βHai, Changemakers!Β
Happy Universal Children's Day, ya! Hari ini Champ seneng banget karna dalam menyambut hari anak ini akhirnya Champ bisa ketemu Kak Nina Founder dari Traditional Games Returns (TGR). Nah, ternyata dalam mengajak bermain permainan tradisional itu bisa bikin Kak Nina yang awalnya nggak suka anak-anak jadi suka anak-anak, loh! Selain mengajak bermain anak-anak dengan permainan tradisional ternyata Kak Nina juga punya program seru banget yang bisa kita ikuti. Penasaran, kan? Yuk, Intip obrolan kita!
Champ: Halo, Boleh memperkenalkan diri dan kesibukan kakak sekarang apa aja?Β
Aghnina: Halo, Champ! namaku Aghnina Wahdini biasanya temen-temen panggil aku Nina. Kesibukan aku ngurusin komunitas TGR (Traditional Games Return), aku juga lagi kerja di sebuah Yayasan Sosial, dan aku sedang berkarir di dunia Voice Over.Β
Champ: Sebagai Founder Traditional Games Returns (TGR) Boleh kenalkan pada Changemakers apa itu TGR dan kapan TGR ini mulai dikenalkan pada masyarakat umum?
Aghnina: TGR itu sebenarnya tugas kampus aku di tahun 2016, jadi otomatis pada tahun 2016 itu TGR sudah ada namun bentuknya masih berupa Campaign belum organisasi seperti sekarang. Jadi, fokusnya ada di 3 hal yaitu ada permainan tradisional, pencegahan adiksi gadget ke anak-anak dan pemenuhan hak anak. Jadi, 3 hal tersebut yang digaungkan dengan media permainan tradisional, Champ! karna kita tau kalau 3 hal ini dulu pada tahun 2016 menjadi salah satu masalah. Meskipun nggak semarak adiksi pada gadget ya? Karna dulu lebih ke warnet jadi kita bisa mikir kalau ternyata gaya bermain anak-anak sudah berbeda, karna anak-anak lebih memilih permainan-permainan digital. Sampai ada kasus bolos sekolah karna mau ke warnet untuk bermain game online bahkan isu ini tetap berjalan sampai tahun 2023. Makanya, aku rasa perlu ada komunitas dimana melestarikan permainan tradisional.Β
Jadi, TGR (Traditional Games Return) ini adalah komunitas sosial budaya yang berfokus pada media permainan tradisional, pencegahan isu adiksi gadget pada anak-anak, dan pemenuhan hak-hak anak.Β
Champ: Apa alasan utama yang mendorong Kakak untuk menciptakan Traditional Games Returns (TGR) kepada anak-anak?Β
Aghnina: Alasan utamanya sebenarnya simple banget yakni buat ngerjain tugas. Awalnya, aku nggak mikir jangka panjang karna aku masih Mahasiswi semester 3 dan aku cuma mikir gimana caranya dapat nilai A aja. Tapi, ternyata setelah dijalankan itu malah menjawab permasalahan masyarakat. Ketika main ke RPTRA (Rumah Publik Terpadu Ramah Anak) di Jakarta, pengelola dan orang tua si anak itu bilang "Oh, mainan ini bagus banget buat anak-anak! Kapan mau datang lagi nih, kak?" Nah, itu akhirnya yang membuat aku sadar kalau ternyata TGR ini dibutuhkan dan membantu masyarakat. Jadi, kenapa nggak dilanjutkan ya, kan?Β
Champ: Kalau secara pribadi kenapa kamu suka dunia anak-anak?Β
Aghnina: Sejujurnya, aku nggak suka anak-anak karna dulu itu aku punya ketakutan kalau megang anak nanti rewel dan nangis terus kita yang kena salah. Tapi, alasan aku tertarik dan milih lanjut itu karena Relawannya. Jadi, TGR ini 100% dikelola dan dijalankan oleh Relawan yang artinya nggak ada bayaran sama sekali, kita berkumpul di sini karna punya value yang sama dan kita di sini saling membantu satu sama lain. Aku sendiri dulu itu suka berorganisasi, nah di TGR ini aku bisa menyalurkan kesukaanku tadi. Karena dari awal aku sudah terlanjur memilih bidang permainan yang pastinya familiar dengan namanya "anak-anak", ya!Β
Kenapa kok memilih bidang permainan tradisional? Karena dulu itu tema tugasnya "I Love Indonesia" dan harus diliput media. Dulu aku melihat "permainan tradisional" itu jarang banget dan ternyata beneran bikin menarik dan disukai anak-anak. Jadi, kalau secara pribadi jujur aku yang awalnya nggak suka anak-anak jadi suka dengan anak-anak sekarang. Ini juga berkat relawan-relawan di TGR yang asik main bareng anak-anak dan ternyata main bareng anak-anak nggak semenakutkan itu. Jadi, selama 7 tahun ini aku bisa ngubah hal yang aku takuti jadi hal yang aku gemari sekarang. Jadi, nggak takut lagi interaksi bareng anak-anak, Champ! Sekarang aku suka dengan dunia anak-anak, tapi kalau nanyain aku di 2016 aku akan jawab nggak suka anak-anak tentunya.Β
Champ: Pada zaman sekarang kan kita tahu sudah banyak games online bahkan game tradisional sudah banyak ditinggalkan masyarakat khususnya anak-anak. Kira-kira dalam membangun TGR ini apakah ada kendala yang kakak rasakan?Β
Aghnina: Sebenarnya bukan anak-anak yang meninggalkan permainan tradisional tapi lemahnya fasilitator atau peran orang tua dan seorang kakak yang nggak mengenalkan permainan tradisional ke anak-anak atau adik-adik mereka. Jadi, mungkin kendalanya ada pada anak yang sudah candu bermain gadget atau game online. Tapi, masalah itu mudah diselesaikan dengan baik ketika kita mencontohkan dan mengenalkan kepada mereka dengan seru permainan tradisionalnya, nantinya secara otomatis anak-anak pasti meninggalkan gadget mereka dan ikut ke permainan ini dan membaur dengan teman-teman mereka.
Namun, untuk kendala pada komunitas sendiri itu ada pada mempertahankan relawan dan berjuang selama 7 tahun lamanya. Lalu, jangan lupa di pertengahan 7 tahun itu kita juga ada pandemi yang mengharuskan kita berinteraksi secara online. Taglinenya TGR ini 'Lupakan Gadgetmu, Ayo bermain di luar' padahal waktu itu dunia luar ditutup karna pandemi. Jadi, tantangannya adalah gimana caranya TGR bisa menghadirkan permainan tradisional seru yang bisa dimainkan di rumah masing-masing. Nah, pastinya dalam menghadirkan permainan tradisional ini sangat membutuhkan para relawan. Lalu, kita juga mengusahakan untuk mempertahankan para relawan yang sudah bergabung ini sampai akhirnya kita menemukan caranya dan berakhir TGR menjadi suatu Yayasan karna sudah saatnya TGR buat diseriusin, Champ!Β
Champ: Pada zaman sekarang kita tahu kalau teknologi sudah berkembang pesat bahkan ada beberapa games online pada gadget yang sering digunakan orang tua untuk menghentikan tantrum anaknya agar anteng atau nggak rewel lagi. Nah, bagaimana Traditional Games Returns (TGR) menanggapi kebiasaan para orang tua tersebut?Β
Aghnina: Menurutku, yang dibutuhkan anak-anak itu adalah waktu berkualitas bersama orang tua, ya! Bukan kayak kita duduk satu meja terus si mama makan sambil sibuk main gadget dan akhirnya si anak juga bingung mau ngapain sampai ikutan main gadget juga. Padahal, orang dulu itu sering bilang "Waktu berkumpul dengan keluarga pada saat makan bareng, itu adalah saatnya kita sharing cerita dan lepas dari gadget" tapi sayangnya, anak sekarang malah kebalik. Jadi, semua itu tergantung pola asuh orang tua masing-masing! Jadi, kembali ke kesadaran tiap orang tua aja sih. Kita harus sadar kebiasaan buruk seperti terlalu candu bermain gadget yang terus dilakukan itu akan makin sulit untuk dihentikan nantinya. Jangan sampai hal-hal yang ada di gadget atau sifat candu itu merugikan si anak ke depan. Jadi, orang tua wajib bertanggungjawab atas tumbuh kembang anak!Β
Champ: Sifat candu pada games online membuat anak-anak pada zaman sekarang itu mulai meninggalkan games tradisional seperti petak umpet, congklak atau dakon, dan gobak sodor. Nah, bagaimana Traditional Games Returns (TGR) bisa mengembalikan anak-anak di beberapa wilayah Indonesia agar mau kembali menikmati masa anak-anaknya dengan bermain tanpa gadget?
Aghnina: Karena kita ada di Bekasi tapi kegiatan utama ada di daerah JABODETABEK. Sebenarnya, usaha yang TGR lakukan sampai sekarangΒ hanya sepersekian dari pentingnya peran orang tua. Biasanya kita waktu ada event offline contohnya di RPTRA (Rumah Publik Terpadu Ramah Anak) Jakarta setelah acara selesai kita meninggalkan atau menitipkan beberapa mainan tradisional ke pengelola dengan tujuan bisa dimainkan lagi di kemudian hari dan dengan harapan para anak mengajak orang dewasa atau para orang tua ikut berperan dalam permainan tradisional tersebut. Nah, TGR juga berusaha tetap mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak melalui media sosial juga, Champ! Kita biasanya membuat beberapa konten-konten inspirasi mainan tradisional yang bisa dimainkan di rumah dan itu menjadi harapan kami untuk menyebarluaskan informasi permainan tradisional di semua kalangan.Β
Champ: Apakah dari tim Traditional Games Returns ada program kegiatan seru untuk memancing minat anak-anak kembali bermain game tradisional?Β
Aghnina: Tentu saja kami ada beberapa program seru, Champ! Pertama, TGR Goes to School jadi di sana kita mengunjungi beberapa sekolah mulai dari pre-school, paud, TK, SD, SMP, SMA, SMK bahkan sampai tingkat Universitas dan Sekolah Luar Biasa untuk memperkenalkan permainan tradisional di satuan pendidikan. Kedua, TGR Info yakni biasanya kita menggunakan media sosial sebagai wadah berbagi informasi permainan tradisional. Ketiga, TGR Care yakni program aksi cepat tanggap. Jadi, semisal ada bencana yang terjadi, TGR bisa datang ke lokasi membawa beberapa mainan untuk dimainkan bersama para anak-anak di sana agar terhibur.
Lalu, ada program open kolaborasi yang namanya TGR Jalan-Jalan jadi di sini TGR bisa diundang dan datang ke lokasi untuk bermain permainan tradisional bersama. Kita juga ada Workshop untuk membuat permainan tradisional, dan kita juga bekerja sama dengan beberapa pengrajin untuk membuat alat permainan tradisional di berbagai daerah yang dijual di TGR Store. Nah, TGR Store ini unit usaha dari TGR untuk menjual segala permainan-permainan tradisional dan seluruh keuntungan yang kita dapatkan nanti murni untuk menunjang operasional.Β
Champ: Apa harapan Traditional Games Returns (TGR) kepada generasi anak-anak saat ini?
Aghnina: Harapanku kepada generasi anak-anak saat ini adalah mau memainkan permainan tradisional. Jangan lupa untuk tetap melestarikan permainan tradisional dan berinteraksi dengan orang lain, ya! Karna berinteraksi dengan orang lain bisa mengoptimalkan tumbuh kembang anak itu sendiri.Β
Champ: Menurut kakak, dunia lebih baik itu seperti apa?Β
Aghnina: Dunia yang ramah bagi anak, Aku ingin dunia yang dimana bermain gadget dan bermain permainan tradisional bisa imbang. Lalu, orang tua juga bisa mengambil perannya dan memprioritaskan kepentingan terbaik bagi anak sehingga hak-hak anak terpenuhi.Β
Champ: Di hari anak universal ada hal khusus yang ingin disampaikan kepada Changemakers dalam mewujudkan hak-hak anak?
Aghnina: Mulai dari kamu mengenalkan permainan apapun yang pernah kamu mainkan di masa kecilmu. Nggak perlu jadi Founder komunitas permainan tradisional, atau menunggu jadi Ibu rumah tangga buat bisa main dengan anak-anak. Sesederhana, kenali orang-orang di dekat kita dulu, misal kamu punya ponakan kecil atau adik, nah di situ kamu bisa ambil peran kamu untuk mengajak mereka bermain dan mengenalkan pada mereka permainan tradisional. Pada dasarnya, anak itu suka main, ngobrol, bercerita, dan mau didengar. Jadi lebih ke peran orang dewasa dalam mengajak berinteraksi dengan anak-anak.Β
Kalau si anak merasa nggak punya teman ngobrol atau teman untuk berinteraksi dan ternyata satu-satunya teman yang bisa diajak bermain adalah gadget, itu adalah satu kesalahan yang dilakukan orang dewasa menurutku. Sekarang saatnya kalian menjadi sahabat yang ramah bagi anak, siapapun kamu apapun profesi kamu coba tingkatkan kepedulian pada anak-anak. Banyak anak-anak yang membutuhkan kasih sayang disekelilingmu, jadi bagikan kasih sayang itu kepada anak-anak di sekitarmu.Β
Jadi, di Universal Children's Day ini semua anak bisa mendapatkan perlakuan yang sama, kita sama-sama menyayangi anak-anak, menjunjung tinggi kepentingan yang terbaik bagi anak, dan juga mendukung hak-hak mereka.Β
Wah, gimana nih obrolan Champ sama Kak Nina? Jadi pengen ikutan main nggak sih bareng anak-anak sambil nostalgia permainan yang sering kita mainin dulu pas masa anak-anak gitu! Jujur, Champ sih, nggak sabar buat ikut main bareng Kak Nina, nih! Nah, di Universal Children's Day ini apa harapanmu untuk generasi anak-anak masa kini? Coba sharing di kolom komentar, yuk!Β