#ForABetterWorldID

Cari Tahu Siapa 3 Pilar Utama yang Bisa Bantu Berikan Perubahan untuk Indonesia!

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers!

Kemarin baru aja kita bertemu di media event Peran Vital Anak Muda dan Pemerintah Atasi Masalah Sosial Terkini. Acara ini merupakan rangkaian dari program kolaborasi bersama Chandler Institute of Governance. Kamu ikut acaranya nggak, nih? Tenang aja, kalau kamu nggak bisa ikut acara ini, Champ bakal bawain recap acaranya buat kamu! Pada media event ini, Bu Sylviana Putri selaku Pimpinan Komite I DPD RI 2023-2024 menjadi speaker pada acara ini dan akan memberikan berbagai solusi konkrit kepada para Organizers, yaitu Garis Hitam Project, CarbonEthics, PetaBencana.id, dan Yayasan Satu Karsa Karya yang ingin curhat mengenai permasalahan yang sedang dihadapi. 

image

Nggak hanya solusi-solusi khusus untuk Organizers yang hadir aja, tapi Bu Sylviana juga akan memberikan berbagai penjelasan untuk kamu mengenai kolaborasi-kolaborasi yang bisa komunitas sosial kamu lakukan bersama pemerintah Indonesia. Penasaran? Yuk, kita simak bersama-sama!

Sebagai bagian dari pemerintahan DKI Jakarta selama 31 tahun, Bu Sylviana berpendapat bahwa pemerintah dalam melihat organisasi sosial ini nggak mungkin hanya ditangani oleh beberapa orang aja karena Indonesia yang kita ketahui sangat luas. Oleh karena itu, ada tiga pilar yang berperan dalam setiap event atau memberikan solusi di Indonesia ini. Pertama, ada pemerintah baik dari pusat maupun daerah. Kedua, swasta atau private company, mereka punya peran karena mereka memiliki Corporate Social Responsibility (CSR). Ketiga, masyarakat yang punya pengalaman dan kontribusi. 


“Menurut saya, kalau ketiga pilar ini, tiga segmen ini betul-betul bisa berkolaborasi, ini akan menyelesaikan semua permasalahan”, ujar Bu Sylviana. 


Berdasarkan pengalaman Bu Sylviana di pemerintahan DKI Jakarta, pemerintah selalu berupaya melibatkan berbagai pihak untuk berinovasi, mulai dari perencanaan, sampai pelaksanaan dan evaluasi. Semua kolaborasi melibatkan masyarakat, sehingga pemerintah juga meminta masyarakat agar supaya legal, mereka bisa daftar di Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Dinas Sosial. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki Data Terintegrasi Kesejahteraan Sosial (DTKS). Melalui ini, maka kita semua bisa berkolaborasi, bermitra dan nantinya bisa menjadi program-program yang luar biasa dan keren. 

Curhatan Organizers dan solusi dari Bu Sylviana

Pada media event ini, Organizers juga diberikan kesempatan untuk bercerita mengenai pengalaman kesulitan yang mereka hadapi kepada Bu Sylviana. Pertama, ada Kak Rifai dari Garis Hitam Project yang merasa kesulitan dalam hal akses ketika ingin berkolaborasi dengan pemerintah. Meskipun Garis Hitam Project memang udah melakukan kolaborasi dengan dinas setempat, tetap merasakan adanya kesulitan tersendiri. Lalu, juga Kak Rifai merasa kalau pemerintah kurang percaya dan membatasi untuk membangun komunikasi dengan komunitas-komunitas. 


image

Untuk menanggapi persoalan yang dihadapi oleh Garis Hitam Project, Bu Sylviana juga melihat kalau teman-teman marginal, seperti warga binaan itu berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini dikarenakan, ketika para narapidana udah waktunya bebas akan merasa gelisah karena biasanya untuk makan udah disediakan, tapi sekarang apa-apa harus bisa sendiri. Menurut Bu Sylviana, momen ini akan jadi peluang terciptanya kembali tindak kejahatan kalau mereka nggak diberikan jalan keluar. 


Bahkan Bu Sylviana juga menceritakan pengalamannya ngobrol bersama para warga lapas dari beberapa lapas, ternyata banyak yang merasa kehidupan mereka setelah keluar dari lapas itu selalu indah. Nggak jarang juga yang merasa kalau hidup mereka lebih nyaman saat di penjara karena mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, menganggur, dan nggak sedikit yang balik ke penjara. Agar semua itu nggak terjadi, menurut Bu Sylviana kuncinya adalah kolaborasi dan membangun jembatan dengan dinas-dinas terkait, seperti dinas sosial, dinas UMKM, dan lain-lain. Komunitas sosial diharapkan bisa mencari tahu informasi di pemerintahan. 


“Ini yang menurut saya sangat bagus sekali kalau saling jemput bola”, ujarnya. 


Selain itu, Bu Sylviana juga mengatakan bahwa meskipun ada masalah pada anggaran, nggak akan menutup kemungkinan pihak pemerintah akan memberikan rekomendasi komunitas kepada organisasi atau perusahaan swasta yang berhubungan dengan CSR-nya. Hal ini dinilai sebagai model operasional yang sinergis dan bisa menjadi pembangunan yang berkelanjutan. 


image

Kedua, Kak Reynald dari Petabencana.id juga bercerita kalau sekarang Petabencana.id udah mulai lemah di Jakarta karena adanya perubahan struktur dan sistem. Lalu, Bu Sylviana menilai bahwa Petabencana.id ini merupakan komunitas sosial yang perlu berkolaborasi dengan pemerintah. Menurutnya, adanya perubahan sistem juga bukan jadi masalah besar untuk Petabencana.id karena hanya sistem dan sistem tersebut melengkapi. Selain itu, untuk membantu Petabencana.id, Bu Sylviana juga akan memberikan nomor dari partner di pemerintahan yang bisa berkolaborasi bersama Petabencana.id.  

Ketiga, dari Kak Iwan dari Yayasan Satu Karsa Karya (YSKS) bercerita mengenai kurangnya sinkronisasi komunikasi antara program pemerintah pusat dan daerah. Ketika pemerintah pusat udah launch sebuah rencana atau program, tapi pemerintah daerah nggak segera dan implementasinya berbeda dari pemerintah pusat, sehingga menghambat proses komunikasi mereka dengan pemerintah daerah. Lalu, pemerintah pusat juga udah membuka kolaborasi dengan masyarakat, tetapi ketika mereka mulai mencoba menjajaki di pemerintah daerah, mereka justru mendapatkan respon yang dianggap kurang terbuka dari pemerintah daerah. 


Dalam memberikan solusi, Bu Sylviana berharap adanya kreativitas dari komunitas sosial dan pemerintah setempat. Selain itu, Bu Sylviana sekali lagi akan memberikan bantuan kepada para komunitas sosial untuk membantu dalam menjembatani komunikasi dengan pemerintah kalau komunitas sosial ingin melakukan kolaborasi bersama pemerintah. 


image

Terakhir, ada Kak Linda dari CarbonEthics yang bercerita mengenai pengalaman mereka dalam kolaborasi bersama pemerintahan, dan juga cerita permasalahan mengenai birokrasi, lintas komunikasi, sehingga Kak Linda ingin bertanya kepada Bu Sylviana, gimana cara mereka agar dapat cepat berkolaborasi bersama pemerintah, sehingga impact-nya nggak terhalang oleh birokrasi. 


Bu Sylviana sebelum memberikan solusi juga sempat memberikan apresiasi kepada CarbonEthics atas kolaborasi-kolaborasi yang udah dilakukan bersama pemerintah pusat dalam membantu mengurangi emisi karbon. Lalu, untuk membantu permasalahan yang dialami oleh CarbonEthics, Bu Sylviana akan membantu menjembatani komunikasi dengan pihak-pihak yang dibutuhkan untuk berkolaborasi bersama CarbonEthics. 


Yeup, sampai sini aja obrolan bersama Bu Sylviana. Di samping itu juga, Bu Sylviana sangat amat terbuka dengan cerita-cerita dari Organizers dan berusaha untuk memberikan solusi kepada teman-teman Organizers. Nggak hanya itu aja, Bu Sylviana juga dengan senang hati memberikan bantuan untuk membantu menjembatani komunikasi yang sempat dirasa sulit oleh teman-teman Organizers. Wah, semoga dengan adanya ngobrol bareng ini, teman-teman Organizers jadi bisa lebih mudah untuk berkolaborasi dengan pemerintah, ya! 


Semoga dengan adanya ngobrol bareng Bu Sylviana dan juga pengalaman dari teman-teman Organizers, kita para anak muda semakin lebih berani dan yakin bahwa kita bisa kok, berkolaborasi dengan pemerintah! 


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone