Tito: Bastra ID sejak 2018 berdiri dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan literasi dan sosial emosional orang Indonesia. Dalam isu literasi, kami berusaha untuk mendorong anak muda Indonesia untuk memahami bahan bacaan. Pernah bekerja di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun lalu sebagai salah satu consultant yang menyusun peta jalan literasi Indonesia, aku sadar bahwa literasi bukan sekadar keterampilan yang udah tumbuh dari tiap orang, tetapi memang literasi jadi sesuatu yang perlu dilatih sama seperti otak dan seperti otot.
image

Selain itu, awal mula mengapa kemudian Bastra Indonesia berdiri, sesederhana bahwa aku pribadi menyukai isu bahasa dan sastra dan merasa bahwa keterampilan berbahasa adalah keterampilan yang dimiliki oleh semua orang. Jadi ketika Bastra ID hadir, kami berusaha meyakinkan bahwa setiap orang perlu mengembangkan keterampilan berbahasanya, agar keterampilan literasi dan sosial emosionalnya juga bisa turut bertumbuh lebih baik lagi. 


Champ: Gimana cara Kak Tito saat mengajak anak muda lainnya untuk berkontribusi di isu pendidikan ini?


Kak Tito: Yang pertama, tentunya melalui organisasi yang aku dirikan bernama Bastra ID. Organisasi ini berbasis kesukarelawan, yang mana teman-teman yang datang dari berbagai daerah di Indonesia turut hadir membantu bersama-sama menggerakkan program pendidikan, literasi, dan sosial emosional melalui bahasa dan sastra yang dikaji oleh Bastra ID sejak 2018. Setiap tahunnya selalu ada relawan yang hadir, yang mau untuk berkontribusi dalam satu tahun masa kepengurusan di Bastra. Lalu, kami juga mendorong beberapa program yang memang kami susun secara matang untuk berusaha mengajak anak muda mampu untuk meningkatkan keterampilan literasi dan sosial emosional mereka. Salah satunya melalui program remaja belajar menulis konten, untuk memastikan mereka yakni anak muda Indonesia khususnya pelajar SMP dan SMA mampu menjadi produsen penulisan kreatif dan ilmiah di media massa. Kami berharap bahwa mereka di era pesatnya informasi saat ini, keterampilan literasi mereka meningkat. Kedua, mereka nggak mudah untuk terpapar hoaks, sehingga usaha orang-orang di luar sana dalam mempolarisasi sebagian kelompok, salah satunya anak muda akan lebih sulit untuk dicapai.
image

Kemudian Bastra ID punya program bernama Kartu Berembuk. Kartu ini merupakan media pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengajarkan terkait toleransi dan perdamaian di empat sisi sisi yakni, inklusivitas, keberagaman suku dan agama. Lalu yang ketiga adalah keadilan gender, keempat adalah semangat anti perundungan yang kami bawa untuk melatih siswa SMA terutama di kota Cilegon, kota yang mana mendapat predikat dari Setara Institute sebagai kota paling intoleran di Indonesia. Untuk memastikan siswa-siswa di sana mampu memiliki keterampilan negosiasi dengan cara bermain kartu. Kami melatih mereka dimulai dari tahun 2022 hingga saat ini juga masih berlangsung dan kemungkinan besar program ini akan terus diamplifikasi di berbagai sekolah yang ada di Cilegon dan berharap bisa lebih luas lagi di Indonesia. Itu cara saya untuk mengajak anak muda berkontribusi di isu pendidikan ini. 


Champ: Bagaimana dengan pengalaman yang paling berkesan dan bikin Kak Tito jadi semakin semangat untuk menggencarkan edukasi di isu pendidikan ini?


image

Kak Tito: Kalau kejadian atau hal-hal berkesan, tentu banyak sekali yang saya dapatkan. Terutama ketika menyelenggarakan program di Bastra ID, seringkali kami juga mengumpulkan beberapa best story dari masing-masing peserta, terutama cerita-cerita tentang perubahan mereka sebelum dan setelah mengikuti program. Saya pribadi senang sekali menyelenggarakan program yang memiliki basis monitoring dan evaluasi, sehingga ketika program itu selesai perubahan tersebut bisa kami lihat dan kami bisa definisikan. 


Beberapa pelajar dari remaja belajar menulis konten juga menunjukkan keterampilan yang signifikan, yang lebih pesat lagi dalam proses penciptaan karya kreatif dan ilmiah di media massa. Selain itu untuk kartu berembuk, salah satu best stories-nya adalah kartu ini juga menginspirasi para siswa untuk bisa bernegosiasi. Bahkan mereka turut berdiskusi kepada guru untuk menyumbangkan ide-ide mengenai gagasan soal perdamaian, inklusivitas, keadilan gender, atau semangat anti perundungan ke pihak sekolah, bukan hanya berhenti ketika permainan tersebut selesai. Itu dua pengalaman yang menurut aku berkesan. 


Champ: Apa mimpi Kak Tito untuk Indonesia dalam lingkup pendidikan?


Kak Tito: Mimpi saya untuk pendidikan Indonesia adalah tentu berkaitan erat dengan literasi. Saya pribadi berharap bahwa setiap anak Indonesia mampu memiliki keterampilan literasi yang baik lagi. Tentu ditunjang dengan perbaikan aksesibilitas yang mampu diakses secara inklusif oleh para siswa di Indonesia. Lalu yang kedua juga tumbuhnya budaya literasi atau budaya belajar, sehingga para siswa terutama para pelajar di Indonesia mampu secara sadar berpikir bahwa literasi adalah salah satu keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh mereka.


Selain itu, yang ketiga juga penting untuk mendorong terciptanya kompetensi yang lebih kompleks lagi terkait literasi, terutama untuk memastikan bahwa guru-guru yang ada di Sekolah, keluarga, serta ujian yang nanti dijalankan oleh anak memang selaras dengan kompetensi literasi yang perlu diukur pada anak. Nggak berfokus pada banyak hal yang mendistraksi anak tersebut untuk berkembang keterampilan literasinya. Jadi, saya berharap dalam isu pendidikan ini, tumbuhnya keterampilan literasi anak Indonesia dan sosio-emosional mereka, terutama di bidang empathy dan interpersonal bisa lebih baik lagi dengan ditunjang tiga aspek tadi, aksesibilitas, budaya, dan kompetensinya. 


Champ: Menurut Kak Tito, hal pertama apa yang perlu anak muda ketahui ketika mereka ingin memulai aksi di bidang pendidikan?


Kak Tito: Dalam banyak hal, bukan hanya pendidikan bagi saya untuk memulai aksi paling susahnya adalah memulainya itu sendiri. Dalam artiannya bahwa seringkali sebelum memulai kita dihantui oleh banyak sekali ketakutan, terutama ketakutan apabila hasilnya nanti nggak besar, nggak ada teman yang mau bergabung, atau penerima manfaatnya nggak merespon dengan baik. Bagi saya gerakan pendidikan perlu dimulai dari keberanian, perlu percaya pada isu yang kita bawa, terutama memastikan bahwa kita mulai aja dulu, itu yang pertama. 


image

Lalu, yang kedua, disamping itu secara personal sebagai seorang penggerak, kita perlu secara sadar perlu untuk meningkatkan kapabilitas kita untuk isu yang kita bawa, sehingga orang-orang di luar sana yang mendapatkan manfaat dari gerakan kita mampu juga untuk percaya bahwa gerakan ini adalah gerakan yang penting untuk mereka pelajari dan ikuti. Jadi, selain dari mulai aja dulu, ada keselarasan untuk meningkatkan kapabilitas. Kemudian, penting juga bagi kita untuk secara sadar membuka jalan di banyak pergaulan, terutama untuk membuka koneksi lebih banyak lagi. Belajar dari mana aja, karena semua orang itu guru dan semua tempat adalah ruang belajar. Jadi penting untuk memastikan self awareness kita juga tinggi ketika mau memulai sebuah gerakan, bukan hanya pendidikan, tapi semua isu yang kita percaya.


image

Champ: Untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda, menurut kamu anak muda inspiratif itu yang seperti apa?


Kak Tito: Anak muda inspiratif bagi saya adalah mereka yang punya keberanian dan kesadaran tinggi, terutama self awareness untuk memulai banyak hal terutama gerakan-gerakan perubahan. Seringkali anak muda dihantui ketakutan seperti yang tadi saya bilang di jawaban sebelumnya. Dihantui ketakutan, dihantui oleh banyak sekali hal-hal yang mereka pikir harus ideal. 


Padahal dalam proses memulai gerakan, proses menginspirasi orang banyak kita pribadi juga perlu semacam menjalankan AB Test. Jadi ketika rencana yang kita jalankan belum sesuai, kita juga secara sadar punya self awareness tinggi untuk bisa membelokkannya ke rencana B, sehingga pada akhirnya proses menjalankan gerakan, proses melakukan sesuatu, proses menciptakan perubahan adalah proses belajar yang rencananya bisa jadi berubah-ubah dan juga memang perlu kita sadari secara bersama-sama. 


Champ: Apa pesan untuk anak-anak muda Indonesia dalam membantu meningkatkan pendidikan di Indonesia?


Kak Tito: Pesannya pertama adalah secara sadar mau dan berniat untuk meningkatkan kapabilitas atau kompetensi mereka secara individu karena pendidikan yang baik sejatinya dimulai dari guru yang baik dan pembelajar yang sadar dan baik, sehingga ketika harapannya pendidikan Indonesia bisa kita bantu untuk ditingkatkan, semuanya akan dimulai dari kapabilitas kita sebagai anak muda Indonesia itu sendiri. Jadi, jangan bosan untuk belajar dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, sehingga ketika banyak sekali persaingan datang, informasi datang, ketika dunia berubah begitu cepat, sebagai seorang pembelajar kita mampu beradaptasi untuk bisa tetap bertahan di era tersebut. 


Champ: Menurut Kak Tito, dunia yang lebih baik itu seperti apa?


Kak Tito: Buat saya dunia yang lebih baik itu ketika anak-anak muda di Indonesia punya kesadaran utuh untuk mau bergerak tanpa dihantui oleh beragam rasa ketakutan. Meskipun akhirnya ketakutan itu datang, keberanian mereka untuk terus bergerak itu membantu dunia menjadi lebih baik lagi. Selain itu, yang kedua adalah self awareness atau kesadaran diri tiap orang. Hal ini akan berproyeksi kepada terciptanya hal-hal yang lebih baik, ketika kita mampu sadar diri, dunia yang lebih inklusif, dunia yang lebih damai, dunia yang lebih menghargai keadilan dan kesetaraan itu akan secara sadar tercipta dan juga tentu hidup jadi lebih harmonis. Jadi dua hal itu soal keberanian anak muda dan self awareness untuk menciptakan perubahan. 


Dari sini, kamu jadi tahu kan kalau mau membuat gerakan perubahan, kamu harus berani untuk mulai dan percaya dengan isu yang kamu bawa. Banyak banget pesan-pesan yang bisa kita petik dari obrolan bareng Kak Tito, semoga kamu anak muda Indonesia bisa tertarik dan terinspirasi untuk menjadi anak muda inspiratif selanjutnya seperti Kak Tito, ya! 


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone